Maharaja Perang Menguasai Langit

Suatu Kebetulan



Suatu Kebetulan

0Duel Maut berarti mereka tidak akan beristirahat sampai salah satu dari mereka terbunuh!     1

"Ya ampun! Rasa kebencian macam apa yang disimpan oleh Lin Dong, tokoh digdaya terkuat di Peringkat Langit dari Klan Lin Istana Bukit Selatan Yuan, dengan Guru Duan? Tak disangka bahwa dia menginginkan Duel Maut dengan Guru Duan!"     

"Sebelumnya, ketika dia mengeluarkan tantangan kepada Guru Duan, dia tidak menyatakan itu akan menjadi Duel Maut. Sekarang dia mengatakannya, aku pikir Guru Duan akan berubah pikiran jika dia tidak percaya diri, kan?"     

"Sungguh konyol kalau dia ingin ini menjadi Duel Maut!"     

Ketika orang-orang di ibu kota Negeri Angin kembali tersadar, mereka semua mulai membahasnya di lingkaran mereka sendiri.     

Banyak orang mulai khawatir jika Duan Ling Tian tetap menerima tantangan itu setelah mengetahui bahwa pertarungan besok akan merupakan sebuah Duel Maut.     

Duel Maut adalah pertarungan antara hidup dan mati! Itu bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng!     

Seseorang hanya memiliki satu nyawa. Dan itu akan menjadi akhir setelah seseorang mati!     

Seseorang tidak akan mengeluarkan Duel Maut jika tidak ada permusuhan yang mendalam.     

Segera setelah itu, topik pembicaraan di ibu kota Negeri Angin mulai berubah lagi.     

"Duel Maut… Aku ingin tahu apakah Guru Duan masih akan ikut serta dalam pertarungan besok dengan Lin Dong ketika mengetahui tentang hal ini…"     

"Aku pasti tidak akan jadi ikut kalua aku jadi Guru Duan. Karena orang itu berani mengeluarkan Duel Maut, jelas dia percaya diri, dan dia menyimpan sebuah niat buruk. Bukankah ini hanya melompat ke lubang yang digali orang itu? "     

"Meskipun Guru Duan tangguh, aku khawatir dia sedikit di bawah jika dibandingkan dengan Lin Dong... Bagaimanapun, Lin Dong adalah tokoh digdaya terkuat di Peringkat Langit. Dia bahkan dikenal sebagai orang terkuat di antara semua tokoh digdaya di bawah Tahap Malaikat di Istana Bukit Selatan Yuan! Di Istana Bukit Selatan Yuan, tidak ada orang di bawah tahap Malaikat yang bisa menandinginya sama sekali! "     

Semakin banyak orang merasa bahwa Duan Ling Tian akan menjadi ketakutan dari ujung kaki dan melarikan diri setelah mengetahui lawannya menginginkan Duel Maut.     

"Duel Maut?" Orang pertama di Klan Situ yang mengetahui hal ini adalah Situ Hao.     

"Rasa Benci seperti apa yang dimiliki Lin Dong terhadap Guru Duan sampai-sampai ia menginginkan Duel Maut? Jelas dia hanya ingin membunuh Guru Duan!" Ekspresi Situ Hao berubah menjadi sedikit serius.     

Dia merasa sangat menyesal ketika melihat betapa inginnya Duan Ling Tian meninggalkan Klan Situ. Sekarang setelah mengetahui bahwa pertarungan antara Lin Dong dan Duan Ling Tian akan menjadi sebuah Duel Maut, dia mulai merasa khawatir dengan keselamatan Duan Ling Tian. Duel Maut bukanlah sebuah lelucon!     

Mata Situ Hao mengerjap saat berjalan ke sebuah halaman besar tempat putranya, Situ Hang, tinggal.     

Meskipun Duan Ling Tian telah mengumumkan kepergiannya dari Klan Situ dan mengosongkan posisi Penasihat Sementara, dia tidak memiliki rencana untuk meninggalkan klan secara fisik sebelum meninggalkan Negeri Angin.     

Situ Hao datang ke sini untuk mencari Duan Ling Tian. Ketika dia melihatnya, dia bertanya tanpa berbelit-belit, "Guru Duan, apakah Anda mengenal Lin Dong dari Istana Bukit Selatan Yuan sebelum nya?"     

"Tidak, aku tidak mengenalnya." Duan Ling Tian menggelengkan kepalanya. "Aku baru mendengar tentang dia setelah atang ke Negeri Angin. Aku tahu dia orang terkuat di Peringkat Langit, dan dia adalah murid garis keturunan langsung Klan Lin dari Istana Bukit Selatan Yuan. Selain itu, dia juga secara luas diakui sebagai tokoh digdaya terkuat di bawah Tahap Malaikat oleh orang-orang dari Istana Bukit Selatan Yuan. Ketua Klan Situ, mengapa kau bertanya seperti itu? " Duan Ling Tian bingung.     

"I-Ini aneh." Setelah mendengar kata-kata Duan Ling Tian dan melihat ekspresi bingung di wajahnya, Situ Hao pun menjadi bingung.     

"Ayah, apa yang terjadi?" Situ Hang bertanya.     

Situ Hao memandang Duan Ling Tian lalu berkata, "Kediaman Raja Qian baru saja merilis berita bahwa pertarungan besok antara Guru Duan dan Lin Dong akan menjadi sebuah Duel Maut!"     

Duel Maut!     

Ekspresi Situ Hang langsung berubah menjadi serius. "Lin Dong ingin membunuh Guru Duan ?!"     

Duel Maut adalah sebuah pertarungan antara hidup dan mati!     

Begitu keduanya memulai pertarungan, tidak ada dari mereka yang diizinkan berhenti sampai salah satu dari mereka mati.     

"Duel Maut?" Setelah mendengar kata-kata Situ Hao, mata Duan Ling Tian segera menyipit saat matanya bersinar dingin.     

Berita ini juga mengejutkannya.     

"Karena kau tidak mengenal Lin Dong, hanya ada satu kemungkinan tersisa - Seseorang dari keluarga Raja Qian ingin membunuhmu atau Raja Qian sendiri ingin membunuhmu!" Sebagai Ketua Klan Situ, Situ Hao, tentu saja cukup cerdas. Dia dengan cepat mengetahui tentang hal itu.     

"Tapi kenapa Raja Qian menginginkanmu mati?" Namun, Situ Hao merasa bingung dengan hal itu.     

Situ Hang juga menunjukkan ekspresi bingung di wajahnya.     

Duan Ling Tian tetap bersikap tenang seolah-olah dia sama sekali tidak bingung dengan masalah ini.     

Tentu saja, tidak sulit baginya menebak motif Raja Qian. Raja Qian pasti mengincar Lempeng Belenggu Iblis yang dimilikinya. 'Dia tidak menyia-nyiakan usaha apa pun dan ternyata mengundang orang terkuat di Peringkat Langit dari Istana Bukit Selatan Yuan untuk membunuhku hanya demi Lempeng Belenggu Iblis ... Sepertinya Raja Qian benar-benar sudah bertekad bulat.'     

"Aku tahu mengapa." Pada saat itu, sebuah suara yang familiar bergema dari luar. Bersamaan dengan suara itu, Situ Hou, Tetua Tertinggi Klan Situ, muncul dan berjalan ke halaman.     

"Kakek Hou, kau tahu mengapa Raja Qian ingin membunuh Guru Duan?" Mata Situ Hang langsung berbinar.     

Situ Hao dan Duan Ling Tian langsung mengalihkan perhatian mereka kepada Situ Hou.     

Situ Hao memperlihatkan ekspresi penasaran di wajahnya.     

Di sisi lain, Duan Ling Tian mengerutkan kening. Dia terpana. 'Jangan bilang bahwa berita tentang Lempeng Belenggu Iblis yang ada di tanganku telah bocor sehingga bahkan Tetua Tertinggi klan tahu tentang hal itu? "     

Namun, saat Situ Hou membuka mulutnya, Duan Ling Tian menyadari bahwa dia telah terlalu banyak berpikir.     

Namun, dia tidak menyangka akan ada sesuatu yang sangat kebetulan di dunia ini.     

Menurut Situ Hou, alasan Raja Qian ingin membunuhnya adalah untuk membayar kembali hutangnya kepada seorang pelayan yang telah menyelamatkan nyawanya bertahun-tahun yang lalu.     

Pelayan itu telah lama meninggalkan kediaman Raja Qian dan membentuk sebuah kelompok bandit di perbatasan selatan Negeri Angin. Sebagai pemimpin, dia menjalani kehidupan yang santai.     

Namun, hanya setengah tahun yang lalu, saudara ketiganya terbunuh oleh seorang tokoh digdaya misterius.     

Dia telah membawa potret tokoh digdaya misterius itu ribuan mil jauhnya ke ibu kota Negeri Angin untuk mengklaim janji yang telah diberikan Raja Qian bertahun-tahun yang lalu. Raja Qian telah menjanjikannya bantuan selama masih dalam kekuasaannya untuk melakukannya.     

Pelayan itu telah meminta Raja Qian untuk membunuh tokoh digdaya misterius yang ada di potret itu, dan pria dalam potret itu kebetulan adalah Duan Ling Tian.     

"Itu dia." Ketika Situ Hou selesai menceritakan apa yang dia ketahui, Duan Ling Tian akhirnya mengingat pertemuan itu ketika pertama kali tiba di Negeri Angin.     

Saat itu, kepala bandit ketiga itu ingin membunuhnya setelah merampok sebuah desa. Namun, pada akhirnya dia terbunuh di tangan Duan Ling Tian.     

Saat itu, dia tidak mau repot-repot menghancurkan barang bukti. Kekuatan kelompok bandit itu setara dengan kekuatan lapis ke delapan, mereka tidak akan menimbulkan ancaman sama sekali bahkan jika mereka menyerangnya dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki.     

'Aku tidak percaya ketua utama bandit itu memiliki hubungan dengan Pangeran Keempat dari Keluarga Kekaisaran Negeri Angin,' Duan Ling Tian merenung pada dirinya sendiri, 'Di masa depan aku seharusnya tidak memandang rendah seseorang.'     

"Aku mengerti sekarang." Setelah mendengar kata-kata Situ Hou, Situ Hao dan Situ Hang pun akhirnya mengerti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.