Maharaja Perang Menguasai Langit

Apa Kau Tahu tentang Lempeng Belenggu Iblis?



Apa Kau Tahu tentang Lempeng Belenggu Iblis?

0Orang tua itu menjadi linglung ketika mengingat masa lalu itu.     1

Saat itu, Raja Qian diserang oleh para pembunuh bayaran saat pergi berburu. Tidak banyak orang yang tertinggal di sisi Raja Qian karena sebagian besar tokoh digdaya itu mengejar para pembunuh. Kebetulan dia adalah pengemudi kereta hari itu. Pada saat itu, seorang pembunuh tiba-tiba menyerang ke depan dengan pedang di tangannya. Dia telah bergerak tepat waktu dan menghalangi pedang yang dimaksudkan untuk membunuh Raja Qian dan secara efektif menyelamatkan hidupnya. Para tokoh digdaya yang telah membunuh para pembunuh lainnya kemudian kembali tepat waktu untuk membunuh penyerang itu.     

Saat itu, dia terluka parah dan berada di ambang kematian. Namun, berkat bantuan Raja Qian, para Ahli Mantra Malaikat Bintang Empat di Negeri Angin telah merawatnya dan menggunakan keajaiban mereka untuk menyeretnya kembali dari ambang kematian.     

Setelah itu Raja Qian memanggilnya dan memberinya janji. Dia berjanji bahwa akan mengabulkan salah satu permintaannya jika itu dalam kemampuannya untuk memenuhinya. Saat itu, dia hanya mengungkapkan rasa terima kasihnya, dia tidak terlalu memikirkannya.     

Setelah insiden di mana Raja Qian hampir dibunuh, ketakutan mulai muncul di hatinya setelah dia pulih. Dia tahu Raja Qian, Yang Mulia Keempat ambisius dan mendambakan takhta. Sangat mungkin Raja Qian akan berhadapan dengan pembunuh lagi di masa depan.     

Dia, di sisi lain, hanya memiliki satu nyawa. Dia hanya ingin menjaga dirinya tetap aman dan tidak terluka. Karena alasan ini, dia mengucapkan selamat tinggal pada Raja Qian dan pergi untuk menyepi dan mendirikan rumah di perbatasan selatan Negeri Angin. Pada akhirnya, dia bahkan membentuk sekelompok bandit dan hidup dengan sangat baik.     

Sebelum dia pergi, Raja Qian telah memberitahunya bahwa janjinya tidak memiliki tanggal kadaluwarsa.     

Awalnya, dia tidak mengira akan ada gunanya janji itu. Tidak terlintas dalam pikirannya bahwa saudara ketiganya akan dibunuh oleh seorang tokoh digdaya misterius. Saat dia menyadari bahwa dia bukan tandingan tokoh digdaya misterius itu, dia mengingat janji yang dibuat Raja Qian.     

Justru karena inilah dia memutuskan untuk kembali ke ibukota untuk memanfaatkan janji yang diberikan Raja Qian kepadanya.     

Sayangnya, keberuntungan tidak berada di pihaknya. Meskipun dia telah tiba di kediaman Raja Qian, dia diberitahu bahwa Raja Qian sedang berada dalam kultivasi tertutup. Karena alasan itu, dia hanya bisa menunggu di istana peristirahatan. Ketika Raja Qian keluar dari kultivasi tertutupnya, dia mengetahui kedatangan lelaki itu dan telah mengirim salah satu orangnya untuk membawa lelaki itu menemuinya.     

Dengan di antar oleh pria paruh baya itu, lelaki tua itu dengan cepat tiba di istana utama kediaman Raja Qian.     

Di pintu masuk istana utama, sepuluh orang petugas berbaju besi berdiri tegak. Ekspresi mereka terlihat asing, dan mata mereka ganas yang secara halus memancarkan aura yang menindas.     

Pria paruh baya itu berdiri di luar istana utama dan mengumumkan dengan keras, "Yang Mulia, Ye Mu Bai ada di sini."     

"Mu Bai ada di sini? Bawa dia masuk." Di saat yang sama, ledakan tawa menggema dari dalam aula utama. Meskipun tawa itu tampak bersahabat, lelaki tua itu, Ye Mu Bai, tahu betapa ganas dan ambisiusnya orang ini.     

Terlepas dari kenyataan bahwa dia berhutang nyawa pada Ye Mu Bai karena menyelamatkan hidupnya, dia hanya bertindak begitu ramah untuk membuat pertunjukan bagi anak buahnya. Dia tidak ingin anak buahnya berpikir dia tidak tahu berterima kasih.     

Ketika Ye Mu Bai masuk ke istana utama, dia akhirnya melihat Raja Qian, Yang Mulia Keempat lagi setelah bertahun-tahun. Dia menyadari Raja Qian tidak semuda yang dia ingat. Saat ini, Raja Qian memiliki aura penguasa agung yang menindas.     

Ye Mu Bai mau tidak mau merenung di dalam hatinya. Waktu berlalu begitu cepat. Bertahun-tahun telah berlalu hanya dalam sekejap mata.     

Setelah Ye Mu Bai masuk, dia langsung berlutut untuk menunjukkan rasa hormatnya dan menampilkan dirinya dengan cara yang rendah hati. "Yang Mulia Keempat."     

"Mu Bai, kau adalah penyelamatku. Kau tidak perlu bersikap terlalu formal denganku. Bangkitlah." Yang Mulia Keempat, Raja Qian, adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah emas panjang. Pandangan baik hati bisa terlihat di matanya. Meski matanya juga mengandung sedikit keganasan, itu tidak membuatnya terlihat marah. Hanya dengan mengangkat tangannya, sebuah energi tak terlihat terentang dan mengangkat Ye Mu Bai.     

Ketika Ye Mu Bai merasakan energi itu, hatinya tersentak.     

Meskipun Yang Mulia Keempat belum berada di Tahap Malaikat, dia kemungkinan besar sudah berada di tahap Malaikat Sejurus.     

Sebagai seseorang yang pernah bekerja di kediaman Raja Qian, dia masih bisa memastikan sebanyak itu.     

"Terima kasih, Yang Mulia Keempat." Setelah Ye Mu Bai bangun, dia membungkuk untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.     

"Mu Bai, kudengar alasanmu kembali adalah untuk meminta bantuan dariku?" Raja Qian berkata sambil tersenyum.     

"Benar, Yang Mulia." Ye Mu Bai mengangguk. "Aku ingin meminta bantuanmu. Setelah masalah ini selesai, aku tidak akan mengganggumu lagi, Yang Mulia Keempat."     

"Mu Bai, kau terlalu sopan. Bagaimanapun juga kau adalah penyelamat nyawaku. Aku berjanji padamu terakhir kali bahwa aku akan mengabulkan satu permintaanmu selama itu dalam kemampuanku untuk melakukannya. Bertahun-tahun telah berlalu, tapi kau tidak kembali. Untuk sesaat, kupikir kau sudah melupakan janji yang kubuat. Sepertinya kau sama sekali tidak melupakannya. " Senyum Raja Qian tetap terpampang di wajahnya. "Katakan padaku, bantuan apa yang kau inginkan dariku?"     

Setelah menghela napas panjang dan dalam, Ye Mu Bai akhirnya menjawab, "Yang Mulia Keempat, ku harap Anda membantu ku untuk membunuh seseorang."     

"Oh?" Mata Raja Qian berkedip sesaat sebelum dia mengangguk. "Selama masih dalam kekuatanku, aku tidak akan menolak permintaanmu. Katakan padaku, siapa dia?"     

"Sejujurnya, aku tidak tahu siapa dia." Ye Mu Bai tersenyum kecut.     

Setelah mendengar hal itu, Raja Qian segera mengerutkan kening. Secercah rasa tidak senang muncul di kedalaman matanya.     

Saat ini, dua lelaki tua yang berdiri di belakang Raja Qian dan pria paruh baya yang berdiri di samping Ye Mu Bai berteriak dengan marah, "Beraninya kau!"     

Dua gelombang aura yang sangat kuat tiba-tiba melonjak dari tubuh dua lelaki tua itu dan menyapu ke arah Ye Mu Bai. Hal itu menekan Ye Mu Bai sampai tubuhnya mulai bergetar. Kedua aura ini hampir membuatnya tercekik.     

Saat ini, Ye Mu Bai yakin kedua pria tua itu adalah tokoh digdaya Tahap malaikat.     

Ketika Raja Qian mengangkat tangannya, kedua lelaki tua itu akhirnya menarik kembali aura kuat mereka.     

"Mu Bai, kau bahkan tidak tahu siapa dia ... Bagaimana kau mengharapkan aku membantumu?" Raja Qian bertanya sambil menatap Ye Mu Bai. Senyuman di wajahnya sudah lama hilang.     

Ye Mu Bai berkeringat dingin. Dia dengan cepat berkata, "Yang Mulia Keempat, ini adalah kesalahan ku karena tidak menyelesaikan kalimat ku sekaligus ... Meskipun aku tidak tahu siapa dia, aku membawa fotonya bersama ku. Selain itu, aku mengetahui dia tiba di ibukota belum lama berselang. "     

"Belum lama berselang?" Raja Qian mengerutkan kening. "Dengan kata lain, kau bahkan tidak yakin apakah dia masih berada di ibu kota?"     

"Benar." Ye Mu Bai mengangguk, tetapi dia dengan cepat menambahkan lagi, "Yang Mulia Keempat, jika orang itu masih di ibukota, aku berharap Anda akan membantu ku untuk membunuhnya karena dia telah membunuh seseorang yang sangat ku sayangi. Jika Anda menemukan bahwa dia tidak lagi di ibu kota, maka aku hanya bisa menyalahkan keberuntungan ku, dan aku tidak akan mengganggu Anda lagi, Yang Mulia Keempat. "     

Terlihat Ye Mu Bai telah menerapkan prinsip mundur untuk melanjutkan kata-katanya.     

"Kalau begitu, tinggalkan potret pria itu padaku. Kembalilah ke ruang tamu di sisi istana dan tunggu kabar baiknya nanti. Aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk membalas budimu karena menyelamatkan nyawaku sebelumnya," kata Raja Qian.     

"Baik." Setelah Ye Mu Bai meninggalkan potret itu, dia dibawa kembali oleh pria paruh baya yang membawanya ke sini.     

Sementara itu, Raja Qian membuka potret di tangannya. Dia melihat seorang pemuda tampan dengan alis gagah dan tatapan tajam. 'Ye Mu Bai benar-benar berkepala dingin di masa tuanya ... Dia benar-benar ingin aku secara pribadi bergerak pada pemuda seperti itu!' Tentu, Raja Qian tidak mengatakan hal itu dengan keras.     

Saat Raja Qian menyimpan potret di tangannya, suara seorang petugas yang menjaga pintu masuk bergema dari luar. "Yang Mulia Keempat, ada seseorang di luar yang mengaku sebagai Ketua Sekte Dunia Kelam."     

"Ye Feng, Ketua Sekte Dunia Kelam, ingin bertemu dengan Yang Mulia Keempat!" Pada saat yang sama, sebuah suara arogan bergema dari luar. Suara itu berisi Sumber Sejati dan dengan cepat menyapu ke istana utama.     

Saat ini, dua orang tua di belakang Raja Qian bertukar pandang sebelum mereka berkata kepada Raja Qian, "Ini adalah tokoh digdaya Tahap malaikat."     

Karena Sumber Sejati yang terkandung dalam suara itu, mereka tahu bahwa pemilik suara itu adalah seorang tokoh digdaya Tahap malaikat. Bagaimanapun, hanya seorang tokoh digdaya Tahap malaikat yang memiliki Sumber Sejati.     

Raja Qian mengangkat alis sebelum bergumam pada dirinya sendiri dengan penasaran, "Ketua Sekte Dunia Kelam? Mengapa dia dating ke sini?" Kemudian, dia berdiri dan berjalan keluar sambil terkekeh. "Ketua Sekte Ye Feng, kau dating langsung ke kediamanku. Kediaman Raja Qian sangat merasa terhormat dengan kehadiranmu."     

Sebuah tokoh digdaya Tahap malaikat sudah cukup untuk membuatnya keluar dan secara langsung menyambutnya.     

Ketika dia berjalan keluar, dua orang tua di belakangnya mengikutinya seperti bayangannya.     

"Yang Mulia Keempat." Di luar istana utama, Ye Feng yang kelelahan karena perjalanan panjangnya membungkuk pada Raja Qian.     

"Ketua Sekte Ye Feng, kau ..." Raja Qian tercengang saat melihat penampilan Ye Feng. Dia telah bertemu dengan Ketua Sekte Dunia Kelam sekali, dan dia penuh semangat. Namun, penampilannya kali ini mirip dengan seekor anjing yang telantar.     

"Ceritanya panjang. Yang Mulia Keempat, boleh aku masuk dan bicara." Ye Feng menghela nafas.     

"Baik." Raja Qian mengangguk lalu menyambut Ye Feng ke istana utama. Setelah duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Ye Feng untuk duduk di kursi di bawah.     

"Ketua Sekte Ye Feng, kau adalah Ketua Sekte Dunia Kelam, dan masa depan mu tidak terbatas. Mengapa Anda terlihat begitu menyedihkan sekarang?" Raja Qian bertanya dengan penasaran saat menatap Ye Feng.     

"Yang Mulia Keempat, mari kita bicarakan ini nanti ... Untuk saat ini, aku punya pertanyaan untuk disampaikan kepada Anda." Ye Feng memandang Raja Qian.     

"Pertanyaan apa?" Raja Qian penasaran.     

"Yang Mulia Keempat, apakah Anda tahu tentang Lempeng Belenggu Iblis?" Ye Feng memandang Raja Qian dengan serius.     

Lempeng Belenggu Iblis!     

Setelah mendengar kata-kata Ye Feng, tidak hanya Raja Qian, tetapi ekspresi kedua pria tua di belakangnya langsung berubah serius.     

Tentu saja, mereka tidak asing dengan kata 'Lempeng Belenggu Iblis' itu.     

Faktanya, dua kata ini cukup untuk mengejutkan seluruh Tanah Malaikat.     

Lempeng Belenggu Iblis adalah salah satu dari Sepuluh Senjata Malaikat Terhebat dalam Peringkat Sepuluh Senjata Malaikat. Itu adalah mimpi buruk bagi para Pendekar Iblis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.