Maharaja Perang Menguasai Langit

Kembali ke Puncak Alkaid



Kembali ke Puncak Alkaid

0Duan Ling Tian tidak tahu berapa lama ia sudah bermeditasi, ia baru membuka mata dan sadar sepenuhnya setelah efek obat dari Pil Penguat Sumber Energi benar-benar terserap habis.     
0

"Hah." Duan Ling Tian menghembuskan napas kotor dan memandangi gua stalaktit lalu menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya berjalan keluar dengan langkah lebar.     

"Aku ingin tahu bagaimana keadaan dua teman kecil itu sekarang." Duan Ling Tian berdiri di atas pohon miring itu dan menikmati embun pagi, tatapannya menembus kabut dan awan dan mengarah ke hutan tua.     

Hatinya tidak sepenuhnya tenang karena dua piton kecil itu.     

"Aku akan pergi menengok Fei Kecil dan Ke Er... Fei Kecil seharusnya sudah menerobos sekarang." Setelah kembali berpikir jernih, senyum mengembang di wajahnya. Setelah menggunakan Kekuatan Spiritualnya sejenak untuk mengetahui keadaan di puncak gunung, ia melompat ke puncak itu kemudian berjalan menuruni Puncak Megrez.     

Tak lama kemudian ia tiba di Balai Perdagangan yang terletak di atas sebuah panggung batu yang luas.     

Ketika ia baru tiba di dekat Balai Perdagangan, ia menyadari tatapan-tatapan yang tertuju padanya, tampak sengaja mengawasi gerak geriknya.     

"Hmph." Sebuah senyum dingin muncul di sudut mulut Duan Ling Tian. Jika ia tidak salah menebak, mereka adalah orang suruhan tetua pelataran luar, Zhao Lin, yang ditugaskan untuk mengawasinya.     

Akan tetapi ia tidak ambil pusing, karena mereka bukanlah ancaman baginya.     

"Hmm?" Tiba-tiba, seperti menyadari sesuatu, tatapan Duan Ling Tian tertuju ke kejauhan.     

Seorang pria muda berdiri di kejauhan dan menatap Duan Ling Tian dengan tatapan yang rumit.     

"Liu Yu?" Duan Ling Tian mengenali pemuda itu dengan sekali pandang, yang tak lain adalah murid pelataran luar yang mencegatnya di luar Balai Perdagangan tempo hari dan berniat membantu Zhao Lin mengambil paksa metode fiktif Kelahiran Kembali Otot Meridian yang dimilikinya.     

Liu Yu ini adalah murid pelataran luar Tahap Sumber Inti tingkat ke lima.     

Ia masih ingat saat itu ia langsung menantang Liu Yu yang mencegatnya untuk bertarung di Arena Maut, pada akhirnya Liu Yu memilih mundur.     

Duan Ling Tian menatap lekat Liu Yu, lalu berbalik dan berjalan ke arah jembatan rantai, pergi dengan langkah lebar.     

Dari awal sampai akhir, ia tidak berniat untuk mempedulikan Liu Yu.     

Liu Yu berdiri diam di tempat dan menatap Duan Ling Tian yang menghilang di kejauhan, senyum pahit muncul di wajahnya, dan kakinya seolah terisi timah berat yang membuatnya tidak mampu bergerak untuk waktu yang lama.     

"Untungnya aku tidak menerima tantangan arena maut darinya tempo hari... Kalau tidak, aku sudah mati!" Beberapa hari ke belakang ia terus bermimpi tentang kejadian hari itu, di dalam mimpi, Duan Ling Tian menantangnya untuk bertarung di arena maut.     

Dan setiap kali pula ia terbangun ketakutan.     

Dan sekujur tubuhnya dibasahi keringat dingin.     

Ketika mengingat kembali pilihannya hari itu, baru ia menyadari bahwa itu adalah pilihan yang bijak.     

Duan Ling Tian bahkan mampu membunuh seorang murid pelataran luar tingkat keenam Tahap Sumber Inti, apalagi dirinya yang hanya seorang murid pelataran luar tingkat kelima Tahap Sumber Inti.     

Ia dapat membayangkan jika ia naik ke arena maut melawan Duan Ling Tian hari itu, dapat dipastikan ia akan mati.     

Duan Ling Tian terlalu menakutkan.     

Beberapa murid Puncak Megrez yang memperhatikan kepergian Duan Ling Tian saling berkumpul.     

"Duan Ling Tian itu sudah melewati jembatan rantai, siapa yang akan mengikutinya?" Salah satu dari murid Puncak Megrez itu bertanya dengan suara pelan.     

Untuk sesaat, selain salah satu dari mereka yang masih bisa bersikap tenang, murid-murid Puncak Megrez yang lain semuanya menundukkan kepala mereka.     

Duan Ling Tian adalah seseorang yang mampu membunuh seorang murid pelataran luar Tahap Sumber Inti tingkat keenam, mereka tidak berani ambil resiko dengan mengikutinya.     

"Aku yang pergi." Sesaat kemudian, murid Puncak Megrez yang bersikap tenang itu menawarkan diri.     

Duan Ling Tian baru saja melewati jembatan rantai itu ketika menyadari ada yang mengekorinya.     

"Dia lagi!" Kekuatan Spiritualnya yang tajam memungkinkan Duan Ling Tian segera mengenali orang yang mengikutinya itu, yang tak lain adalah murid Puncak Megrez yang pernah membuntutinya terakhir kali dan ketahuan.     

Mata Duan Ling Tian berubah dingin dan ganas.     

Murid Megrez Peak satu ini masih bekerja untuk Zhao Lin.     

Terlebih lagi, ia masih berani membuntutiku?     

Duan Ling Tian tiba di Puncak Dubhe tak lama kemudian, dan berjalan berputar-putar tanpa arah lalu bergegas memasuki suatu tempat terpencil.     

Tepat saat Duan Ling Tian bersiap menyembunyikan diri dan bermaksud mengelabui murid Puncak Megrez itu lagi.     

"Duan Ling Tian, aku tahu kau tahu aku mengikutimu." Murid Puncak Megrez itu berjalan beberapa langkah ke depan dan berkata dengan suara pelan. "Aku mengikutimu tanpa maksud lain. Aku hanya ingin memperingatkanmu bahwa Tetua Zhao Lin telah mengirim beberapa orang lain untuk bekerjasama membuntutimu. Mereka sekarang sedang melapor kepada Tetua Zhao Lin. Tak lama lagi, Tetua Zhao Lin akan datang ke Puncak Dubhe, berhati-hatilah."     

"Hmm?" Duan Ling Tian berjalan keluar dengan agak terkejut, lalu menatap murid Puncak Megrez itu. "Mengapa kau menolongku?"     

Murid Puncak Megrez itu tampak sedikit malu. "Kau bisa saja membunuhku kemarin, tapi kau tidak melakukannya... Aku berhutang nyawa padamu."     

Duan Ling Tian menatap lekat murid Megrez itu. "Siapa namamu?"     

"Huang Ji." Murid Puncak Megrez itu buru-buru menjawab, ia tidak berani membuat Duan Ling Tian kehilangan kesabaran.     

Whuush.     

Duan Ling Tian mengangkat tangannya, lalu 10.000 emas muncul di genggamannya. "Huang Ji, kuanggap kau mau melakukan yang disuruh Zhao Lin demi uang... Sekarang, aku beri kau 10.000 emas. Di masa yang akan datang, jika Zhao Lin itu ingin membuntutiku, bawa dia berputar-putar di sekitar Sekte Pedang Tujuh Bintang. Beri dia harapan, lalu buat dia kembali tanpa hasil." Saat mengatakan ini, senyum jahil mengembang di wajahnya.     

Huang Ji menerima 10.000 emas itu dengan senang hati, dan langsung menyetujuinya.     

Karena nyawanya tak lagi terancam oleh Duan Ling Tian, kebencian terhadap Zhao Lin muncul di hatinya.     

Kini ia punya kesempatan untuk membuat Zhao Lin menderita, ia bahkan bisa memperoleh begitu banyak emas, jadi ia tidak akan melewatkan kesempatan ini.     

"Ku harap kau tidak mengecewakanku. Kalau tidak..." Duan Ling Tian seolah-olah sedang memberi Huang Ji permen untuk dimakan, lalu menamparnya, nada suaranya mengandung ancaman.     

"Jangan khawatir. Aku pasti akan melakukannya dengan baik dan tak akan mengecewakanmu." Huang Ji berjanji dengan tulus.     

"Pergi." Duan Ling Tian mengedikkan kepalanya, lalu pergi setelah Huang Ji. Tak lama kemudian, ia telah tiba di jembatan rantai yang menghubungkannya dengan Puncak Alkaid, lalu menyeberanginya untuk tiba di Puncak Alkaid.     

Ketika Duan Ling Tian kembali tiba di kediaman Tetua Bi, ia melihat seorang wanita muda berpenampilan cantik dan halus.     

Ia telah bertemu denganny dua kali.     

Pertama kalinya adalah sebelum ujian masuk murid pelataran luar, ia melihat wanita ini mengikuti di belakang Tetua Bi.     

Kali kedua adalah di Puncak Alkaid. Saat itu ia juga mengikuti di belakang Tetua Bi, dan rupanya ia adalah salah satu murid Tetua Bi yang bernama Zuo Qing.     

Ia dapat dianggap sebagai Kakak Senior bagi Li Fei.     

"Kakak Senior Zuo Qing." Duan Ling Tian menyapa wanita itu sambil tersenyum tipis. Karena ia adalah Kakak Senior bagi Li Fei, maka ia juga Kakak Senior baginya.     

"Duan Ling Tian." Sebuah senyum mengembang di wajah Zuo Qing ketika melihat Duan Ling Tian. "Kau pasti datang untuk menengok Adik Junior, kan?"     

"Ya." Duan Ling Tian mengangguk dan tersenyum ringan.     

"Akan kupanggilkan." Zuo Qing berbalik dan pergi, tak lama kemudian ia kembali, kali ini bersama seorang wanita muda yang memiliki penampilan luar biasa cantik dan tak tertandingi.     

Wanita ini memiliki paras secantik bidadari, tubuh semenggoda iblis, dan membuat siapa pun yang melihatnya tidak bisa menahan imajinasi liar untuk menindihnya dan merusaknya.     

"Berandal!" Wanita itu melihat Duan Ling Tian dan matanya yang jernih seketika berbinar, ia lalu menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Duan Ling Tian.     

Duan Ling Tian dapat merasakan aroma wangi memasuki rongga hidungnya, dan sosok lembut itu hinggap di pelukannya, ia tersenyum sembari menyambut wanita yang menjatuhkan diri ke pelukannya tersebut. "Fei Kecil, sudah hampir tiga bulan sejak terakhir kita bertemu..."     

Li Fei mengangguk pelan lalu membenamkan wajahnya di dada Duan Ling Tian yang bidang, tak mau mengangkat kepalanya untuk waktu yang lama.     

Duan Ling Tian mengulurkan tangannya untuk membelai punggung Li Fei yang halus, dan secercah senyum hangat muncul di wajahnya.     

Zuo Qing menatap Li Fei dengan kagum saat ia melihat momen tersebut, ia lalu berbalik dan pergi.     

Ia tahu bahwa momen ini hanyalah milik dua sejoli yang saling mencinta itu.     

Ia ikut merasa senang untuk Adik Juniornya itu, karena jika seorang wanita berhasil mendapatkan seorang pria seperti Duan Ling Tian dalam hidupnya, maka hidupnya tidak sia-sia.     

Untuk sesaat, di seluruh lembah yang luas itu seolah hanya ada Duan Ling Tian dan Li Fei yang saling berpelukan dalam diam.     

"Fei Kecil, Tetua Bi sedang tidak di sini, kan?" Duan Ling Tian berbisik ke telinga Li Fei sambil perlahan meniupnya.     

Tubuh Li Fei yang halus gemetar, ia seolah memahami sesuatu lalu menggelengkan kepalanya. "Guru sedang ada urusan di luar."     

Tubuh bagian bawah Duan Ling Tian menjadi panas ketika mendengarnya, napasnya memburu lalu ia menggendong Li Fei dan bergegas menuju rumah kayu tempat Li Fei tinggal.     

Pria dan wanita muda yang sudah lama tidak bertemu itu saling melampiaskan kerinduan di dalam hati mereka...     

Setelah badai mereda, Duan Ling Tian memeluk Li Fei yang terlihat puas dan berbaring di dadanya. "Fei Kecil, terakhir kali aku ke sini, Tetua Bi bilang kau sedang di fase kritis untuk menerobos... Kelihatannya kau kini telah menerobos?"     

Wajah cantik Li Fei yang tampak bahagia kini memerah, lalu ia mengangguk pelan. "Ya, aku telah menerobos."     

"Apakah kau menemui Ke Er akhir-akhir ini?" Duan Ling Tian memikirkan wanita yang halus dan lembut yang selalu setia di sisinya itu, dan bertanya dengan suara lembut seperti air.     

"Adik Ke Er ikut dengan Guru Kepala pergi ke suatu tempat yang jauh... Ia sempat datang mencariku, dan kami berdua pergi ke Puncak Megrez, tetapi tidak ada murid Puncak Megrez yang tahu di mana kau tinggal. Jadi ia akhirnya pergi dengan memendam kekecewaan." Li Fei mengulurkan tangannya yang sehalus giok dan memain-mainkan jarinya yang lentik di dada Duan Ling Tian.     

Duan Ling Tian mengangguk.     

Ke Er berada dalam perlindungan Guru Kepala di sisinya, jadi ia tidak mengkhawatirkan keselamatannya.     

Li Fei menatap Duan Ling Tian dengan tatapan ingin tahu. "Berandal, di mana sebenarnya kau tinggal? Aku dan Ke Er menanyai puluhan murid Puncak Megrez tapi tak ada seorang pun yang tahu di mana kau biasanya tinggal."     

Duan Ling Tian menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Jangankan murid Puncak Megrez, Guru Kepala Puncak Megrez bahkan Guru Sekte dari Sekte Pedang Tujuh Bintang sekalipun tidak mungkin tahu di mana tempat tinggalku."     

Wajah cantik Li Fei tampak penasaran mendengar ucapan Duan Ling Tian.     

Duan Ling Tian tidak menyembunyikan apa pun dari Li Fei, ia perlahan menjelaskan tentang bagaimana ia menemukan gua stalaktit tempo hari.     

"Jadi rupanya Susu Stalaktit 10.000 tahun yang kau berikan padaku dan Adik Ke Er berasal dari sana... Berandal, keberuntunganmu terlalu bagus, kan? Bahkan tempat seperti itu dapat ditemukan olehmu. Jika para petinggi Sekte Pedang Tujuh Bintang tahu tentang hal ini, tidakkah mereka akan marah setengah mati kepadamu?" Li Fei tidak bisa menahan helaan emosinya, dan setelah ia selesai berbicara, wajahnya yang cantik tak tertandingi dihiasi senyum tipis.     

"Yah, keberuntunganku tidak buruk." Duan Ling Tian mengangguk, dan ketika ia membicarakan gua stalaktit itu, ia tidak bisa tidak teringat pada dua piton kecilnya. Ia bertanya-tanya sekarang mereka di mana dan sedang apa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.