Maharaja Perang Menguasai Langit

Buah Pemisah Jiwa



Buah Pemisah Jiwa

Meskipun Ye Xiao Bei berkata bahwa Duan Ling Tian tidak perlu melakukan apa-apa untuk Perusahaan Perdagangan Giok Cempaka, namun seperti kata pepatah, hadiah membutakan mata.     

Begitu ia menerima uang dari Perusahaan Perdagangan Giok Cempaka dan menjadi Tetua Kehormatan mereka, maka sesuai karakternya, ia tidak akan tinggal diam jika Perusahaan Perdagangan Giok Cempaka mengalami masalah di masa depan.     

Jadi, Duan Ling Tian memutuskan untuk menolaknya.     

Ia mengetahui dari awal bahwa begitu ia menyetujui tawaran Ye Xiao Bei, maka ia pasti akan terbebani oleh tanggung jawab.     

Ia tidak ingin mengemban tanggung jawab semacam itu demi uang.     

Terlepas dari fakta bahwa ia sekarang tidak kekurangan uang, bahkan jika ia kekurangan uang sekalipun, ia memiliki banyak cara untuk menghasilkan uang.     

"Sepertinya Perusahaan Perdagangan Giok Cempaka kami tidak memiliki nasib baik." Ye Xiao Bei menghela napas ketika melihat ketetapan hati Duan Ling Tian dan di saat yang bersamaan ia berpikir dalam hati. "Dia tetap tidak terpengaruh meski dihadapkan pada 100 juta emas, dan bahkan langsung menolak tawaranku. Kakak Seperguruan Duan Ling Tian bukanlah orang sembarangan, seperti dugaanku!"     

Tidak lama kemudian, senyuman kembali mengembang di wajah Ye Xiao Bei. "Kakak Seperguruan Duan Ling Tian, meskipun kesepakatan bisnis kita tidak berhasil, persahabatan kita tetap berjalan... Di masa depan, kalau kau butuh bantuan apapun, selama itu masih dalam kemampuanku, aku tidak akan menolaknya!"     

"Terima kasih." Duan Ling Tian tersenyum ringan dan mengangguk, lalu ia pergi dengan langkah lebar, melangkah naik ke atas jembatan rantai yang mengarah ke Puncak Alkaid.     

Senyum getir menggantung di wajah Ye Xiao Bei saat ia memandang sosok Duan Ling Tian yang menghilang, lalu ia menghela napas dalam hati. "Sepertinya Kakek akan kecewa."     

Setelah Duan Ling Tian tiba di Puncak Alkaid, ia pergi menuju kediaman Tetua Bi.     

Ia baru saja memasuki lembah itu ketika Duan Ling Tian melihat dua wanita muda cantik sedang bercengkrama dengan gembira. Kedua wanita muda itu asyik mengobrol dan tidak menyadari kedatangannya.     

"Ke Er!" Saat Duan Ling Tian melihat salah satu dari dua wanita muda itu, tatapannya tiba-tiba bersinar, dan napasnya menjadi memburu.     

Suara napasnya yang berat mengagetkan keduanya.     

Kedua wanita itu menoleh secara bersamaan.     

"Berandal." Salah satu gadis itu berdiri, wajahnya seperti bidadari dan tubuhnya menggoda seperti iblis, dan sebuah senyum terkejut sekaligus senang mengembang di wajahnya.     

Ia tak lain adalah Li Fei.     

"Tuan Muda!" gadis lainnya tidak bisa menahan diri dan berseru dengan suara rendah, lalu sosoknya yang anggun bergerak menyambutnya.     

"Ke Er." Duan Ling Tian merentangkan tangannya dan menyambut Ke Er ke dalam pelukannya, lalu mendekapnya erat-erat, seolah sangat takut ia akan pergi.     

"Tuan Muda, aku sangat merindukanmu." Suara Ke Er terdengar gembira saat ia perlahan mengangkat kepalanya, dan wajahnya yang luar biasa cantik basah oleh air mata.     

"Gadis bodoh, aku juga merindukanmu... Mengapa kau menangis? Kau seharusnya bahagia." Duan Ling Tian membantu Ke Er menghapus air mata dari wajahnya, wajahnya menunjukkan ekspresi kasih yang lembut dan di saat yang sama hatinya sedikit perih.     

"Tuan Muda, aku bahagia." Ke Er berkata sambil mendekap erat Duan Ling Tian, seolah ia tak mau melepaskannya selamanya.     

"Gadis bodoh." Sudut mulut Duan Ling Tian melengkung membentuk senyum tipis dan matanya dipenuhi kasih sayang yang luar biasa lembut.     

Li Fei berdiri dan menatap mereka dari kejauhan. Sebuah senyum tipis mengembang di wajahnya, namun ia tidak mengganggu mereka.     

"Tuan Muda, mengapa kau baru datang sekarang? Aku telah menunggu di sini bersama Kakak Li Fei selama dua hari..." Ke Er memeluk Duan Ling Tian sambil bersungut-sungut.     

"Berandal, Ke Er datang kesini di hari kita kembali, tapi kami tidak tahu di mana kau berkultivasi, jadi dia tinggal di sini bersamaku untuk sementara waktu." Li Fei menjelaskan.     

Duan Ling Tian mengangguk, lalu memeluk Ke Er dengan lebih erat. "Gadis bodoh, bukankah aku di sini sekarang?"     

"Tuan Muda, kau tidak datang mencariku ketika kau kembali, apakah kau tidak peduli lagi padaku?" Ke Er mengangkat kepalanya, dan mata indahnya yang jernih tertutup selapis kabut, mengandung air mata yang hampir menetes.     

Duan Ling Tian menggeleng pelan. "Gadis bodoh, jangan berpikiran yang tidak-tidak."     

Ke Er mengangguk pelan, lalu memeluk Duan Ling Tian dengan erat sambil menikmati momen yang damai itu.     

Namun, momen itu tidak berlangsung lama.     

Sesaat kemudian, sebuah suara cemas terdengar dan memecah suasana damai itu.     

"Adik Seperguruan, kekasihmu dalam masalah!" Bersamaan dengan suara yang tiba-tiba itu, sebuah sosok cantik memasuki lembah itu dengan tergesa-gesa.     

Seketika, Duan Ling Tian, Ke Er, dan Li Fei menoleh ke arah orang yang baru datang tersebut.     

Pemandangan di hadapannya membuat Zuo Qing tertegun di tempat.     

"Kakak Seperguruan, kau bilang berandal dalam masalah? Apa tidak salah? Bukankah dia baik-baik saja di sini?" Li Fei tampak kebingungan.     

Duan Ling Tian ikut memandang Zuo Qing dengan penasaran, bagaimana ia tahu bahwa ia sedang dalam masalah?     

Sedangkan Ke Er, saat Zuo Qing muncul, ia tampak malu sehingga melepaskan dirinya dari pelukan Duan Ling Tian. Wajahnya yang cantik merona merah, halus dan menggoda, menyebabkan orang tidak bisa menahan hasrat untuk mendekap dan menciumnya.     

Zuo Qing akhirnya pulih dari keterkejutannya, lalu ia menatap Duan Ling Tian dengan senyum pahit di wajahnya. "Mengapa kau di sini?"     

"Apakah aku tidak boleh di sini?" Apa yang dikatakan Zuo Qing membuat Duan Ling Tian tertegun. "Kakak Seperguruan, apa yang terjadi?"     

Ia dapat melihat napas Zuo Qing yang tersengal dan ia jelas telah berlari menuju ke sini.     

"Kau benar-benar tidak tahu?" Zuo Qing mengerutkan keningnya saat melihat sikap Duan Ling Tian. "Tunggu, Wu Yong Qian dengan jelas mengatakan bahwa kaulah yang menyebabkan kematian Guru Kepala Puncak Megrez, Wu Dao... Mungkinkah dia sedang menudingmu tanpa alasan?"     

Kata-kata Zuo Qing yang memasuki telinganya benar-benar membuat Duan Ling Tian tercengang.     

Ia telah menyebabkan kematian Guru Kepala Puncak Megrez, Wu Dao?     

Wu Yong Qian yang mengatakannya?     

"Guru Kepala Puncak Megrez telah mati?" Li Fei tidak bisa menahan diri dan berseru pelan.     

Rona merah di wajah Ke Er memudar. Ia sedikit tergerak dan matanya memancarkan ekspresi keheranan. "Aku pernah dengar dari Guruku, meskipun kekuatan Guru Kepala Puncak Megrez, Wu Dao, berada di bawahnya, dia tetaplah seorang ahli beladiri terkuat di tingkat kesembilan Tahap Pembelah Ruang. Bagaimana dia bisa mati?"     

"Hal yang paling gila adalah Wu Yong Qian atau siapa yang mengatakan bahwa Berandal telah membunuh Guru Kepala Puncak Megrez!" Wajah Li Fei diselimuti es. "Wu Yong Qian itu jelas sengaja menjebak Berandal... Bagaimana mungkin Berandal membunuh Guru Kepala!?"     

Akhirnya, Duan Ling Tian pulih dari keterkejutannya.     

Berita yang dibawa Zuo Qing benar-benar mengejutkannya.     

Duan Ling Tian menatap Zuo Qing dan bertanya penasaran. "Kakak Seperguruan Zuo Qing, apa yang sebenarnya terjadi?"     

Saat ini, ia sangat ingin mengetahui urutan kejadian masalah tersebut, karena ia samar-samar menyadari bahwa masalah ini tidak sesederhana itu.     

Zuo Qing menarik napas dan berkata, "Awalnya, aku bermaksud membeli beberapa pil obat dari Pusat Perdagangan di Puncak Dubhe, tetapi ketika aku naik ke puncak dan tiba di dekat Pusat Perdagangan itu..."     

Sampai di sini, Zuo Qing berhenti dan mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku melihat Wu Yong Qian membopong jenazah ayah angkatnya, Guru Kepala Puncak Megrez, Wu Dao, menuju puncak. Ia meletakkan jenazah itu, lalu ia berlutut di sampingnya..."     

"Lalu dia berulang kali berkata bahwa kaulah yang menyebabkan kematian ayah angkatnya, terlebih lagi, dia mengatakan bahwa Ketua Sekte akan menegakkan keadilan bagi ayah angkatnya!" Zuo Qing selesai mengatakan itu semua dalam satu tarikan napas.     

Ekspresi terkejut muncul di wajah Duan Ling Tian saat mendengar ini.     

Guru Kepala Puncak Megrez, Wu Dao, benar-benar telah mati?     

Tiba-tiba, sebuah pikiran yang sulit dipercaya muncul di benaknya.     

Mungkinkah...?     

Demi memastikan pikirannya, Duan Ling Tian menatap Zuo Qing dan bertanya. "Kakak Seperguruan, apakah kau melihat jenazah Wu Dao?"     

Zuo Qing mengangguk. "Aku melihatnya. Jika aku tidak mengenalinya, aku tidak akan berani memastikan dia telah mati. Lagipula dia adalah Guru Kepala Puncak Megrez, sosok tangguh di tingkat kesembilan Tahap Pembelah Ruang."     

"Dia dibunuh oleh seseorang?" Duan Ling Tian bertanya penasaran.     

Zuo Qing berbicara sambil mengingat-ingat. "Tidak ada luka yang jelas di tubuh Wu Dao... Wajahnya hampir seluruhnya menghitam, dan ketujuh lubang di tubuhnya mengeluarkan darah. Itu lebih seperti dia mati karena racun."     

Racun?     

Pupil mata Duan Ling Tian mengecil tanpa sadar.     

Apakah ini benar-benar seperti dugaanku?     

"Mungkinkah Wu Dao benar-benar menemukan Buah Pemisah Jiwa di Hutan Tua?" Sudut-sudut mulut Duan Ling Tian berkedut saat pikirannya terfokus.     

Ia merasa semua ini seperti mimpi...     

Tempo hari, ketika Wu Dao memanggilnya dan bertanya kepadanya tentang kemampuannya menggunakan Sumber Energi untuk mengalahkan lawan yang lebih kuat, demi memperdaya Wu Dao, ia memberi jawaban sekenanya.     

Ia mengatakan bahwa Sumber Energinya telah mengalami perubahan yang tidak biasa setelah mengonsumsi sejenis buah jiwa dari Hutan Tua.     

Kemudian, demi meyakinkan Wu Dao, ia menjelaskan ciri-ciri dari Buah Pemisah Jiwa.     

Saat itu, sejauh yang ia ketahui, Buah Pemisah Jiwa sangat jarang dijumpai bahkan di 'Tanah Asing', sehingga tidak mungkin buah itu ada di hutan tua.     

Namun hari ini, Wu Dao itu telah mati karena racun, dan Wu Yong Qian berulangkali mengatakan bahwa Wu Dao mati karena dirinya...     

Bukankah semua ini terlalu kebetulan?!     

"Mungkinkah memang ada Buah Pemisah Jiwa di Hutan Tua, dan Wu Dao menemukannya?" Duan Ling Tian tidak bisa tidak memikirkan hal ini.     

Jika benar-benar seperti itu, maka bukankah Wu Dao benar-benar bernasib buruk?     

Buah Pemisah Jiwa adalah buah jiwa yang sangat istimewa, sangat beracun.     

Bahkan tabib paling berpengalaman di Tanah Asing, termasuk mantan Maharaja Beladiri Reinkarnasi sendiri hanya mampu mengenali Buah Pemisah Jiwa dari penampilan luarnya.     

Bagi seseorang yang tidak dapat mengenalinya, maka hanya ada satu metode untuk menguji apakah Buah Pemisah Jiwa mengandung racun.     

Dengan membuat seseorang atau seekor hewan memakannya untuk mengujinya!     

Kalau tidak, tidak ada yang bisa menggunakan metode pengujian lain untuk menentukan kandungan racun dari Buah Pemisah Jiwa.     

Bahkan setelah Maharaja Beladiri Reinkarnasi menjadi Tabib Tingkat Kerajaan, ia masih tidak dapat menentukan kandungan racun dari Buah Pemisah Jiwa melalui pengujian.     

Bisa dibayangkan betapa tersembunyinya racun dari Buah Pemisah Jiwa tersebut.     

"Jika Wu Dao itu benar-benar mengonsumsi Buah Pemisah Jiwa dan mati, maka dia hanya bisa menyalahkan nasib buruknya sendiri!" Duan Ling Tian berkata pada dirinya sendiri.     

Buah Pemisah Jiwa sangat sulit didapat.     

Bahkan sang Maharaja Beladiri Reinkarnasi hanya beruntung untuk melihatnya dua kali.     

Wu Dao berhasil mendapatkan Buah Pemisah Jiwa itu hanya dapat berarti Wu Dao berjodoh dengan Buah Pemisah Jiwa tersebut...     

Zuo Qing menatap Duan Ling Tian dan bertanya dengan penasaran. "Adik Seperguruan Duan Ling Tian, ​​mengapa Wu Yong Qian mengatakan kaulah yang menyebabkan kematian Guru Kepala Puncak Megrez?"     

Saat itu, ia jelas melihat Wu Yong Qian yang histeris, dan sepertinya itu tidak dibuat-buat.     

Li Fei dan Ke Er memandang Duan Ling Tian juga.     

Sejauh yang mereka ketahui, mereka tidak peduli jika kematian Wu Dao berhubungan dengan Duan Ling Tian... Bahkan jika kematian Wu Dao disebabkan oleh Duan Ling Tian, ​​mereka hanya akan berpikir bahwa Wu Dao pantas mati.     

Duan Ling Tian adalah surga mereka, ia adalah segalanya bagi mereka.     

Tepat ketika Duan Ling Tian berniat untuk berbicara.     

Wuss!     

Seolah hembusan angin bertiup, sebuah sosok melintas memasuki lembah itu, lalu menatap Duan Ling Tian. "Duan Ling Tian, ​​Ketua Sekte telah memanggilmu ke puncak tertinggi Puncak Dubhe."     

Orang yang muncul barusan tak lain adalah tetua pelataran luar Puncak Alkaid, Tetua Bi.     

Guru dari Li Fei.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.