Devil's Fruit (21+)

Hadiah Tak Terduga



Hadiah Tak Terduga

0

Fruit 55: Hadiah Tak Terduga

0

"Sepertinya aku sedang dibicarakan juga." Kali ini sosok Incubus lain datang. Djanh, Pangeran Incubus yang terkenal karena kemesuman dan playboy-nya tiba-tiba telah memunculkan dirinya di balkon kamar Andrea, melayang santai.

Berikutnya, Pangeran Zaghar dan Pangeran Abvru pun ikut muncul. Meski mereka berbeda klan, namun keduanya sudah berjanji untuk membantu menjaga Andrea melewati masa sebulan ini.

Andrea makin seperti kepiting goreng asam manis. "Kalian! Kenapa malah pada dateng, woi! Syuh! Syuuhh! Sono pergi! Pergi!"

Grepp!

Pangeran Djanh sekonyong-konyong merengkuh pinggang Andrea dan mendekatkan wajah mereka. "Baumu berubah. Lebih lezat menggairahkan, manisku..." bisiknya secara seduktif. "Sepertinya kau sudah menghilangkan keperawananmu... dalam mimpi, humm? Fantastis..."

Andrea melotot. Kurang ajar sekali pangeran satu ini?! "Lo! Lo kampret bener! Cowok brengsek!" Andrea berusaha memukul Djanh dengan tenaganya. Ia malu 'aib' terbesarnya diekspos di depan semuanya. Meski di dalam mimpi, namun tentu saja keperawanan yang hilang tetap saja terdengar sangat memalukan!

Namun seorang Djanh yang merupakan Pangeran ras murni tentunya tak bisa diremehkan. Djanh berhasil menahan tangan Andrea. "Mulut Puteri secantik ini sangat tidak sebanding dengan wajahmu, sayank~"

"Hah?! Bukan urusan lo, bangke najis! Lepasin gue!"

"Lihat, sungguh gadis yang tidak terdidik dengan baik. Mari kudidik... urrmmpphh..." Djanh tak menunggu jawaban apapun dari Andrea karena mulutnya sudah menyumpal di mulut sang Cambion.

Andrea membelalak atas perlakuan dadakan Djanh yang seperti tahu bulat. Tapi yang ini dadakannya tidak digoreng, namun disosor. "Ummphh! Ummffhh!" Andrea berontak sebisa mungkin. Dan setelah dia dilepaskan Djanh, ia pun mundur dan menampar pipi sang Pangeran. "Apaan yang kau susupkan masuk di tenggorokanku, Iblis mesum?!" Nona Cambion menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil bergerak mundur menjauh dari Djanh.

"Haha... hanya sebuah hadiah dariku untukmu atas lepasnya keperawananmu, sayankku~" Djanh terkekeh.

"Apa kau bilang?! Hadiah?! Hadiah kucingmu beranak 100?! Satu lagi untuk kalian tau... Aku masih perawan!" jerit Andrea gusar. "Kenzo! Kenapa kau diam saja?! Harusnya kau ini melindungiku!"

Kenzo cuma menunduk. Djanh terbahak-bahak.

"Lihat, manisku~ bahkan kau tak menyadari hadiah dariku! Hahaha..."

"Hadiah apa?! Yang kutau kau seperti menjejalkan sesuatu masuk ke dalam kerongkonganku! Aku..." Andrea mendadak tertegun. "Aku..." Ia mulai melirih, dan manik matanya bergerak gelisah kesana kemari tak jelas. "Aku... kenapa aku..." Ia makin sipitkan mata dan merenung sejenak. "Kok 'aku'?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Tuan Puteri disegel oleh Pangeran Djanh pada pita suara Tuan Puteri. Sehingga... gaya bicara Tuan Puteri sekarang berubah." Kenzo pun bersedia menjelaskan. "Maaf, tapi menurutku itu memang sudah sepantasnya." Sang Panglima pun merunduk hormat ke Andrea, sedikit merasa bersalah. Hanya sedikit.

"Apa?! Gaya bicara...ku?" Andrea pun tercenung. Ia tersadar, usai dicium paksa oleh Djanh, ia tak lagi mengucap lu-gue. Ia jadi... sopan? "Kembalikan! Kembalikan gayaku seperti sedia kala!" Andrea mencengkeram baju depan Djanh.

Sang Pangeran Incubus malah terkekeh menanggapinya. "Bisa, asalkan kau mau berciuman lagi denganku dan aku akan buka segelnya serta mencabut benda itu dari pita suaramu, cantik~" Djanh mengelus pipi mulus Andrea dengan punggung tangan.

"Lelaki gila!" Andrea sudah akan kembali menampar Djanh, namun pria Incubus itu berhasil menangkap tangan Andrea.

"Kau~ kucing nakal yang menggoda. Aku bisa dengan mudah menyegel pita suaramu agar bahasamu lebih sopan." Djanh sekali lagi mendekatkan wajah mereka. "Aku juga bisa menyegel tingkah barbarmu jikalau memang aku ingin. Mau mencoba? Tapi aku harus menidurimu dahulu, kucing manisku~"

"Arghh!" Andrea menyentakkan tangan Djanh dan lekas menjauh. Pangeran yang ini sepertinya wajib dijauhi sejauh mungkin. "Dasar kalian semua Iblis gila!"

Dan Andrea pun melesat terbang keluar dari balkon. Dia kan sudah bisa terbang.

"Puteri!" Kenzo segera menyusul junjungannya.

Sementara di balkon, Djanh masih terkekeh senang seakan mendapatkan mainan baru yang lucu menggemaskan—Andrea.

Sedangkan duo Pangeran kembar, Zaghar dan Abvru, berlagak tak peduli dan berdiam diri di sudut balkon, bermeditasi. Entah apa tujuannya mereka melakukan itu? Iblis bisa berkultivasi?

"Pangeran~" Soth 5 menghampiri Djanh. "Pangeran ini sangat jahil sekali~" Nada merayu berkumandang dari sang Succubus seksi disertai bermanja pada pangkuan Djanh.

"Haa~ andaikan tingkah tuan putri kalian bisa semanis kalian..." Djanh mengelus paha Soth 5.

"Jangan terlalu memberi tekanan pada Puteri Andrea, Pangeran~ dia sedang banyak pikiran. Sedang sangat galau..." Soth 3 ikut maju. Lalu memeluk leher Pangeran Djanh dari belakang yang duduk jumawa di besi sandaran.

"Rupanya kalian sudah kangen denganku, humm?" Djanh mengelus kepala Soth 3.

"Feromon Pangeran terlalu kuat, sehingga kami susah menolaknya..." Puji Soth 2 melantunkan nada desah rayunya seraya turut merangsek ke arah Djanh, bergabung dengan para saudarinya. Soth 1, Soth 4 dan Soth 6 tidak ada di situ. Mereka melesat bersama Kenzo mengejar Andrea karena kuatir ada bahaya mengancam jika hanya dikawal Kenzo.

Tak berapa lama, di balkon itu sudah terjadi pergumulan dua jenis Iblis keturunan Lust. Djanh rebah di besi palang balkon, sedangkan Soth 5 sudah menggila menggoyangkan pinggulnya menikmati hujaman penis Djanh disertai lenguhan-lenguhan erotis. "Ougghh! Hooughh! Ouummfhh! Yang keras, Pangeran! Hooghh! Orrghh!"

Sedangkan saudarinya—Soth 2 pun turut melenguh, namun, itu karena klitorisnya disesap secara agresif oleh Djanh dengan gaya face-sitting. "Arrnghh~ Pangeran~ haannhh~ enak sekali... urrfhh... hisapan Pangeran sangat—aarnnghh~"

Untuk Soth 3, dia menikmati kocokan jari Djanh pada vaginanya. "Ammrrfhh—haanhh~ Pangeran! Pangeran, aku hampirhh... haanghh..." Raut Soth 3 sudah memerah dan pejaman mata itu menandakan rasa nikmat yang dia terima meski oleh 3 jari Djanh saja.

Keempatnya sungguh-sungguh menikmati permainan masing-masing. Djanh bagai pejantan tangguh yang memuaskan ketiganya sekaligus. Itu karena dia sudah terlatih semenjak kecil. Jangan dipertanyakan didikan mereka di dunia bawah sana. Kalian akan tercengang saja nantinya.

Pokoknya... mata pelajaran seduktivitas dan kemesuman itu paling utama.

Sedangkan di sudut balkon, duo Pangeran kembar bagai tidak terusik sama sekali dengan kegilaan empat Iblis di dekatnya. Mereka terus pejamkan mata, tenggelam dalam meditasinya.

Tinggalkan sejenak aksi foursome mereka untuk ke tempat lain. Dimana Andrea sedang dikejar oleh Kenzo dan 3 Soth.

"Kenapa kalian membuntutiku?!" teriak Andrea marah. Seberapa pun cepat dia terbang, keempatnya bisa menyusul. Apa dia memang belum terlalu sukses melatih kekuatannya?

"Puteri, jangan terbawa emosi! Kalau sampai Putri bertemu musuh, sangat berbahaya nantinya!" Kenzo ikut berteriak. Kalian pikir di atas kota anginnya kecil dan gampang untuk berbicara? Cobalah terbang menggunakan paralayang dan bicaralah dengan orang berjarak 10 meter lebih darimu tanpa teriakan.

"Aku marah! Aku kesal! Dan aku benci begini!" jerit Andrea frustasi. "Kalau memang aku bakal menemui bahaya di sini, biar saja aku mati sekalian! Aku tak mau hidup seperti ini!" Kini sudah bercampur tangis.

Grepp!

Kenzo pun berhasil mendapatkan tubuh Andrea setelah menambah kecepatan terbangnya menjadi ngebut dua kali lipat dari sebelumnya. Andrea pun terhenti dalam pelukan Kenzo. Ia tak memberontak, justru menumpahkan tangis di dada Panglimanya.

Ketiga Soth pun turut berhenti di udara, membiarkan Tuan Puteri mereka menumpahkan segala kesal melalui tangisnya, karena Andrea tak bisa lagi mengumpat seperti biasanya.

Kenzo hela nafas sambil terus dekap Andrea. Ia elus lembut rambut halus sang Cambion.

"Aku... Aku tak mau menjadi Succubus. Aku tak mau jadi Cambion! Hiks! Aku ingin jadi Andrea yang biasa saja, Zo... hiks! Aku merasa jijik pada diriku sendiri karena semalam... semalam..." Andrea merasa kesulitan melengkapi kalimatnya sendiri karena sangat malu.

Kenzo menghela napas pelan sambil terus memeluk penuh penjagaan sambil masih mengusap-usap kepala Nona Cambion yang sedang kalut. Ia paham apa yang dirasakan Andrea. Ia sudah bisa mengerti perasaan gusar Andrea.

Oleh karena itu, Kenzo takkan kenal lelah untuk menenangkan tuan puterinya kapanpun sang putri merasa sedih ataupun marah. Bahkan dia berjanji, akan selalu mendampingi Andrea, apapun yang terjadi. Akan selalu melindungi dan menjaga Andrea tiap saat.

Sepertinya... Andrea bukan lagi sekedar misi yang ia emban.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.