Maharaja Perang Menguasai Langit

Bertarung Sepenuh Hati!



Bertarung Sepenuh Hati!

0Mengapa ia bisa seyakin itu?     
0

Duan Ling Tian hanya tersenyum mendengar perkataan He Dong, namun tidak menanggapinya lebih jauh.     

Ia yakin He Dong akan segera tahu jawabannya.     

Mata indah Zuo Qing tampak heran mendengar perkataan He Dong, lalu mengamati Duan Ling Tian dengan sungguh-sungguh untuk beberapa saat. Pada akhirnya, ia mengangguk dan tidak lagi berusaha membujuk Duan Ling Tian.     

Ia dapat melihat Duan Ling Tian yang penuh percaya diri.     

Kepercayaan diri yang kuat.     

Pikirnya dalam hatinya.     

Mungkin, kekasih Adik Seperguruannya ini akan menciptakan mukjizat sekali lagi, dan membuat semua orang terkejut.     

Tak lama kemudian, semua siswa pelataran luar yang berpartisipasi di putaran kedua kompetisi beladiri pelataran luar telah selesai mengambil nomor undian.     

"Sekarang, ke-29 dari kalian telah mengambil nomor masing-masing." Sementara itu, Guru Kepala Puncak Mizar, Zheng Fang, perlahan berkata. "Sekarang, siswa yang mengambil nomor 2 dan nomor 3, naik ke atas ring pertarungan pertama; siswa yang mengambil nomor 4 dan nomor 5, naik ke atas ring pertarungan kedua... begitu seterusnya, sampai nomor 19."     

Ada total 10 ring pertarungan di Puncak Mizar.     

Sekarang, selain ring pertarungan tengah yang kosong, di masing-masing dari 9 ring pertarungan lainnya terdapat 2 sosok yang berdiri di sana.     

Kesembilan tetua pelataran luar Puncak Mizar berturut-turut naik untuk memimpin pertarungan.     

"Kakak seperguruan Zuo Qing."     

Duan Ling Tian berdiri di arena pertarungan tengah yang tidak digunakan, dan memandang ke arah sosok cantik yang ada di ring pertarungan ke-4.     

Tepat saat ini.     

"Aku mengaku kalah!" Tiba-tiba terdengar sebuah suara, memecah keheningan di Panggung Mizar.     

Di ring pertarungan ke-7, seseorang mengakui kekalahannya.     

"Kakak seperguruan Shi Hao mengaku kalah?" Kerumunan siswa pelataran luar Pedang Tujuh Bintang semuanya menatap kosong kepada Shi Hao yang meninggalkan ring pertarungan ke-7, wajah mereka semua adalah wajah-wajah tidak percaya.     

Mereka tidak akan heran jika orang lain yang mengaku kalah.     

Namun orang yang mengaku kalah ini adalah Shi Hao.     

Siswa nomor satu di pelataran luar Sekte Pedang Tujuh Bintang.     

"Mengapa Kakak seperguruan Shi Hao mengaku kalah? Ini terlalu aneh." Beberapa dari siswa pelataran luar Sekte Pedang Tujuh Bintang memandang dengan ekspresi kebingungan, dan sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi, karena sulit bagi mereka untuk memahami apa yang terjadi di depan mata mereka.     

"Kau tidak tahu? Biar aku beri tahu, Kakak seperguruan Shi Hao mengaku kalah sekarang untuk memperoleh kesempatan menantang nanti... Kalau aku tidak salah tebak, dia jelas ingin menantang Duan Ling Tian!"     

"Menantang Duan Ling Tian? Kenapa?"     

"Karena dia ingin membunuh Duan Ling Tian!"     

"Bagaimana kau tahu?"     

"Aku adalah siswa Puncak Megrez. Kakak seperguruan Shi Hao datang ke Puncak Megrez kami 3 bulan yang lalu dan menyebar kabar ingin menantang Duan Ling Tian bertarung di arena maut... Tapi sayangnya Duan Ling Tian selalu bersembunyi dan Kakak seperguruan Shi Hao sama sekali tidak memperoleh kesempatan untuk membunuhnya. Sekarang ia memiliki kesempatan itu, apa kau pikir dia akan melewatkannya?"     

"Jadi begitu... Tetapi, mengapa Kakak seperguruan Shi Hao dan Duan Ling Tian bisa saling bermusuhan?"     

"Pada awalnya aku tidak tahu mengenai hal ini, tetapi kemudian setelah mencari tahu, aku tahu bahwa Duan Ling Tian telah melumpuhkan Pusat Energi dari adik perempuan Shi Hao, Shi Yan... Di pelataran luar Sekte Pedang Tujuh Bintang kita, siapa yang tidak tahu betapa sayangnya Kakak seperguruan Shi Hao kepada adiknya, Shi Yan? Coba bilang padaku, apa mungkin dia tidak membalas dendam untuk Shi Yan?"     

"Duan Ling Tian melumpuhkan Pusat Energi Shi Yan?"     

...     

Percakapan antara dua siswa pelataran luar Sekte Pedang Tujuh Bintang itu dengan cepat menyebar.     

Tidak butuh waktu lama sebelum hampir semua orang yang ada di Panggung Mizar itu mengetahuinya.     

Duan Ling Tian, melumpuhkan Pusat Energi adik perempuan Shi Hao, Shi Yan...     

Shi Hao membenci Duan Ling Tian sampai ke tulang, dan ingin membunuhnya.     

"Duan Ling Tian, kau..." He Dong yang berdiri di samping Duan Ling Tian memandang dengan ekspresi heran, meskipun ia tahu bahwa Shi Hao bermaksud mencari masalah dengan Duan Ling Tian, namun ia tidak tahu ternyata ada alasan di balik itu.     

Duan Ling Tian mengangkat bahunya, dan tersenyum tipis. "Apa itu sangat mengejutkan?"     

He Dong mengangguk. "Sebenarnya cukup mengejutkan. Di pelataran luar Sekte Pedang Tujuh Bintang, siapa yang tidak tahu bahwa Shi Hao sangat menyayangi adiknya itu, dan menuruti semua keinginannya. Namun kau langsung melumpuhkan Pusat Energinya! Akan aneh jika Shi Hao tidak mempertaruhkan nyawanya untuk membunuhmu.     

"Tetapi, kau tampaknya bukan orang yang suka berbuat seenaknya, kenapa kau melumpuhkan Pusat Energi Shi Yan?" He Dong menatap Duan Ling Tian dengan ekspresi penasaran.     

"Sebenarnya bukan apa-apa. Shi Yan itu awalnya mempermalukan dan mengganggu kekasihku tanpa sebab, kemudian berulangkali mengatakan ingin melumpuhkan Pusat Energiku bahkan benar-benar akan melakukannya... Aku hanya bisa membuatnya merasakan sendiri apa akibat dari perbuatannya itu." Duan Ling Tian menjelaskan dengan santai, seolah yang ia katakan itu tidak penting.     

He Dong akhirnya paham. "Aku sudah lama mendengar tentang Shi Yan yang memanfaatkan nama Shi Hao untuk bersikap seenaknya di Puncak Alkaid... Kali ini, dia bisa dianggap kena getahnya karena mencoba mengganggumu."     

Suara percakapan mereka cukup pelan, namun masih bisa terdengar oleh Zheng Fang yang berdiri tak jauh dari mereka.     

Sudut mulut Zheng Fang sedikit melengkung.     

Duan Ling Tian ini benar-benar seorang yang polos.     

Namun nyalinya tidaklah kecil.     

Apakah ia benar-benar tidak takut Shi Hao akan membalas dendam kepadanya.     

Shi Hao mengaku kalah sekarang jelas karena ia mengincar Duan Ling Tian.     

Shi Hao kembali dan menatap Duan Ling Tian dengan tatapan keji dan bengis.     

"Shi Hao, dia jatahku." Hu Xue Feng menatap Shi Hao dengan mata yang berkilat dingin dan berkata dengan nada memaksa.     

"Hmph!" Shi Hao menatap sekilas pada Hu Xue Feng dengan dingin dan tak peduli, kemudian mengabaikannya seolah-olah tidak menganggapnya serius.     

Hu Xue Feng tampak tidak senang, matanya berkilat ganas sambil dalam hati berkata. "Shi Hao, setelah membunuh Duan Ling Tian hari ini, aku juga akan membunuhmu... Mulai besok, aku akan menggantikanmu sebagai siswa nomor satu di pelataran luar Sekte Pedang Tujuh Bintang!"     

Sementara itu, pertarungan sengit antara dua lawan yang seimbang terjadi di delapan ring pertarungan lainnya.     

"Kuat sekali." Duan Ling Tian melihat jelas sosok Zuo Qing yang melesat di ring pertarungan ke-4, mengelak dari serangan pedang lawan yang cepat dan kejam, kemudian bayangan pedang di tangannya turun ke bawah, seolah berubah menjadi hujan yang memenuhi langit, memaksa lawannya untuk menyerah.     

Dari awal sampai akhir, ia tidak melukai lawannya sama sekali.     

"Terima kasih karena telah menunjukkan belas kasihan." Siswa pelataran luar Tahap Sumber Inti tingkat ketujuh yang dipaksa menyerah itu mengucurkan keringat dingin dari keningnya saat mengaku kalah dan berjalan keluar dari arena pertarungan keempat.     

Zuo Qing menang dan maju ke putaran selanjutnya.     

Tak lama kemudian, pemenang dari ring pertarungan lain juga telah ditentukan.     

Ada tujuh orang lainnya yang berhasil maju.     

Hanya beberapa dari mereka yang terluka, namun tidak ada yang tewas.     

Meskipun kompetisi beladiri pelataran luar kali ini tidak mensyaratkan larangan membunuh, namun di mata siswa pelataran luar yang menaiki ring pertarungan itu, lawan mereka bagaimanapun adalah kakak dan adik seperguruan dari sekte yang sama. Karena mereka tidak saling berselisih ataupun bermusuhan, tidak ada gunanya untuk saling membunuh.     

"Urutan yang sama seperti sebelumnya... 10 siswa pelataran luar yang tersisa, naik ke atas ring pertarungan!" Zheng Fang memerintahkan.     

"Duan Ling Tian, aku akan naik." He Dong berkata kepada Duan Ling Tian lalu menaiki ring pertarungan yang jauh.     

"Aku mengaku kalah!" Kali ini, seseorang yang lain mengakui kekalahannya.     

Hu Xue Feng!     

Karena Shi Hao melakukan hal yang sama dengannya sebelumnya, meskipun kerumunan siswa Sekte Pedang Tujuh Bintang itu merasa sedikit terkejut melihat Hu Xue Feng mengaku kalah, mereka tidak seterkejut seperti ketika Shi Hao mengaku kalah sebelumnya.     

"Kakak seperguruan Hu Xue Feng mengaku kalah? Mungkinkah itu juga karena Duan Ling Tian?"     

"Duan Ling Tian ini pertama menyinggung Kakak seperguruan Shi Hao, lalu sekarang menyinggung Kakak seperguruan Hu Xue Feng... Jika dia tidak mengaku kalah hari ini, dia pasti akan mati!"     

...     

Beberapa dari siswa Sekte Pedang Tujuh Bintang memandang ke arah Duan Ling Tian dan hanya bisa menggelengkan kepala mereka.     

Tidak lama kemudian, delapan arena lainnya telah menentukan pemenang.     

He Dong menang!     

Kompetisi beladiri pelataran luar itu berlanjut.     

Selain Duan Ling Tian dan 14 orang yang tersisih, 14 orang sisanya memulai pertarungan putaran kedua.     

Kali ini 7 orang yang memenangkan pertarungan akan bersanding dengan Duan Ling Tian untuk sementara menempati posisi 10 besar.     

Pertarungan dimulai!     

Di atas 7 ring pertarungan, bayangan pedang saling berkelebat tak terkendali.     

Ketujuh siswa pelataran luar Tahap Sumber Inti tingkat ketujuh termasuk Zuo Qing dan He Dong mengeluarkan semua kemampuan yang telah mereka pelajari sepenuh hati, keterampilan pedang yang menyilaukan mata berdesing dan menebas ke segala arah.     

Seiring waktu berlalu, pertarungan di tujuh ring pertarungan itu satu demi satu berakhir.     

Zuo Qing dan He Dong maju ke putaran selanjutnya.     

Mereka dan lima siswa pelataran luar tahap Sumber Inti tingkat ketujuh lainnya sementara menempati posisi 10 besar.     

Tujuh orang yang tadi tersisih mengambil undian sekali lagi.     

Orang yang mengambil undian nomor satu akan ditempatkan sementara di posisi 10 besar.     

Enam orang lainnya akan menentukan siapa yang terkuat di antara mereka untuk mendapatkan satu tempat yang tersisa dalam posisi 10 besar.     

Dengan demikian, para siswa yang akan menempati posisi 10 besar untuk sementara telah ditentukan.     

Duan Ling Tian, Zuo Qing, dan He Dong secara mengesankan masuk di dalam daftar 10 besar.     

"Bagus sekali... Sekarang 10 orang yang akan menempati posisi 10 besar untuk sementara telah ditentukan. Selanjutnya, tantangan akan diberlakukan! 19 siswa pelataran luar lain dapat menantang siapapun yang berada dalam posisi 10 besar.     

"Jika kalian dapat mengalahkan lawan, kalian akan menggantikan posisi mereka! Sebaliknya, jika kalian kalah, maka kalian kehilangan kualifikasi untuk menantang.     

"Setiap orang hanya memiliki satu kesempatan untuk menantang. Aku harap kalian dapat memilih dengan hati-hati."     

Zheng Fang berkata dengan suara lantang dan jelas. "Sekarang, 19 orang yang tersisa akan berurutan menantang lawan masing-masing berdasarkan nomor undian di tangan mereka..."     

Wajah Hu Xue Feng tampak tidak senang ketika mendengar Zheng Fan, dan tatapannya yang dingin jatuh pada nomor undian di tangannya.     

Ia memegang nomor undian 25.     

Berdasarkan peraturan yang dibacakan oleh Zheng Fan, ia harus menunggu orang lain selesai memilih, barulah ia dapat memilih.     

Tidak masalah jika orang lain memilih lebih dulu, akan tetapi Shi Hao itu juga akan memilih sebelum dirinya!     

Orang pertama yang memilih lawannya adalah yang memegang nomor undian 2, seorang siswa laki-laki pelataran luar.     

Tatapannya melintas pada Duan Ling Tian dan sembilan siswa lainnya, dan pada akhirnya tertuju pada Duan Ling Tian, setelah ia melihat bolak-balik, ia hanya percaya diri mengalahkan Duan Ling Tian.     

"Hmph!" Namun, ketika ia mendengar seseorang mendengus dingin dan menyadari tatapan dingin Shi Hao tertuju padanya, ia merasa seperti berada di ujung tanduk.     

Ia baru ingat bahwa penyebab Shi Hao mengaku kalah sebelumnya adalah karena Duan Ling Tian ini.     

Ia menarik napas dalam dan akhirnya tidak jadi memilih Duan Ling Tian.     

Ia tidak berani membuat marah Shi Hao.     

Ia hanya bisa memilih orang lain.     

Akibatnya ia kalah dan kehilangan kualifikasi untuk bertarung memperebutkan posisi 10 besar dalam kompetisi beladiri pelataran luar itu.     

Duan Ling Tian menyaksikan semua ini dengan tatapan dingin dari sisi arena.     

Ia tahu orang pertama yang akan ia hadapi dalam pertarungan hari ini adalah Shi Hao.     

Persis seperti yang ia katakan pada He Dong sebelumnya.     

Yang harus dihadapi, akan dihadapi.     

Karena ia tidak bisa menghindarinya, maka ia akan langsung menyerang dan bertarung dengan sepenuh hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.