Maharaja Perang Menguasai Langit

Tokoh Digdaya Tahap Malaikat Sejati



Tokoh Digdaya Tahap Malaikat Sejati

1Jelas terlihat dia seorang tokoh digdaya Tahap Malaikat karena orang itu dapat terbang di langit di atas ibu kota Negeri Angin.     1

Kemudian, memiliki keberanian untuk melayang di udara di atas kediaman Klan Situ dan mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan Situ Hao dengan begitu sombong, dia bukan tokoh digdaya Tahap Malaikat biasa. Kalau tidak, dia tidak akan berani begitu sombong.     

Tepat ketika suara pria berpakaian hitam itu mengejutkan seluruh klan, sebuah suara serak yang marah bergema dari kejauhan. "Siapa yang berani mengganggu Klan Situ-ku begitu semborono?!"     

Setelah beberapa saat, seorang pria tua muncul di depan pendatang baru.     

Pria tua ini memiliki tubuh yang kuat dengan rambut putih dan kulit kemerahan. Tatapannya dingin saat dia menatap pria berpakaian hitam itu. "Dan lihat dirimu, memakai topeng dan mencoba bermain sebagai iblis!"     

Setelah pria tua itu muncul, pria tua berpakaian hitam yang mengenakan topeng meringis bertanya dengan acuh tak acuh, "Apa kau Situ Hao?"     

Rambut putih pria tua itu diikat ke belakang, membuatnya terlihat agak bijaksana. Seluruh tubuhnya juga mengeluarkan aura spiritual.     

Pria tua dengan rambut putih dan kulit kemerahan itu tidak menjawab pria berpakaian hitam itu, tetapi bertanya dengan suara berat, "Siapa kau sebenarnya?"     

Saat ucapan pria tua itu keluar dari mulutnya, pria berpakaian hitam itu menggeram dengan suara yang dalam, "Berisik sekali!" Kemudian, dia mengangkat tangannya dan tidak melakukan apa-apa lagi.     

Seketika, energi luar biasa yang sangat besar menyebabkan udara bergetar seperti batu membuat riak danau yang tenang sebelum menekan ke arah orang tua itu. Setelah beberapa saat, aura itu seketika menghantamnya.     

Pada saat yang sama, Sumber Sejati keluar dari tubuh pria tua yang wajahnya berubah suram.     

Dari aura Sumber Sejati yang dipancarkannya, tampak jelas bahwa dia bukan tokoh digdaya Tahap Malaikat biasa.     

Bum!     

Namun, di hadapan kekuatan pria itu, tepat ketika Sumber Sejati pria tua itu baru saja mulai naik, yang terakhir dihantam tanpa ampun seperti cabang kering yang dihancurkan.     

Pada saat itu, tubuh pria tua itu bergetar dan terhempas dengan ledakan yang dahsyat. Baru setelah dia terhempas 100 meter, dia akhirnya berhenti dengan sekuat tenaga.     

"T-Tahap Malaikat Sejati! S-Siapa kau sebenarnya?" Sambil memuntahkan beberapa suap darah segar, pria tua itu begitu menyedihkan sehingga dia tampak berubah dari seorang bijak menjadi seorang pengemis. Dia menatap pria berpakaian hitam itu, sekarang dipenuhi dengan rasa takut yang muncul dari lubuk hati dan jiwanya.     

Sebelum pria berpakaian hitam membuka mulutnya, suara lain bergema, "Leluhur!"     

Kemudian, seorang pria paruh baya muncul. Situ Hao, Ketua Klan Situ kini mengungkapkan dirinya.     

Dari cara Situ Hao berbicara kepada orang tua itu, tampak jelas bahwa dia adalah leluhur Klan Situ mereka.     

"Aku akan bertanya sekali lagi. Apakah kau atau kau bukan Situ Hao?" Meskipun wajah pria itu terhalang oleh topeng, sepasang matanya yang dingin dan menyendiri tetap terlihat. Ketika dia melihat leluhur Klan Situ, itu membuat yang terakhir merasa seolah-olah dia telah jatuh ke lubang es yang dingin.     

"Senior, aku Situ Hao!" Setelah melihat leluhur mereka terluka sangat parah, meskipun Situ Hao bisa merasakan bahwa pendatang baru ini muncul dengan niat buruk, dia hanya bisa menguatkan dirinya sendiri dan menghadapinya.     

Sebaliknya, hatinya, dipenuhi dengan kebingungan dan pertanyaan. "Menurut ucapan leluhurku, pria berpakaian hitam yang mengenakan topeng ini sebenarnya adalah tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati. Betul sekali. Leluhur sudah berada di Puncak Tahap Malaikat Murni sekarang. Hanya tokoh digdaya yang berada di Tahap Malaikat Sejati dan di atasnya bisa melukai dia seperti itu hanya dalam sekejap mata."     

Saat Situ Hao memikirkan ini, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa bingung.     

Bahkan dalam keluarga Kekaisaran Negeri Angin, tidak ada banyak tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati.     

Di Negeri Angin, selain beberapa orang dalam keluarga Kekaisaran Negeri Angin, hanya Ketua Sekte Zi Yun dari Sekte Kobar Api yang merupakan tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati.     

Ada berbagai tingkatan dan peringkat di Tahap Malaikat juga.     

Setelah menerobos ke Tahap Malaikat adalah Tahap Malaikat Murni. Tahap Malaikat Murni selanjutnya dibagi menjadi empat fase yang berbeda: Tahap Malaikat Murni Tingkat Dasar, Tahap Malaikat Murni Tingkat Menengah, Tahap Malaikat Murni Tingkat Penguasaan, dan Puncak Tahap Malaikat Murni.     

Setelah Tahap Malaikat Murni adalah Tahap Malaikat Sejati. Tokoh digdaya semacam itu biasanya berada dalam kekuatan lapis keenam.     

Tentu saja, beberapa kekuatan lapis ketujuh memiliki Tahap Malaikat Sejati juga.     

Sekte Kobar Api adalah contoh dari kekuatan lapis ketujuh.     

Bahkan jika hanya ada satu dari tokoh digdaya seperti itu dalam kekuatan lapis ketujuh, kekuatan itu tetap mampu menjadi terkemuka dan berdiri di urutan pertama dalam daftar.     

Situ Hao sendiri berada pada Tahap Malaikat Murni Tingkat Menengah dan tidak bisa dibandingkan dengan leluhur Klan Situ mereka, apalagi tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati yang bahkan lebih kuat dari yang terakhir.     

"Apa kau Situ Hao? Ketua Klan Situ saat ini?" tanya pria berpakaian hitam, melirik Situ Hao acuh tak acuh.     

Karena dia mengenakan topeng meringis, orang tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya saat ini. Justru alasan inilah Situ Hao merasa cemas. Dia tidak tahu mengapa tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati ini datang ke Klan Situ mencarinya.     

"Ya." Namun, dalam menghadapi pertanyaan ulang pria berpakaian hitam ini, Situ Hao sama sekali tidak berani main-main. Dengan cepat menganggukkan kepalanya, dia bertanya dengan sedikit cemas, "Aku ingin tahu apa alasan Anda datang jauh-jauh ke sini untuk bertemu denganku, Senior?"     

Pada saat ini, leluhur Klan Situ, pria tua dengan rambut putih dan kulit kemerahan, sudah berdiri di samping Situ Hao. Namun, ketika dia melihat pria berpakaian hitam itu, wajahnya dipenuhi rasa takut. Bahkan ada sedikit ketakutan di kedalaman matanya.     

Pria ini begitu kuat!     

Meskipun dia adalah tokoh digdaya yang berada di Puncak Tahap Malaikat Murni, dia juga tidak punya energi untuk melawan pada saat itu ketika pria itu bergerak.     

"Dia setidaknya berada di Tahap Malaikat Sejati Tingkat Menengah!" Dia hampir yakin akan hal ini.     

Saat ini, ada sosok yang berhenti tidak jauh di langit. Sama sekali tidak bergerak sedikit pun, seolah-olah kakinya terpaku di tempat itu.     

Pria ini tak lain adalah Situ Hou, tetua tertinggi Klan Situ.     

Dia secara pribadi menyaksikan bagaimana leluhur mereka dihantam dan terluka parah oleh pria berpakaian hitam itu. Pada saat itu, dia tahu bahwa dia hanyalah semut di mata pria itu. Pada saat yang sama, dia juga sangat ketakutan sehingga dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Kekuatan pria itu sangat mencengangkannya.     

Kekuatan pria itu menimbulkan kengerian dari hati dan jiwanya!     

"Aku dengar Klan Situ-mu memiliki Penasihat Sementara bernama Duan Ling Tian, ​​bukan?" tanya pria berpakaian hitam lagi sambil melihat Situ Hao.     

"Apakah kau datang untuk mencari Guru Duan?" Setelah mendengar ucapan pria itu, Situ Hao tidak bisa menahan rasa keterkejutannya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati ini sebenarnya datang untuk mencari mantan Penasihat Sementara Klan Situ mereka, Duan Ling Tian.     

"Guru Duan bukan lagi Penasihat Sementara Klan Situ kami." Situ Hao tersenyum kecut.     

"Dia bukan lagi Penasihat Sementara Klan Situ mereka? Apa maksudmu?" Tatapan pria berpakaian hitam itu berubah tajam dan suaranya juga menjadi semakin dalam. Selain itu, ia juga memancarkan aura yang mengerikan, membuat tulang belakang Situ Hao menggigil.     

"Sejujurnya, Guru Duan sebenarnya telah pergi dari Klan Situ beberapa hari yang lalu." Situ Hao menyeringai.     

"Pergi?" Pria berpakaian hitam itu menjadi semakin dalam. "Kemana dia pergi?"     

"Senior, sepertinya kau belum mendengar dua berita yang menjadi pembicaraan di Negeri Angin belakangan ini, kan?" tanya Situ Hao.     

Dia bisa melihat bahwa pria ini lelah karena perjalanannya yang panjang dan jelas bahwa dia baru saja tiba di ibu kota. Selain itu, sepertinya dia datang ke Klan Situ mereka begitu dia tiba. Selain itu, jelas bahwa dia tidak tahu tentang berita yang telah menjadi topik hangat di seluruh Negeri Angin belakangan ini. Kalau tidak, sejak semula dia tidak akan datang ke klan mereka.     

"Berita apa?" tanya pria berpakaian hitam itu dengan tidak sabar.     

Setelah mendengar ketergesaan pada nada bicara pria berpakaian hitam itu, Situ Hao menjadi panik. Kemudian, tidak berani main-main, dia buru-buru memberitahunya detail berita itu.     

Sebenarnya, apa yang dia ceritakan adalah kejadian setelah Duan Ling Tian mengumumkan kepergiannya dari Klan Situ.     

Setelah mendengar berita ini, bahkan pria itu tidak bisa tidak menyipitkan matanya juga. "Duan Ling Tian telah membunuh Lin Dong dari Klan Lin dari Istana Bukit Selatan Yuan? Tokoh digdaya terkuat di Peringkat Langit?     

"Selanjutnya, dia berhasil membunuh Lin Dong yang menerobos ke Tahap Malaikat?" Setelah mengetahui hal ini, sedikit keterkejutan juga bisa terlihat di mata pria itu.     

Seorang Pendekar Bela Diri Tahap Malaikat Dasar telah menewaskan tokoh digdaya Tahap Malaikat?     

Meskipun Duan Ling Tian diduga telah melakukan serangan diam-diam, dan bahwa tokoh digdaya Tahap Malaikat baru saja menerobos ke Tahap Malaikat, kekuatan Duan Ling Tian tetap membuatnya takjub.     

"Apakah dia manusia?" Ini adalah pikiran pertama yang muncul dalam benaknya karena dia belum pernah mendengar orang seperti itu sebelumnya di Tanah Malaikat. Fakta bahwa dia membunuh tokoh digdaya Tahap Malaikat dengan kekuatan Tahap Malaikat Dasar benar-benar menantang langit.     

Namun, bersama dengan berita lain yang masuk ke telinga pria berpakaian hitam itu, berita kematian Lin Dong dengan cepat terlempar ke bagian belakang pikirannya.     

"Lempeng Belenggu Iblis? Salah satu dari Sepuluh Senjata Malaikat? Apakah Duan Ling Tian menggunakannya untuk membunuh dua Pendekar Iblis Tahap Malaikat dalam sekejap?" Setelah mengetahui bahwa Lempeng Belenggu Iblis telah muncul di dunia ini lagi, mata pria itu langsung berbinar. Napasnya juga mulai berubah cepat.     

Lempeng Belenggu Iblis!     

Itu benar-benar harta karun!     

"Kediaman Raja Qian?" Setelah mengetahui bahwa Lempeng Belenggu Iblis telah dibawa pergi oleh Raja Qian, pria berpakaian hitam berbalik dan pergi. Seolah-olah dia menghilang ke udara tipis di depan mata Situ Hao.     

Setelah pria berpakaian hitam pergi, Situ Hao menghela napas panjang lega.     

Saat itu, keringat dingin mengucur di dahinya terus menerus.     

Karena sumpah sambaran petir Raja Qian bahwa dia tidak menerima Lempeng Belenggu Iblis belum menyebar, Situ Hao belum mengetahui tentang berita bahwa Lempeng Belenggu Iblis tidak ada di tangan Raja Qian saat ini. Kalau tidak, dia pasti tidak akan memberi tahu pria berpakaian hitam bahwa Lempeng Belenggu Iblis ada di tangan Raja Qian karena itu hanya akan tampak seperti upaya untuk berbohong.     

Mengambil napas dalam-dalam, Situ Hao tidak bisa memahan untuk melihat pria tua dengan rambut putih dan kulit kemerahan sebelum bertanya dengan hati-hati, "L-Leluhur, apakah dia benar-benar seorang tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati?"     

"Dia adalah tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati. Dia setidaknya berada di Tahap Malaikat Sejati Tingkat Menengah!" Pria tua itu menganggukkan kepalanya dengan pasti. "Aku tidak memiliki kekuatan untuk melawan sama sekali ketika berhadapan dengannya. Hanya tokoh digdaya yang berada di Tahap Malaikat Sejati Tingkat Menengah dan di atasnya yang bisa memberiku perasaan seperti itu."     

"Tahap Malaikat Sejati Tingkat Menengah?" Setelah mendengar itu, jantung Situ Hao tersentak.     

Bahkan, dalam keluarga Kekaisaran Negeri Angin, hanya ada satu tokoh digdaya Tahap Malaikat Sejati Tingkat Menengah, dan dia sudah menjadi orang yang paling kuat dalam keluarga Kekaisaran.     

Namun, pria berpakaian hitam tadi adalah seseorang yang sekuat ini?     

Sama seperti Tahap Malaikat Murni, Tahap Malaikat Sejati juga dikategorikan ke tingkat Awal, Menengah, Penguasaan, dan Puncak, yang semuanya memiliki kekuatan yang berbeda.     

"Aku tidak bisa percaya bahwa aku tidak berhasil menemukan Duan Ling Tian, ​​tetapi aku berhasil mendapatkan kejutan tambahan sebagai gantinya. Jika aku bisa mendapatkan Lempeng Belenggu Iblis, bahkan aku akan menginjak orang tua itu di bawah kakiku. … Aku, Jing Yuan, kemudian akan bisa menggantikannya sebagai Ketua baru dari cabang Pasar Gelap Gunung Hantu di Negeri Angin!" Ketika pria berpakaian hitam muncul di atas kediaman Raja Qian, hatinya merasa gembira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.