Maharaja Perang Menguasai Langit

Sebuah Jebakan



Sebuah Jebakan

2Sejak Duan Ling Tian bertemu Han Xue Nai, ini adalah pertama kalinya dia melihatnya menunjukkan ekspresi seperti itu.      1

Di matanya, Han Xue Nai selalu seorang gadis yang optimis, ceria, dan lincah. Namun, gadis itu terasa asing baginya saat ini.     

Semua ini berkaitan dengan lamaran dari Tuan Muda Istana Istana Langit Terbit.     

"Istana Langit Terbit!" Api amarah membumbung di hati Duan Ling Tian saat melihat gadis yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya itu begitu sedih. Jika mungkin, dia ingin menghancurkan Istana Langit Terbit agar Xue Nai kembali pada keadaan riangnya dia dulu.     

Namun, ia juga tahu dengan kekuatannya saat ini, sembarang tokoh digdaya di Istana Langit Terbit pasti bisa membunuhnya dengan mudah. Bagaimana dia bisa menghancurkan Istana Langit Terbit?     

Meski memiliki Pedang Langit Permata Jasper dan Lempeng Belenggu Iblis di tangannya, Lempeng Belenggu Iblis hanya berguna melawan Pendekar Iblis.     

Dengan kekuatannya yang sekarang, biarpun dia mengerahkan Pedang Langit Permata Jasper dengan sekuat tenaga, dia paling banyak hanya bisa membunuh Pendekar Bela Diri atau Pendekar Dao tingkat Menengah Tahap Malaikat Murni.     

Kekuatan seperti itu tidak ada apa-apanya di hadapan Istana Ombak Hijau Han, apalagi Istana Langit Terbit yang bahkan lebih kuat dari Istana Ombak Hijau Han.     

Saat Duan Ling Tian tiba di Istana Ombak Hijau Han, ia hanya ingin mengetahui apakah tunangannya, Li Fei, ada di Istana Ombak Hijau Han. Dia telah merencanakan untuk menanyakan hal ini pada Han Xue Nai segera setelah bertemu dengannya, tetapi dia tidak dapat melakukannya ketika melihat betapa hancur dan sedihnya hati Xue Nai dan. Yang bisa dia lakukan hanyalah meyakinkannya dengan suara lembut.     

Saat ini, Duan Ling Tian tidak lagi memiliki ekspresi menyendiri di wajahnya. Saat memasuki rumah besar tempat Han Xue Nai tinggal, Taktik Rahasia Penyamarannya telah ia nonaktifkan dan ia kembali pada tampilan aslinya. Qing Nu tidak bisa mengenalinya sama sekali ketika dia pertama kali melihatnya. Namun, setelah dia menggunakan pesan suaranya dan memberitahunya tentang kejadian di masa lalu, dia tidak meragukan identitasnya sama sekali.     

Berdiri di kejauhan, Qing Nu tidak kuasa menahan nafas ketika dia melihat pemandangan di depannya.     

Dia telah menyaksikan Han Xue Nai tumbuh dewasa, dan nona mudanya selalu riang dan terbebas dari rasa khawatir sampai Tuan Muda Istana Istana Langit Terbit datang dan melamarnya. Sejak saat itu, nona mudanya berubah. Dia menjadi pendiam dan hampir tidak berbicara dengan Qing Nu lagi.     

Ada banyak kesempatan Ketika ia diliputi oleh keinginan untuk membunuh Tuan Muda Istana Istana Langit Terbit. Jika pemuda itu mati, tidak akan ada pernikahan.     

Namun, jangankan mengingat fakta bahwa ada para tokoh digdaya yang jauh lebih kuat di Istana Langit Terbit yang akan membuatnya sulit untuk bergerak, bahkan jika berhasil membunuh Tuan Muda Istana Ombak Hijau Han, itu hanya akan membawa malapetaka kepada Istana Ombak Hijau Han. Dia berasal dari Istana Ombak Hijau Han. Tindakannya pasti akan melibatkan Istana Ombak Hijau Han.     

Di distrik yang berada di sekeliling Istana Ombak Hijau Han, siapa sih yang tidak tahu kalau dia, Qing Nu, berasal dari Istana Ombak Hijau Han?     

Saat itu, meski ia mengumumkan kepergiannya dari Istana Ombak Hijau Han, Istana Langit Terbit akan tetap melampiaskan amarahnya pada Istana Ombak Hijau Han. Inilah mengapa dia tidak bisa berbuat apa-apa meskipun hatinya sakit memikirkan nasib Han Xue Nai.     

Meski tak bisa membantu Han Xue Nai lepas dari cengkeraman jahat Tuan Muda Istana Istana Langit Terbit, ia tetap masih bisa menghalangi Pengawasan Dewa yang datang dari segala arah. Dia tidak tahu mengapa Duan Ling Tian menyamar, tetapi dia tahu dia pasti punya alasan untuk melakukannya. Karena alasan itu, ia membentangkan Pengawasan Dewa miliknya untuk menghalangi Pengawasan Dewa dari para tokoh digdaya Tahap malaikat lainnya yang bersembunyi di sekitar rumah besar itu. Dengan melakukan itu, orang-orang yang bersembunyi di sekitarnya tidak akan bisa melihat penampilan asli Duan Ling Tian.     

Setelah sekian lama, Han Xue Nai akhirnya meninggalkan pelukan Duan Ling Tian. Dia menghapus air matanya dan memaksakan senyum di wajahnya dengan susah payah. "Kakak Ling Tian, ​​bagaimana kau bisa menemukan ku di sini?"     

"Aku tidak yakin kau ada di Istana Ombak Hijau Han, aku hanya mencoba peruntunganku saja. Ternyata aku sungguh beruntung," ucap Duan Ling Tian sambil tersenyum. Namun, ada sedikit kekhawatiran yang sulit disembunyikan di kedalaman matanya.     

Han Xue Nai melihat ke sekeliling rumah besar sebelum memberi isyarat kepada Duan Ling Tian untuk meninggalkan halaman dan memasuki rumah besar itu. "Kakak Ling Tian, ​​ayo masuk dan kita bicara."     

Setelah memasuki rumah, dia mengunci pintu di belakangnya sementara Qing Nu tetap berada di luar, menjaga pintu itu seperti peri penjaga. Hal itu membuat Han Xue Nai dan Duan Ling Tian bisa berbicara di lingkungan yang aman.     

Duan Ling Tian menarik napas dalam-dalam lalu memandang Han Xue Nai dan bertanya sedikit penuh semangat, "Xue Nai, apakah Kakak Fei'ermu dan ketiga teman kecilmu datang ke Istana Ombak Hijau Han?"     

"Iya." Han Xue Nai mengangguk.     

"Di mana Kakak Feiermu sekarang? Apakah dia ada di rumahmu?" Mata Duan Ling Tian berbinar saat ekspresi penuh harap memenuhi wajahnya seolah dia berharap bisa menumbuhkan sepasang sayap untuk terbang ke pada Li Fei.     

Setelah mendengar kata-katanya, Han Xue Nai tersenyum kecut. "Dulu, tapi sekarang…"     

Sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya, Duan Ling Tian sudah memotongnya dengan kerutan di wajahnya. "Tapi sekarang apa?"     

"Kakak Ling Tian, ​​tidak lama setelah Kakak Fei'er melahirkan, dia dibawa pergi oleh anak buah ayahmu ..." Ketika Han Xue Nai mencapai bagian kalimat ini, ekspresi bingung terlihat di wajahnya. "Kakak Ling Tian, ​​siapa sebenarnya ayahmu?"     

"Anak buah ayahku?" Kerutan Duan Ling Tian semakin dalam. "Apa yang terjadi, Xue Nai? Tolong jelaskan."     

Setelah mendengarkan penjelasan Han Xue Nai, Duan Ling Tian akhirnya mengetahui apa yang telah terjadi.     

"Beri tahu Nona Muda Xue Nai bahwa nyonya muda ku dan putranya telah pulang bersama ku." Itulah kata-kata tokoh digdaya yang membawa pergi Li Fei dan putranya.     

Dia menyebut Li Fei sebagai nyonya mudanya. Kalau begitu, Duan Ling Tian pasti adalah tuan muda bagi tokoh digdaya itu.     

Pada saat itu, kegembiraan Duan Ling Tian karena mengetahui bahwa dia telah memiliki seorang putra dibayangi oleh rasa bingung. Seorang tokoh misterius digdaya telah memasuki Istana Ombak Hijau Han seolah-olah memasuki sebuah tempat tak bertuan. Bisa dibayangkan dengan mudah betapa kuatnya dia.     

"Tokoh digdaya seperti itu ternyata adalah anak buah ayahku?" Duan Ling Tian merasa sedikit linglung. Dia merasa ini agak terlalu dibuat-buat.     

Meski ia tahu ayahnya yang menelantarkannya itu telah mendapatkan anugerah secara kebetulan dan memiliki basis kultivasi yang kuat hingga mampu mengukuhkan dirinya di Tanah Malaikat, ia hanya mengira ayahnya itu adalah seorang Pendekar Bela diri biasa di Tanah Malaikat. Ia tak menyangka ayahnya ada seorang tokoh digdaya sekuat itu yang berada di bawah perintahnya.     

"Ayah, berapa banyak hal yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?" Duan Ling Tian tersenyum kecut saat memikirkan hal itu.     

Duan Ling Tian menjadi lebih tenang setelah mengetahui Li Fei dan putranya telah dibawa pergi oleh anak buah ayahnya. Dia bertanya pada Xue Nai, "Xue Nai, selain berbicara kepada Kakak Feimu, apakah dia mengatakan hal lain?" Mata Duan Ling Tian dipenuhi dengan harapan.     

Sebab, jika berhasil mengetahui siapa tokoh digdaya yang misterius itu, ia mungkin bisa menemukan ayah dan ibunya yang meninggalkannya itu. Keluarga mereka akan dipersatukan kembali.     

"Tidak." Han Xue Nai tersenyum kecut. "Dia hanya mengatakan bahwa dia orang suruhan keluargamu dan tidak mengungkapkan apa-apa lagi."     

Duan Ling Tian merasa sedikit sedih saat mendengar nya.     

"Kakak Ling Tian…" Han Xue Nai sepertinya mengingat sesuatu, tapi dia menahan diri untuk tidak berbicara.     

"Xue Nai, apakah ada hal lain yang ingin kau katakan padaku?" Duan Ling Tian tahu ada sesuatu yang tidak benar.     

"Kakak Ling Tian, ​​ada sesuatu yang tidak bisa aku sembunyikan darimu." Han Xue Nai mengatupkan gigi dan menceritakan bagaimana Han Jin Nian, cucu Tetua Tertinggi Istana Ombak Hijau Han, memiliki niat jahat terhadap Li Fei dan bagaimana dia terbunuh oleh tokoh digdaya misterius itu pada saat kritis. "Barangkali, tokoh digdaya itu sudah lama melindungi Kakak Fei secara diam-diam. Saat Han Jin Nian hendak melaksanakan niat mesumnya, tokoh digdaya itu langsung bergerak. Setelah itu, ia membawa Kakak Fei pergi."     

Ini adalah asumsi Han Xue Nai.     

"Han Jin Nian!" Saat ini, niat membunuh terlihat di mata Duan Ling Tian. Aura dingin yang dipancarkan dari tubuhnya membuat orang merasa seolah-olah berada di lubang neraka. Bahkan Han Xue Nai hampir tidak bisa menahan aura pemuda itu.     

'Kekuatan Kakak Ling Tian saat ini bahkan sudah lebih kuat dariku?' Hatinya tersentak saat sebersit rasa tidak percaya muncul di matanya.     

Gadis itu saat ini adalah seorang Pendekar Bela Diri tingkat Kesempurnaan Tahap Malaikat Dasar, tetapi dia masih merasa tertekan oleh aura yang terpancar dari tubuh Kakak Ling Tian-nya. Meski tekanan itu tidak sebanding dengan seorang tokoh digdaya Tahap malaikat, namun terasa hampir seperti itu. Karena alasan itu, dia samar-samar bisa menyimpulkan basis kultivasi Duan Ling Tian.     

Tahap Malaikat Sejurus!     

"Kakak Ling Tian, ​​Han Jin Nian sudah mati," kata Han Xue Nai lembut, mencoba melepaskan Duan Ling Tian dari perasaan linglung akibat kemarahannya. Baru kemudian Duan Ling Tian tersadar kembali. Dia menarik napas dalam-dalam dan berhasil menenangkan emosinya yang semakin memburuk.     

Baginya, Li Fei adalah sisik terbaliknya. Siapa pun yang berani meletakkan tangan mereka pada Li Fei sama dengan menyentuh sisik terbaliknya.     

Setiap naga memiliki sisik terbalik, jika berani menyentuhnya, maka orang itu benar-benar akan mati!     

Itu berlaku sama baginya.     

"Xue Nai, waktu aku berada di Kota Ombak Hijau, ku dengar Tetua Tertinggi Istana Ombak Hijau Han telah mengajak sekelompok orang bersamanya untuk menyetujui pernikahan mu dengan Tuan Muda Istana Istana Langit Terbit… Ada berapa Tetua Tertinggi di Istana Ombak Hijau Han mu? " Duan Ling Tian bertanya sambil menatap Han Xue Nai.     

"Hanya satu," jawabnya dengan tatapan tajam di matanya, "Aku curiga karena Han Xin-lah Tuan Muda Istana Langit Terbit datang ke Istana Ombak Hijau Han kami.!"     

"Han Xin?" Duan Ling Tian tercengang, dia tidak segera menemukan benang merahnya.. "Han Xin adalah satu-satunya Tetua Tertinggi di Istana Ombak Hijau Han. Dia juga adalah kakek kandung dari Han Jin Nian," jawab Han Xue Nai.     

"Mengapa engkau berkata begitu?" Ketika Duan Ling Tian mendengar bahwa dia adalah kakek dari Han Jin Nian, dia tentu saja tidak menyukainya. Dia penasaran tentang apa yang dikatakan Han Xue Nai.     

Menurutnya, Han Xin ada kaitannya dengan kedatangan Tuan Muda Istana Istana Langit Terbit di Istana Ombak Hijau Han.     

Istana Ombak Hijau Han kami sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Istana Langit Terbit. Tuan Muda Istana bahkan tidak pernah berkunjung sekali pun. Namun, tidak lama setelah kematian Han Jin Nian, Tuan Muda Istana tiba-tiba datang kesini. Tidak apa-apa jika dia hanya dating ke sini untuk berkunjung, tetapi Han Xin meminta ku untuk datang karena ia ingin bertemu denganku. " Niat membunuh melonjak keluar dari tubuh Han Xue Nai saat dia mencapai bagian kalimatnya ini. "Tidak terlintas dalam pikiran ku bahwa Tuan Muda Istana Langit Terbit itu akan ada di sana juga. Kalau dipikir-pikir, ini semua adalah jebakan yang khusus dibuat oleh Han Xin untuk ku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.