Devil's Fruit (21+)

Menggeliatkan Sukma (21+)



Menggeliatkan Sukma (21+)

0

Fruit 52: Menggeliatkan Sukma

0

Dante pun terprovokasi. Tangannya patuh akan kemauan Andrea dan merayap di sekujur tubuh belakang Andrea. Punggung, lalu kembali turun ke bokong kenyal itu, kemudian membelai sebentar di sana, mengusap nakal pada belahan pantat Andrea, membuahkan sebuah desah erang manja Sang Cambion.

"Aaangghh~ Dante~" Andrea menjeda cumbuannya demi mengudarakan lenguhan erotis itu. Gerakan pinggulnya mengakibatkan terjadinya gesekan antara kemaluannya dan milik Dante yang sudah pernah dia lihat sebelumnya meski samar: besar dan panjang.

Meski dua kemaluan itu saling bergesek satu sama lain, namun masih ada penghalang kain di antara keduanya.

"Andrea~" Sungguh mengherankan. Dante kini serasa fasih mengalunkan nama sang musuh dengan nada lebih syahdu mesra. Sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya. "Aaarghh..." Ia terusik karena kejantanannya mulai berdenyut tak nyaman akibat dari mendapatkan stimulasi sang gadis.

Gadis Cambion itu mendekat ke dekat telinga Dante. "Tau, nggak... aku nggak pakai celana dalam, loh..." Dan lalu Andrea menarik wajahnya untuk tersenyum binal ke Dante.

"Errmhh... aku... tau, Andrea..." Dante susah payah menyahut.

Di tengah-tengah otak berahinya, terselip secuil heran di benak Dante. Kenapa Andrea yang ini begitu sopan dan binal dalam waktu bersamaan? Bahkan tak ada lagi Andrea yang kasar dan doyan memaki. Apakah ini benar Andrea? Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya.

Dante sekuat tenaga mengumpulkan kewarasannya kembali dan mencengkeram lengan Andrea agar gadis itu bisa ia jauhkan dari tubuh atletisnya. "Tunggu dulu! Apa kau ini benar-benar Andrea?" Matanya menyipit sangsi.

Yang dicurigai malahan tersenyum begitu manisnya. "Memangnya ada berapa Andrea yang kau kenal, humm?" Gadis itu justru menanya balik.

"Kau pasti bukan Andrea yang kukenal. Bocah Iblis itu tidak semanis dan sesopan ini padaku. Harusnya kalau kau ingin menyamar sebagai Andrea, kau harus memakiku dan berteriak padaku seperti biasanya." Dante makin mendorong tubuh Andrea.

Gadis itu malah melekatkan tubuh sintalnya ketika Dante berhasil setengah duduk dengan bertopang satu tangan di belakang. "Memangnya kenapa kalau aku menjadi bersikap manis dan sopan padamu? Apa kau tak menyukainya? Kau jijik?"

"Bukan begitu!" sanggah Dante. "Tapi ini... seperti bukan Andrea yang judes. Katakan saja, siapa kau ini? Jangan mempermainkanku!"

"Aku ini Andrea! Memangnya salah kalau aku lelah bersikap jahat padamu dan mulai lembut begini? Aku punya rasa lelah akan semua petempuran bodoh kita yang sangat tak jelas, Dante. Kenapa harus bertempur jika kita bisa bersikap manis satu sama lain?" Gadis itu mengurai alasan. Bibirnya agak mengerucut menambah manis penampilannya. Dante jadi gemas.

Dante sudah akan menimpali, namun matanya menatap benda bulat kenyal dan besar di depannya persis. Payudara Andrea. Bahkan puting merah muda itu seolah melambai memanggilnya meski masih tersembunyi di balik kain transparan tersebut. Apakah ini sebuah halusinasi?

"Aku lelah bertempur denganmu, Dante... sungguh... lelah..." Seiring ucapan itu, Andrea memajukan dadanya yang tali gaun minimalis-nya sudah ia urai dengan sekali sentakan kecil. Langsung saja sepasang payudara indah itu berayun terbebas, menampilkan puting merah muda yang kian memikat menggoda Dante. "Dante... Sentuh aku..."

Dante meneguk ludah, menatap dua bongkahan itu yang begitu atraktif di hadapannya. Ini sepertinya memang ilusi. Tapi... dia menyukainya. Kalau pun ini sekedar ilusi saja, maka tak mengapa bila ia melakukan apapun yang ia mau, ya kan? Toh andai ini bukan Andrea sungguhan, ia tak perlu merasa malu.

Toh, ia tidak akan merugi!

Grepp!

Dua tangan Dante pun mencekal dua bongkah di depan mata hingga akibatkan gadis itu mengerang. "Aarrnnghh~ Dante..."

Tak mau berlama-lama, Dante segera memasukkan puting menggiurkan itu kedalam mulutnya, sementara tangan lain meremas dan memilin. Ia melakukannya bergantian, menjadikan Andrea kian kerap melantunkan erangan manjanya.

"Hurrmmsshh... ssllrrpphh... errmmccpphh..." Dante rakus meraup benda montok itu bergantian, tanpa peduli apakah si gadis Cambion akan kesakitan atau justru merasa nikmat.

"Haangghh~ Dante~ aannghh~ iyaaahh~ iyaaahh~ ouunnghh~" Andrea sesekali mendongakkan kepala, namun ia juga menyukai menatap semua aksi Dante. Satu tangannya terulur untuk menyisiri rambut kelam Dante, dan sesekali meremas helai raven tersebut. "Hhaunnghh~ mulutmu-aanghh~ enak, Dante~" pujinya bagaikan ia seorang kekasih saja.

Dante melirik ke atas, mempertemukan manik netra mereka. Keduanya sama-sama sudah terbalut berahi.

Pria itu mendominasi payudara Andrea selama bermenit-menit sebelum akhirnya sang gadis Cambion menjambak ke belakang helai raven tuan Nephilim sehingga kuluman pada putingnya terhenti paksa.

Tak menunggu lama, Andrea mendorong Dante hingga lelaki tampan itu pun rebah seketika dan itu dimanfaatkan Andrea untuk menerjang dan mengangkangi wajah Dante. Sekonyong-konyong indera penciuman Dante dihujani bau wangi yang memabukkan akal sehatnya. Bahkan ia bisa jelas melihat klitoris dan vagina Andrea dari posisi rebah begitu. Gadis itu benar-benar jujur tanpa malu-malu sewaktu berkata tidak memakai celana dalam.

"Kenapa? Kau suka itu, kan Dante?" Suara merdu Andrea mengingatkan Dante pada insiden sebelumnya dimana ia begitu rakus melahap kemaluan Andrea. "Ayo, lakukan lagi. Kemarin itu begitu enak. Aku juga tak menyangka," lanjut Andrea makin provokatif.

Dante belum sempat memberikan sahutan karena Andrea sudah menurunkan pinggulnya sehingga kewanitaannya langsung menyentuh bibir Dante. Karuan saja aroma memabukkan itu menyerang semua indera Dante, bahkan akal warasnya.

Maka, runtuh sudah semua akal sehat Dante diterjang aroma pekat Andrea. Ia pun membutakan semua logikanya, semua misinya, semuanya! Saat ini dia hanya ingin mereguk dan mereguk sebanyak mungkin rasa manis tubuh Andrea yang terhidang begitu saja di depan mata.

Lidah tuan Nephilim pun segera rakus menjelajah tiap lekukan istimewa milik Andrea, menorehkan rasa panas yang sanggup membuat Andrea merintih nikmat dan bergerak refleks menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur secara erotis.

Dante sigap dan memegangi paha mulus itu serta jejakkan lidah dan mulutnya lebih intens demi memanjakan erogenus sang Cambion.

"Haangghh~ Dante~ Dante~ akuhhh... akuuhh—aaarrnhh... aku gilaaahh~" Dua tangan Andrea menopang ke belakang, berpegangan di dada Dante. Kepalanya sesekali menengadah seraya mulutnya tak henti merapalkan nama tuan Nephilim bagai itu adalah sebuah mantra cinta.

Erangan erotis Andrea bagai pemacu bagi Dante untuk lebih dan lebih menaklukan area intim tersebut. Lihat saja, klitoris itu telah membengkak akibat sesapan mulut Dante yang tak ragu lagi menjajah kewanitaan Andrea.

Ini bagaikan hubungan timbal balik yang menyenangkan bagi keduanya. Dante senang mendapatkan cairan memabukkan Andrea, dan gadis itu mendapatkan kepuasan berkat kepiawaian Dante memanjakan tubuhnya menggunakan lidah nakalnya.

"Haarrnghh! Danteeee~ panasss! Panaass~ akuuhh~" Cambion cantik itu pun makin terengah-engah seraya pantatnya makin bergerak maju mundur cepat, menandakan sebentar lagi ia mencapai limitnya. "Danteeee~ Daaanteee~ haaarngghh~ arrghh! Arrghh! Da-AARHHH!"

Berbarengan dengan erang keras tadi, menyemburlah cairan yang dinantikan Dante. Lekas saja ia sesap semua air murni tersebut tanpa ragu sementara Andrea kelojotan bagai kejang kecil di atasnya karena mendapatkan gelombang orgasme-nya.

"Haaanghh~ Dante~" Suara Andrea kembali melemah.

Dante selesai menyesap semua cairannya dan menyeringai. "Dasar Iblis payah. Kau hanya keluar hanya dari lidahku saja? Bahkan aku belum menyentuh vaginamu," ejek Dante.

"Jangan meledekku, Nephilim jelek!" Andrea mencubit cuping hidung mancung Dante.

Perbuatan itu ternyata terasa manis bagi Dante. Ia jadi gemas.

Srett~

Brukk~

"Aaangghh!"

Posisi sudah dirubah. Dante yang ada di atas Andrea. "Kau rupanya sudah jadi ahli dalam hal menggoda pria, heh? Iblis cilik sepertimu memang menjijikkan." Dante mendekatkan wajah mereka.

Andrea mengerucutkan bibirnya. "Menjijikkan, huh? Tapi kau sangat rakus meminum airku tadi. Bahkan kau tak berhenti menghisapi puting dadaku jika aku tidak menjambakmu." Sebuah kalimat sanggahan yang telak menohok Dante.

Pria Nephilim itu tersenyum. Sebuah senyum yang amat sangat langka. Dan ia berikan ke Andrea begitu saja! Senyum yang bahkan Revka pun tidak pernah mendapatkannya. Namun, Sang Cambion tanpa perlu susah payah seperti Revka, mendapatkan senyum itu. Betapa fantastisnya daya pesona Andrea!

Nephilim itu makin gemas. "Kau memang Iblis betina yang harus diberi hukuman!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.