Maharaja Perang Menguasai Langit

Pintu yang Tak Dapat Terbuka



Pintu yang Tak Dapat Terbuka

0Pintu menuju Pusaka Raja Pedang yang terletak di dasar laut menyebabkan Duan Ling Tian terkejut.     
0

Menurut kenangan Maharaja Bela Diri Reinkarnasi, meskipun ia sendiri bertahun-tahun yang lalu telah memainkan banyak 'permainan' serupa, namun itu tidak sampai berlebihan dan menghabiskan energi sejauh ini.     

"Raja Bela Diri yang meninggalkan Pusaka Raja Pedang ini tampaknya sudah terlalu jauh memainkan permainan ini..." Meskipun ia berpikir seperti ini di dalam hatinya, Duan Ling Tian tidak merasa ada yang aneh.     

Mungkin Raja Bela Diri yang meninggalkan semua ini relatif lebih senang bermain-main.     

"Bagaimana kita masuk?" Tidak lama kemudian, seseorang menyadari masalah ini.     

Untuk sementara waktu, tatapan semua orang termasuk Duan Ling Tian mulai mencari-cari dan memeriksa sekeliling.     

Mereka ingin menemukan cara untuk membukanya.     

Setelah mencari untuk waktu yang lama, mereka masih belum menemukan cara.     

"Menurut rumor, sembilan pedang giok adalah kunci untuk membuka Pusaka Raja Pedang... Tapi pintu ini bahkan tidak memiliki satu pun lubang kunci." Seseorang berkata dengan mengerutkan kening.     

"Sepertinya kita harus memaksa masuk!" Seorang pria paruh baya berpakaian biru maju selangkah, dan dengan mengangkat tangannya, Sumber Energi melejit, lalu Konsepnya mengikuti seperti bayangan di sisi Sumber Energi-nya untuk mendobrak pintu.     

Dhuak!     

Terdengar suara ledakan besar, menyebabkan air laut bergolak dan menjadi sangat berlumpur.     

Pada saat yang sama, ledakan itu mengejutkan banyak makhluk hidup di dasar laut sehingga membuat mereka melarikan diri ke segala arah seolah ingin menyelamatkan diri.     

Makhluk hidup di dasar laut bahkan tidak bisa disebut binatang liar, dan mereka tidak memiliki kemampuan menyerang sedikit pun.     

Serangan pria paruh baya berpakaian biru itu menimbulkan kehebohan besar, tetapi pintu menuju Pusaka Raja Pedang tidak bergerak sedikit pun.     

"Pintu yang sangat kokoh!" Pria paruh baya berpakaian biru itu melihat ke pintu itu dengan ekspresi terkejut.     

Bagaimanapun juga, ia adalah tokoh di tingkat ketujuh Tahap Pengenal Ruang, tetapi meskipun ia mengerahkan kekuatan penuh dan Konsepnya, pintu ini benar-benar tidak bergerak sedikit pun.     

"Hmph!" Han Xue Nai yang berdiri di samping Duan Ling Tian mendengus pelan, dan kemudian mencibir. "Jangan lupa bahwa Pusaka Raja Pedang ini adalah pusaka yang ditinggalkan oleh Raja Bela Diri... Seorang Raja Bela Diri adalah keberadaan di atas Tahap Transformasi Ruang. Jangankan ahli bela diri Tahap Pengenal Ruang sepertimu, bahkan ahli bela diri Tahap Transformasi Ruang pun mungkin tidak dapat menyebabkan kerusakan pada sesuatu yang ditinggalkan oleh Raja Bela Diri."     

Pria paruh baya berpakaian biru itu tertawa malu ketika mendengar Han Xue Nai. "Aku terburu-buru. Beraksi di depan Nona Muda benar-benar menunjukkan keterampilanku yang tidak seberapa di hadapan seorang ahli."     

"Nona Muda, apakah kau punya cara untuk membuka pintu Pusaka Raja Pedang ini? Jika kita tidak dapat membuka pintu itu, kita benar-benar telah datang ke sini dengan sia-sia." Seorang pria tua berpakaian hijau bertanya pada Han Xue Nai dengan tatapan hormat.     

Seketika, selain Duan Ling Tian yang masih memeriksa pintu, semua yang lain menatap Han Xue Nai.     

Han Xue Nai jelas adalah sosok terkuat di antara mereka.     

Han Xue Nai mengerutkan kening dan sedikit cemberut karena ditatap oleh begitu banyak orang. "Tidakkah kalian semua mendengar apa yang baru saja ku katakan? Ini adalah pusaka yang ditinggalkan oleh Raja Bela Diri. Jangankan aku, bahkan seorang ahli beladiri Tahap Transformasi Ruang pun tidak dapat melakukan apa-apa, apalagi seorang ahli bela diri seperti aku yang bahkan belum melangkah ke Tahap Transformasi Ruang."     

Semua orang menjadi sedikit malu ketika mendengar ini.     

Tetapi ketika mereka mendengar kata-kata gadis muda itu, sesuatu akhirnya menjadi jelas bagi mereka, bahwa gadis muda itu bukanlah 'Siluman.'     

Jika ia adalah 'Siluman,' tidak mungkin baginya untuk tidak memiliki kultivasi di Tahap Transformasi Ruang.     

"Sepertinya gadis muda ini adalah murid dari kekuatan besar di Tanah Asing... Usianya sangat muda, tapi dia sudah menerobos ke Tahap Penafsir Ruang. Seberapa besar kekuatan tempat ia berasal?" Pikiran yang sama muncul di benak orang-orang, dan mereka dihantam gelombang keterkejutan.     

Ini lebih mengejutkan daripada jika gadis muda itu adalah 'Siluman'.     

Tidak peduli seberapa kuat Siluman itu, ia hanyalah keberadaan di Tahap Transformasi Ruang, sedangkan kekuatan yang mampu menghasilkan ahli Tahap Penafsir Ruang yang berusia 15 atau 16 tahun pasti memiliki sumber daya dan cadangan tersembunyi yang bisa dibayangkan jumlahnya.     

Jika ada Raja Bela Diri yang ada dalam kekuatan itu, mereka tidak akan terkejut.     

Jangankan di Dinasti Darkhan, di dalam sejarah berbagai Dinasti sekalipun, ahli Tahap Penafsir Ruang berusia 15 atau 16 tahun belum pernah ada.     

Bahkan ahli Tahap Penafsir Ruang di bawah usia 30 tahun pun tidak pernah muncul di berbagai Dinasti itu.     

"Kakak Ling Tian, ​​apakah kau menemukan sesuatu?" Xue Nai memandang Duan Ling Tian di dekatnya dan bertanya.     

Alasan ia bertanya adalah karena ia melihat bahwa mata Duan Ling Tian tiba-tiba berbinar.     

"Xue Nai." Mata Duan Ling Tian berbinar dan menatap lekat-lekat pintu menuju Pusaka Raja Pedang sambil berbicara pelan. "Kabarnya, kunci untuk membuka pusaka ini adalah sembilan pedang giok... Aku pikir jika kita ingin membuka pintu ini, kita harus menggunakan sembilan pedang giok itu."     

"Hmph!" Han Xue Nai belum sempat menjawab tapi pria tua berpakaian biru yang berdiri di sisi pintu, seseorang bernama Tetua Hu yang datang bersama Dong Ming, lebih dulu berbicara dengan mencemooh. "Kita semua sudah tahu apa yang baru saja kau katakan..."     

"Terlepas dari tidak ada satupun lubang kunci di pintu itu untuk memasukkan pedang giok... Kalaupun ada sembilan lubang kunci, sembilan pedang giok itu kini telah bergabung menjadi satu, jadi bagaimana kau ingin membukanya?"     

Kata-kata Tetua Hu disetujui oleh banyak orang.     

"Kambing tua! Kakakku Ling Tian sedang berbicara, untuk apa kau menyela? Jika kau berpikir hidupmu sudah terlalu lama, maka Nona Muda ini tidak keberatan untuk mengirimmu ke jalan kematianmu!" Ketika ia melihat Tetua Hu mencibir Duan Ling Tian, ​​Han Xue Nai langsung tidak senang dan marah.     

Karena ia masih muda, karena identitas istimewanya, selain beberapa saudara perempuan yang sebaya dengannya, ia tidak punya teman lain yang seusia dengannya.     

Hampir semua orang yang seusia dengannya akan memperlakukannya dengan segan, dan masing-masing mereka memandang hormat kepadanya.     

Setiap orang yang dilihatnya memiliki kakak lelaki dan perempuan untuk disayangi, dan ia akan merasakan gelombang kecemburuan di hatinya.     

Sampai ia bertemu Duan Ling Tian.     

Duan Ling Tian tidak memperlakukannya seperti orang-orang yang biasa berada di sisinya, ia benar-benar memperlakukannya seperti adik perempuan, dan membuatnya merasakan kehangatan dari seorang kakak laki-laki untuk pertama kalinya.     

Sejak saat itu, ia menganggap Duan Ling Tian sebagai kakak laki-lakinya, dan ia menikmati perhatian dari seorang kakak laki-laki.     

Sekarang, seseorang benar-benar berani mengejek kakak laki-lakinya?     

Wuss!     

Seiring dengan Han Xue Nai berbicara, hawa dingin muncul di sekujur tubuhnya tanpa alasan.     

Hawa dingin itu menyapu sedingin es.     

Untuk sesaat, air laut bergulung-gulung dan bergolak parah.     

Setelah beberapa saat, sebagian air laut di dasar laut bahkan telah membeku menjadi serpihan-serpihan es yang jatuh ke tanah.     

Jumlah serpihan es meningkat semakin banyak.     

Jika ini terus berlanjut, tidak lama lagi air laut di sekitar semua orang akan membeku menjadi es.     

"Kau..." Wajah Tetua Hu menjadi pucat, sekarang ia baru ingat betapa menakutkannya gadis muda berpakaian kuning ini, dan ia bukan seseorang yang bisa dihadapinya.     

Sekarang, ia berharap bisa menampar dirinya sendiri.     

Mengapa ia tidak melakukan sesuatu yang lebih baik dan terlalu banyak bicara, seolah-olah ingin mencari masalah.     

"Nona Muda, menurutku orang tua ini tidak bermaksud buruk." Seseorang memandang Han Xue Nai dan membujuk dengan suara ringan.     

"Ya, orang tua ini memikirkan kepentingan bersama semua orang, dan itulah sebabnya dia sedikit terburu-buru... Aku harap Nona Muda dapat sedikit menekan amarah." Banyak orang ikut membujuk.     

Di mata mereka sekarang, gadis muda berpakaian kuning di hadapan mereka adalah Raja Yama yang masih hidup, dan ia mengendalikan hidup mereka.     

Jika gadis muda itu terus seperti ini, mereka pasti akan ikut terkubur di dasar laut bersama pria tua berpakaian biru tua itu.     

Hawa dingin yang sedingin es itu terus meningkat.     

Tidak lama lagi air laut di sekitarnya akan berubah menjadi es keras, sementara, mereka akan membeku di dalamnya dengan peluang bertahan hidup yang tipis.     

Kecuali mereka pergi sekarang, meninggalkan Pusaka Pedang Raja, dan meninggalkan semua yang ada di dalamnya.     

Tapi bagaimana mungkin mereka rela pergi seperti ini?     

Mereka sudah menunggu lama untuk hari ini.     

Sekarang, orang-orang yang ada di sana benar-benar membenci Tetua Hu. Jika bukan karena dia, apakah gadis muda itu akan marah?     

"Adik Ling Tian." Dong Ming menatap Ling Tian dengan tatapan memohon.     

Sejauh yang ia tahu, hanya Duan Ling Tian yang bisa menenangkan amarah gadis muda itu sekarang.     

"Lupakan saja, Xue Nai." Duan Ling Tian melirik dingin pada pria tua berpakaian biru itu, dan kemudian ia menoleh kepada Han Xue Nai sambil tersenyum tipis. "Tidak perlu marah terhadap orang-orang tertentu, anggap saja kata-katanya seperti kentut... Selain itu, jika seekor anjing menggigit kita, kita tidak bisa balas menggigitnya, kan? Lalu apa bedanya antara kita dan anjing?"     

Kata-kata Duan Ling Tian menyebabkan tatapan semua orang yang hadir menjadi heran.     

Ekspresi Tetua Hu menjadi suram.     

Duan Ling Tian memanggilnya anjing?     

Sudut-sudut mulut Han Xue Nai bergetar sedikit dan sebuah senyum muncul.     

Pada saat yang sama, hawa dingin di tubuhnya kini telah ditahan, namun matanya yang dipenuhi amarah masih menatap Tetua Hu. "Minta maaf kepada Kakak Ling Tian, kalau tidak, mati!"     

Ketika orang-orang yang ada di sana mendengar kata-kata Han Xue Nai yang marah dan memerintah, mereka merasakan hawa dingin menjalar di tulang mereka.     

Mereka sama sekali tidak meragukan kata-kata gadis muda itu.     

Mereka telah menyaksikan kekuatan gadis muda itu dengan mata mereka sendiri.     

Ekspresi Tetua Hu menjadi suram.     

Gadis itu ingin dia meminta maaf kepada orang yang baru saja menghinanya?     

Sebagai ahli bela diri Tahap Pengenal Ruang tingkat delapan, ia memiliki martabatnya sendiri.     

Tetapi ketika ia merasakan niat membunuh yang terkandung di mata gadis muda itu, hatinya tidak bisa tidak tergetar.     

Apalagi sekarang, ketika banyak pesan suara cemas menembus masuk ke telinganya.     

Tanpa kecuali, semua pesan suara ini berasal dari semua orang di sana yang membujuknya untuk meminta maaf.     

Kali ini, ia jelas telah membangkitkan kemarahan publik.     

Pada akhirnya, Tetua Hu mengertakkan gigi, kemudian ia menarik napas dalam-dalam dan melihat Duan Ling Tian. "Maafkan saya."     

Duan Ling Tian mengangguk dengan acuh tak acuh.     

"Xue Nai." Ketika yang lain menghela napas lega, Duan Ling Tian menatap Han Xue Nai. "Ambil pedang giok itu dan berikan padaku."     

Saat ini, mereka berada di dasar laut, dan Duan Ling Tian tahu bahwa akan sulit bagi lapisan pelindung yang terbentuk dari Sumber Energi-nya untuk menahan tekanan air yang sangat besar itu.     

Jadi ia tidak punya cara untuk mengambil sendiri pedang giok yang tergeletak di depan pintu itu.     

Meskipun ia tidak tahu apa yang Duan Ling Tian ingin lakukan, Han Xue Nai tetap melakukannya, ia membangkitkan lapisan pelindung dari Sumber Energi di tubuhnya lalu meraih pedang giok itu dengan tangannya.     

Dalam sekejap mata, ia kembali ke sisi Duan Ling Tian dan menyerahkan pedang giok itu kepada Duan Ling Tian. "Kakak Ling Tian, ​​mengapa kau menginginkan pedang giok ini?"     

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mencoba dan melihat apakah tebakanku benar." Duan Ling Tian tersenyum tipis.     

Untuk sementara waktu, tatapan semua orang tertuju pada Duan Ling Tian, ​​dan mereka semua ingin tahu apa yang akan ia lakukan.     

"Cit cit~" Tikus emas kecil berdiri di bahu Duan Ling Tian dengan mata hijau gioknya yang terbuka lebar saat ia menatap lekat-lekat pedang giok di tangan Duan Ling Tian dengan penuh minat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.