Devil's Fruit (21+)

Panik



Panik

0Fruit 45: Panik     
0

"Zonz?" ulang Shelly. Gadis itu menghentikan guncangannya pada Kenzo. Ia membutuhkan jawaban segera.     

"Itu... dimensi lain yang tercipta ketika kekuatan besar Cambion dan Nephilim bersatu tanpa bisa dihentikan. Pasti tadi Puteri emosi luar biasa dan tenaganya menguar berlebihan, dan Dante sialan itu... jangan-jangan ini perangkap Dante supaya Andrea menciptakan Zonz! Bajingan!"     

Karena tak bisa berbuat apa-apa, Kenzo lekas mengajak Shelly menjauh dari tempat itu sebelum orang berdatangan ingin tau ada keributan apa.     

Setelah dua orang berbeda ras itu pergi, keluarlah Revka dari persembunyiannya. Mukanya tampak kecut. Ia juga tau mengenai Zonz. Dan takkan ada yang bisa datang menginterupsi jika ada yang terjebak di dalamnya kecuali dari kekuatan makhluk yang ada dalam dimensi Zonz tersebut.     

BREKK!     

Revka menghantamkan sisi telapaknya ke dinding, lalu pergi.     

Sementara, di dalam mobil Shelly yang dikemudikan Kenzo, Shelly terus panik. Ia terus saja merentetkan pertanyaan pada Kenzo. "Ken, bagaimana cara menyusul Andrea di dimensi itu?"     

"Tidak bisa, Nona..."     

"Kok?! Gimana kalo Andrea dilukai Dante? Dante kan kepingin bunuh Andrea! Ken...?"     

"Itu dimensi spesial yang biasanya digunakan untuk para petarung agar tak ada yang menginterupsi mereka. Biasanya Iblis ras tinggi yang bisa menciptakan dimensi itu."     

"Tapi kan pasti ada cara gimana agar yang lainnya bisa masuk. Ayolah, Ken... pikirkan sesuatu!"     

"Ini juga sedang aku pikirkan, Shel." Kenzo meremas kuat batang setir mobil. Kukunya menancap di situ. "Kau pikir aku tidak secemas kamu, Shel? Puteri Andrea itu dipasrahkan ayahnya untuk kujaga. Tentu aku lebih kuatir dibandingkan kau, Shel!"     

Shelly terdiam. Ucapan Kenzo sedikit banyak memang benar. Bahkan nada suara Kenzo juga mulai meninggi. "Maaf..." lirihnya, menunduk di jok navigasi.     

Kenzo menghela nafas. "Aku yang salah. Harusnya aku tidak berbicara keras padamu. Aku tau kau juga sama kuatirnya seperti aku, Shel. Tapi—" Kenzo tak tau harus berkata apa. "Biarlah aku memikirkan caranya. Mungkin aku harus kembali ke dunia bawah untuk memohon pada Baginda Zardakh. Siapa tau Beliau punya cara untuk menembus dimensi Zonz. Walau taruhannya nyawaku, karena aku gagal menjaga puterinya."     

"Aku... aku ikut!" Shelly majukan tubuhnya ke Kenzo.     

"Hah?! Maksudnya?"     

"Aku ingin ikut ke dunia bawah, agar Ken tidak diapa-apakan oleh ayahnya Andrea. Ken tidak boleh mati. Aku tak mau Ken mati..." Shelly malah lingkarkan dua lengannya ke samping, memeluk Kenzo. Untung saja mereka masih berhenti di lampu merah. "Aku tak suka ada temanku yang celaka... hiks!"     

Kenzo terdiam. Ia memahami betapa halusnya perasaan Shelly pada siapapun. Ia pun menepuk-nepuk kaitan tangan Shelly di tubuhnya. "Tenang saja, kupikir Baginda Zardakh takkan segila itu membunuhku. Kecuali Tuan Puteri terbunuh."     

"Tidak boleh!" Shelly makin eratkan pelukannya pada Kenzo yang di depan setir. "Tidak boleh ada satu pun temanku yang kenapa-kenapa! Hiks! Hiks! Jangan!" Shelly kian keras terisak. Air matanya berlelehan di pipi putihnya.     

Kenzo terdiam sebelum mengurai pelukan Shelly karena lampu sudah berubah hijau di depan sana. Mobil harus kembali meluncur.     

Sementara, ketiga Soth duduk terdiam di jok belakang, tak tau harus mengucap apa. Bahkan bertelepati pun mereka tidak minat. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri-sendiri, sedang membayangkan kira-kira nasib seperti apa yang akan menimpa mereka andaikan Andrea, Tuan Puteri mereka celaka di dunia Zonz.     

Mereka harus mempersiapkan leher mereka terpisah dari tubuh. Atau... bisa saja bersiap-siap jadi Iblis panggang. Atau... entah cara apa yang akan dipakai oleh Raja mereka jikalau Tuan Puteri Andrea celaka di bawah penjagaan mereka.     

Rasanya seperti menelan pasir.     

Berat.     

Demikian juga yang berkecamuk di alam pikir Kenzo, sang Panglima Incubus. Ia terus berpikir, bagaimana caranya menembus alam Zonz? Selama ini alam itu sangat individual bagi orang yang memasukinya.     

Seperti yang dia ketahui, alam Zonz memang alam yang diperuntukkan bagi dua atau lebih makhluk kuat yang ingin bertarung agar mereka tidak mengganggu lainnya. Namun, membuat agar alam itu membukakan pintu portalnya pun bukan sesuatu seperti minum air.     

Jamak diketahui para Iblis, bahwa hanya kekuatan yang sangat besar saja yang bisa menggerakkan pintu portal alam Zonz. Makanya, biasanya hanya sosok-sosok dengan kekuatan maha energi saja yang berhasil menyingkap pintu portal Zonz.     

Lalu... benarkah sekuat itu kekuatan Andrea sampai mampu membuka pintu portal Zonz? Benarkah kekuatan Cambion yang bangkit di diri Andrea sedahsyat itu?     

Kenzo mengingat-ingat lagi... bola merah yang diciptakan Andrea.     

Bola merah itu... tampak sama seperti Troxo, namun ada sedikit perbedaan. Kenzo yakin itu bukanlah Troxo seperti yang biasa dimiliki Iblis. Bola cahaya merah yang dikeluarkan Andrea sebelum dia terhisap ke portal Zonz itu... sedikit lebih merah dan gelap ketimbang bola Troxo biasanya.     

Apakah itu Troxo yang sudah berevolusi? Atau sesuatu yang berbeda lagi?     

Kenzo benar-benar pusing memikirkannya. Dia sendiri tak yakin apa yang sebenarnya terjadi. Dan terus mengembangkan ide kata-kata yang akan dia sampaikan jika nanti menghadap Raja Zardakh. Ia belum ingin mati, namun dia juga ada andil salah di sini.     

Andai dia tepat waktu menyadari itu bukan Bola Troxo... Andai dia tepat waktu meraih Andrea... Andai dia tidak membiarkan Andrea bertarung dengan Dante... Dan banyak andai-andai lain yang berloncatan di otak sang Panglima Incubus.     

Mau tak mau, Shelly hanya bisa menatap kepergian Kenzo sesudah mengantarnya pulang sekaligus mengembalikan mobilnya ke garasi. Ia ingin memaksa ikut, tapi pasti Kenzo tetap akan menolak keinginannya.     

Bagi Shelly, kondisi seperti ini sungguh menyiksa. Hatinya terlalu lembut untuk menerima sahabatnya dalam bahaya besar, bahkan mengancam nyawa!     

Sepeninggal Kenzo, Shelly hanya bisa hempaskan tubuh ke kasur dan menangis diam-diam seraya memeluk guling, membiarkannya basah, sedangkan ia belum melepas seragam dan sepatu sama sekali. Tidak peduli. Dia tidak peduli itu. Dia lebih peduli kabar Andrea!     

Shelly menangis hingga tertidur dan dibangunkan untuk makan malam oleh salah satu asisten rumah tangganya.     

Di tempat lain, Revka sama gelisahnya. Dari yang ia dengar, Dante dan Andrea terhisap ke portal alam Zonz. Jika benar demikian... mampukah Dante keluar dari sana hidup-hidup? Revka juga mengerti mengenai alam Zonz.     

Alam Zonz bagai alam untuk menuntaskan perseteruan hidup dan mati beberapa pihak yang sudah tidak sanggup lagi didamaikan. Sudah banyak alam Zonz digunakan Iblis dan Nephilim untuk saling meluapkan dendam masing-masing.     

Revka meremas tangannya, memilin jemari-jemari lentiknya sembari dia berjalan mondar-mandir di ruang tengah apartemennya. Orge hanya bisa diam tanpa mengganggu tuannya. Dalam keadaan demikian, jangan harap Revka sudi diganggu. Maka dari itu, lebih bijaksana membiarkan Revka hingga reda sendiri.     

Nona Nephilim seksi itu terus berpikir, bertanya-tanya dalam dilema, haruskah dia melibatkan Tetua Nephilim untuk membantu mencari alam Zonz yang dimasuki Dante? Ia yakin jika ada seseorang yang sangat kuat, akan bisa mencari serta mendeteksi seseorang di alam Zonz.     

Tak ada yang mustahil di dunia ini, kan? Omong kosong jika alam Zonz dikatakan tidak bisa ditembus orang luar yang tidak berkepentingan. Revka tidak seratus persen percaya rumor itu. Ia yakin bila dia menemukan Tetua Nephilim yang kuat, dia pasti bisa menemukan Dante!     

Maka, diikuti oleh Orge, Revka pun melesat terbang untuk melakukan apa yang sudah dia pikirkan. Ini harus cepat. Bahkan jika dia beruntung, dia bisa membunuh Andrea sekalian agar Dante senang. Membayangkan nantinya Dante akan berterima kasih padanya, Revka tersenyum kegirangan sembari terbang tinggi ke angkasa bersama Orge yang terus setia mengawal.     

Dia harus lekas. Harus cepat. Jangan sampai didahului Iblis atau Dante yang akan celaka nantinya!     

"Orge, bukakan portal Antediluvian. Cepat!" perintah Revka ketika mereka sudah mencapai ketinggian tertentu.     

Orge mengangguk patuh dan memusatkan energinya untuk kemudian membuka sebuah portal di angkasa. Revka tidak memiliki binatang tunggangan seperti Dante yang bisa mengendarai Unipeg untuk pergi lintas alam. Revka masih mengandalkan Orge yang kuat.     

Sebenarnya dia bisa pergi ke sebuah destinasi yang menyediakan pelayanan pesawat khusus untuk menuju ke Antediluvian. Tapi itu akan menjadikan dia kerepotan mengurus ini dan itu di samping juga memperlambat geraknya.     

Dia ingin secepatnya tiba di Antediluvian!     

"Dante... tunggu aku! Kau tak boleh mati! Cambion busuk itu yang seharusnya mati!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.