Devil's Fruit (21+)

Tamu Dunia Lain



Tamu Dunia Lain

0Fruit 32: Tamu Dunia Lain     
0

Hari-hari menjelang ulang tahun Andrea ke-17 kian membuat gadis tomboy itu deg-degan. Apa yang bakal terjadi nantinya? Apakah mengerikan? Atau mendebarkan layaknya sebuah kisah petualangan?     

Bahkan Kenzo pun bungkam soal itu tiap Andrea menanya.     

"Cih! Dasar bodigat gak guna deh lo, Crut." Begitu umpatan kekesalan Andrea jika Kenzo tak mau menjawab pertanyaannya. Hanya kisi-kisi itu dan itu saja yang diurai Kenzo secara singkat.     

Tentang kekuatan Cambion yang meluap, lalu kekuatan itu menjadi incaran banyak makhluk, seperti Nephilim dan ras Cambion lainnya yang jahat atau para Iblis level rendah yang sekedar ingin menambah kekuatan saja.     

Membalas kekesalan pada Kenzo, Andrea sering seenaknya menghilang kabur dari pengawasan sang bodigat. Kadang dia sudah ke Mall bersama Shelly dan Revka, kadang sudah melanglang buana dengan Danang.     

Pokoknya cukup membuat kelabakan Kenzo.     

"Puteri, kumohon jangan sering pergi tanpa saya. Puteri ini dalam bahaya. Sementara bala bantuan belum juga datang." Kenzo mengeluh usai menemukan Andrea baru saja memancing ikan di empang bersama Danang.     

Untung saja Danang ditidurkan Kenzo terlebih dahulu, sehingga Andrea bisa leluasa bicara dengan sang pengawal. Bisa dibayangkan betapa kaget dan ingin tahunya Danang jika dia mengetahui isi percakapan teman masa kecilnya dengan lelaki muda yang pernah berdebat sengit beberapa waktu lalu.     

"Dih! Itu kan tugas elo untuk urusan bala bantuan. Lo buruan telepon mereka, kek! Apa mereka gak punya hape? Gih, suruh pada beli!" balas Andrea, ganti sembur Kenzo. Dia memandang kusut ke kail sederhana yang ia pegang. Alat memancing itu semuanya milik Danang. Mana mungkin Andrea rela beli hal demikian? Ia lebih baik habiskan uang untuk beli jengkol bumbu balado.     

"Maaf, Puteri. Masih ada kendala memang. Akan aku lekas selesaikan segera." Kenzo mendesah sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Tapi Andrea masih bisa mendengarnya, karena kekuatannya di bidang pendengaran mulai menguat. Lama-lama dia bisa jadi saingan Superman. Begitu yang sering di bayangkan Andrea.     

Kenzo pun pergi menghilang, bersamaan dengan Danang yang mulai terbangun dengan keadaan bingung. "Eh? Gue... ketiduran, yak?" Ia bingung dan agak linglung menatap Andrea, lalu ke sekitar.     

Andrea memukul pelan lengan atas Danang, "Halah, elu mah! Molor mulu kerjaannya!"     

"Eh! Namanya tidur itu hal yang berkhasiat, yak! Lu kira gue mujaer yang kagak pernah merem?" kelit Danang sambil mengambil alat pancing di dekatnya. Untung saja tidak terjatuh ke empang.     

"Iya, lu emang bukan mujaer, tapi ikan betok!" Andrea menarik kailnya, tidak minat lagi meneruskan kegiatan memancingnya. Danang menatap bingung.     

"Nih bocah kurap napa sekarang gampang angot-angotan, sih?" Danang pun mengemasi peralatannya dan ikut bangkit menyusul Andrea yang sudah berjalan terlebih dulu.     

Danang tidak salah. Temperamen Andrea akhir-akhir ini lebih mudah memanas, mudah terpicu hal kecil. Ia tak habis pikir, apa yang sekiranya melanda pikiran Andrea hingga berubah begitu. Namun, karena Andrea terlihat lebih tertutup dari biasanya, Danang tak lagi bertanya. Toh, mungkin Andrea sedang punya masalah sendiri, begitulah perkiraan Danang pada akhirnya.     

--- --- ---     

Swoosh~     

Malam itu, tiba-tiba ada seberkas sinar berwarna kemerahan lewat di depan balkon kamar Andrea.     

Jelas-jelas itu pasti bukan pekerjaan manusia biasa, semisal sedang bermain mercon atau kembang api. Bukan! Itu sudah bisa dipastikan bukan ulah manusia.     

Andrea bersikap waspada. Kuda-kuda seadanya buru-buru ia siapkan dengan tangan terkepal. Walaupun ia tau ia pasti bukan tandingan makhluk lain itu, namun setidaknya dia tak hanya pasrah menunggu bantuan Kenzo. Walau bagaimana pun, Andrea sempat mengenyam pendidikan bela diri sebelum SMA.     

Tapi herannya, kenapa Kenzo malah menyeringai? Apa dia menganggap remeh makhluk yang akan muncul sebentar lagi?     

"Zo?!" Andrea menoleh ke pengawalnya, ingin bertanya, tapi Kenzo sepertinya tidak terganggu.     

"Tenang saja, Puteri."     

"Hah?! Lo yakin bisa ngadepin?!"     

Kenzo tak menjawab, namun malah senyum misterius.     

Tiba-tiba cahaya tadi melesat masuk ke dalam kamar Andrea, melewati sang Cambion hingga poni Andrea seperti tertiup angin. Meski Andrea tomboy, namun rambut cepak dia justru terlihat sangat imut dengan poni, mirip rambut imut para anggota Boyband Korea.     

"Selamat malam, Tuan Puteri, anak junjungan kami - Raja Zardakh."     

Andrea mendelik. Suara sapaan itu secara kompak diucap oleh lebih dari satu makhluk dengan tanduk aneh di tiap sisi kepalanya. Dalam sekejap, Andrea pun paham apa yang sedang berada di hadapannya.     

Coba dihitung dulu. 1... 2... 3... 6! Tak tanggung-tanggung, ada 6 makhluk aneh setengah telanjang sudah duduk manja di salah satu sudut kamarnya yang tiba-tiba merubah atmosfir.     

"Kalian...?" Andrea memicing. Kuda-kuda ia sudahi dan kini berdiri biasa karena dilihatnya Kenzo pun bersikap santai.     

"Kami adalah Soth bersaudara." Salah satu yang sepertinya paling senior unjuk maju ke Andrea dan mengambil tangan kanan Andrea untuk dikecup. "Kami datang untuk melayani dan melindungi Tuan Puteri."     

Andrea buru-buru menarik tangannya usai dikecup. Siapa tau ada kuman rabies, kan bahaya.     

"Kalian punya nama?" tanya Andrea. Tak mungkin, kan, jikalau dia harus memanggil mereka dengan Soth satu, Soth dua dan seterusnya?     

"Aku Soth 1." Pengecup tangan Andrea tadi membunguk hormat di depan Andrea.     

'Ebuset dah! Nama mereka beneran kayak dugaan gue!' teriak batin Andrea.     

Mata awas Andrea mengamati Soth 1. Tubuhnya lebih jangkung dari Andrea, terlihat gagah namun luar biasa seksi. Kulitnya kecoklatan, sehingga Andrea mau tak mau membayangkan para wanita pejuang dari Amazon. Mungkin gambarannya seperti itu.     

Wajah Soth 1 juga cantik menawan dengan berhias manik mata berwarna merah terang yang seakan bisa menghisap jiwa siapapun yang memandangnya. Di lengan Soth 1 terlihat ada semacam tato yang melingkari lengannya. Tato itu tidak menjijikkan, tapi justru terlihat indah dan penuh akan nuansa seni. Tato apa itu? Andrea bertanya-tanya.     

Soth 1 hanya tersenyum samar saja sambil memandang ke Andrea yang sedang tertegun, lalu dia balik badan, kembali ke kumpulan saudari-saudarinya.     

Dan akhirnya satu persatu pun mengenalkan diri hanya dengan urutan nomer.     

'Cih! Gak kreatif banget ortu mereka kasi nama ke anak-anaknya.' Lagi-lagi Andrea membatin.     

"Orang tua kami punya banyak anak, Puteri. Bukan karena tidak kreatif." Soth 1 menjawab batinan Andrea.     

Gadis Cambion itu pun mendelik. "Heh! Kok lo bisa tau gue mikir apaan?"     

"Tentu saja bisa, hihihi..." Soth bersaudara malahan terkikik kompak. Sepertinya mereka kembar 6 dari 6 telur yang berbeda.     

"Curang!" protes Andrea. "Lo bisa denger batinan gue, tapi gue gak bisa denger lo lagi mikirin apa!" Andrea mengerucutkan bibirnya.     

"Hihi... karena kami adalah Succubi. Itu salah satu skill hebat kami." Kali ini Soth entah yang bicara.     

Lain kali Andrea harus sempatkan waktu menghafal nomer para Soth. Atau sebaiknya dia memberikan tag nama ke masing-masing agar Andrea tak perlu pusing membedakan? Duh, pantas saja orangtua mereka memberi nama dengan angka. Bayangkan jika anak-anaknya berjumlah ribuan.     

Ya ampun. Kuat sekali mamaknya! Demikian batin Andrea. Dan disambut kikikan genit para Soth.     

"Iya, iya, gue tau lu-lu pada bisa baca pikiran gue. Gih jawab kalo gitu!" Andrea lipat dua tangan di depan dada penuh jumawa.     

"Kami seluruhnya 239 bersaudara. Namun masing-masing punya generasi atau kelompok sendiri-sendiri. Ada Soth, Lafh, Dangk, Rhem, Drar, Zdink, Kuth, Prygth, Jamr, dan Verdh," papar Soth sulung.     

"Dan jumlah kami yang adalah paling sedikit. Yang lainnya ada puluhan. Saudara lain generasi kami," sambung Soth lainnya.     

Andrea pijit pelipisnya. Dunia Iblis ternyata tukang beranak. Lebih-lebih... tukang kawin. Itu paling pasti. Bahkan tak puas mengawini sesama ras, mereka malah crossover alias mixed breed dengan manusia. Benar-benar maruk! Andrea otomatis membatinkan itu.     

"Yang berhak mengawini manusia secara real hanyalah kaum raja dan para bangsawan saja, Puteri." Salah satu Soth menjawab pertanyaan Andrea yang tidak terucapkan.     

"Memangnya ada berapa raja kalian?"     

"Kurang lebih ada 170, tuan Puteri."     

"Buset dah! Kasian banget manusia dijadiin mangsa doang!"     

"Sebagian manusia justru senang dan mendambakan disetubuhi oleh raja-raja kami."     

"Cih! Manusia tolol!" dengus Andrea, meski akhirnya dia teringat bahwa ibunya pun dikawini Iblis secara nyata, bukan dalam mimpinya.     

Jadi, bisa dikatakan... para Cambion adalah keturunan elit dari para Incubus. Tak heran mereka dilindungi para Ayah mereka yang memiliki kekuasaan.     

Sedangkan para Incubi dan Succubi level biasa hanya bisa menyetubuhi manusia melalui mimpi dan menyerap kekuatan hidup manusia.     

"Kalian... termasuk bangsawan atau jelata?" tanya Andrea blak-blakan.     

Salah satu Soth yang berwajah imut menggemaskan dan berkulit bayi maju menjawab, "Kami masih bisa digolongkan pada kaum bangsawan. Ayah kami merupakan salah satu Menteri dari Tuan Raja Zardakh."     

"Emang kagak napa-napa tuh kalian ke sini? Bokap kalian kagak kuatir?"     

"Ini sudah menjadi perintah Tuan Raja. Kalimat Tuan Raja adalah absolut. Dan, sebuah kebanggaan bagi keluarga kami jika bisa melayani keturunan Raja kami."     

Andrea mengangguk-angguk sambil diam merenung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.