Devil's Fruit (21+)

Hero is Come!



Hero is Come!

0

Fruit 66: Hero is Come!

0

Andrea panik setengah mati. Bahkan dia tidak bisa meraih anting komunikasi untuk menghubungi Kenzo karena dua tangannya dicekal beberapa pria beringas yang terus menjamahi tubuh Andrea. Anting itu butuh ditekan terlebih dahulu untuk mengaktifkannya.

Karena panik dan takut, Andrea menjerit-jerit saat ia ditelanjangi dan diraba di sekujur tubuh. "AAAARHHH!"

Seketika, beberapa pria melayang hingga menabrak dinding klub malam. Andrea tertegun. Apakah dia yang melakukan itu? Diakah yang menerbangkan beberapa pria itu?

Pria lain hanya menatap linglung ke pria-pria yang entah pingsan atau mati setelah menabrak keras dinding klub tadi. Andrea menatap ngeri. Dia menyakiti manusia! Padahal dia berikrar tidak akan menggunakan kekuatannya untuk menyakiti manusia.

Syok mendapati dirinya memiliki tenaga Telekinesis, Andrea menatap para pria yang merubunginya. Kini mereka kembali fokus ke Andrea yang sudah telanjang.

"Arghh!" Andrea menjerit ketika ia kembali direngkuh para pria dan mereka lagi-lagi melecehkan tubuh Andrea di berbagai jengkal.

"Baringkan dia!" ucap salah satu pria.

"Jangan! Jangan!" Andrea berseru panik ketika tubuhnya dibaringkan di atas panggung sedangkan dentuman suara musik terus berkumandang keras. "Jangaaannn! Ja—ummpphh!" Mulutnya sudah disumpal mulut pria asing, sedangkan putingnya terasa nyeri akibat dari hisapan mulut para pria yang rakus.

Ia meraung menolak perlakuan ini. Kakinya ditahan, sementara pria lain sibuk menjilati area intimnya, dan tubuhnya sudah terjamahi banyak tangan-tangan mesum lainnya.

Andrea takut mengeluarkan kekuatannya. Ia tak mau membunuh manusia manapun. Lalu bagaimana jika sudah begini? Terngiang kembali kalimat Kenzo mengenai ia harus memilih pilihan pahit jika menyangkut kondisi bahaya. Seketika Andrea sangat berharap kehadiran Kenzo di sini.

Tiba-tiba saja, kerumunan yang merubungi Andrea bubar. Para pria itu terbang ke segala arah menabrak dinding dan apapun yang ada.

Andrea termangu. Apakah ini dia lagi yang melakukannya? Tapi dia merasa tidak mengeluarkan kekuatan apapun.

"Sampai kapan kau bengong di sana, Cambion?!" teriak sebuah suara.

"Dante!" Andrea pun tersadar dan lekas bangkit untuk merogoh Cincin Ruangnya, mengambil pakaian untuk dia kenakan secepat mungkin. Rupanya Dante yang menyelamatkan dia.

Dante mendengus menatap sekilas Andrea yang sedang berpakaian. Kemudian ia kembali menerbangkan para pria yang bergerak ke panggung ingin menyerang Dante dan mendapatkan Andrea kembali.

"Jangan sakiti mereka!" teriak Andrea terburu-buru sebelum Dante bersiap mengayunkan pedang besarnya ke arah kerumunan.

"Apa kau gila?!" seru Dante tak percaya Andrea masih saja membela manusia yang sudah menyerangnya.

"Mereka cuma terpengaruh bauku! Mereka dalam keadaan tidak sadar." Andrea mencoba menjelaskan sesingkat mungkin kepada Dante.

"Bagus kalau kau tau akibat baumu itu!" sindir Dante dengan muka merendahkan.

Andrea tidak menggubris hinaan Dante. "Tolong jangan sakiti mereka. Cukup buat pingsan saja." Lalu, ia menekan antingnya menghubungi Kenzo.

Dante putar matanya. Cuma membuat pingsan saja? Tetap saja itu merepotkan. Akan lebih mudah jika dia langsung saja menebaskan pedangnya dan sekejab semua akan rubuh, terbunuh. Untuk apa repot-repot menahan serangan dan hanya membuat pingsan?

Tidak berapa lama, Kenzo datang. "Puteri, maaf aku terlambat." Ia melirik ke Dante. "Apa dia—"

"Dia... menyelamatkan aku dari para lelaki itu." Andrea usap air mata yang hampir mengering di pipinya.

Kenzo picingkan mata tak percaya. Dante menyelamatkan Andrea? Namun, ia tak mau berlama-lama di sana. "Ayo, Puteri, kita pergi."

"Tunggu, Zo. Revka..."

"Ada sepupu hebat dia di sini. Untuk apa kita kuatir lagi?" Kenzo tidak memperdulikan Revka. Ia membopong Andrea ala bridal dan melesat terbang keluar dari klub malam.

Dante menyaksikan itu dengan hati terbakar. Kenapa? Cemburu? Atau karena... tidak berhasil membunuh Andrea karena mangsanya keburu direbut Kenzo?

Sepeninggal Andrea dan Kenzo, Dante pun melangkah menuju ke sebuah ruangan. Di sana, ada Revka yang berbaring menikmati surga miliknya sendiri bersama beberapa pria yang mengelilinginya.

"Mau sampai kapan kau seperti jalang begitu, heh?!" Dante berucap sinis ke Revka yang tampak menikmati permainan mereka.

Revka lekas dongakkan kepala ke arah pintu, di mana ada Dante tercinta di sana. "Owhh~ haha, halo Sepupu sayank... Apakah kau mau ikut bergabung?" Ia sedang dihentak seorang pria di atas meja besar, sedangkan pria lainnya ada di bawah Revka, menusukkan penisnya ke belahan pantat gadis Nephilim itu, sedangkan pria lain lagi berlutut mengangkangi wajah Revka seraya penisnya dilumat oleh mulut agresif Revka. 

Dante menatap jijik ke Revka. Dua pria yang sedang melomoti puting Revka pun menatap gusar ke Dante. "Huh! Bergabung? Tidak sudi. Kau terlalu menjijikkan!" Kemudian, Dante pun memilih pergi daripada dia semakin jijik melihat kelakuan liar sang sepupu.

Dia amat sangat menyesali kebodohannya menggunakan Revka sebagai pelampiasan rasa frustrasi dia beberapa hari lalu.

-o-o-o-o-o-

Di sebuah pegunungan yang sepi, Kenzo menurunkan Andrea di sebuah tanah lapang. Pengawal dia yang lain sudah ada di sana.

"Sepertinya kita harus mendirikan tenda di sini." Kenzo memberikan perintah.

Para Soth dan Roxth pun mengangguk. Dengan sebuah ayunan tangan, muncul tenda besar tanpa mereka perlu susah payah mendirikannya. Andrea takjub. Ia melangkah masuk ke tenda yang ternyata untuk dirinya.

Di dalam, sudah ada kasur lengkap dengan bantal, guling dan selimut. Ada juga meja kecil rias dan bangku kecil. Ini jelas tenda paling mewah yang pernah Andrea tau.

Ketika dia keluar, beberapa tenda lain sudah berdiri di sekelilingnya. Tenda kedua Pangeran kembar pun sebesar milik Andrea. Wajar saja, status berbicara.

"Semoga malam ini Tuan Puteri bisa tidur dengan tenang." Meowth melirik binal ke Andrea.

Andrea mengangguk seraya berikan senyum ke Meowth.

"Apakah Tuan Puteri lapar?" Rewdo bertanya.

"Bagaimana dengan kalian?" Andrea balik bertanya. Dia memang lapar, tapi rasanya tak enak jika dia makan sendiri.

Soth 4 yang tau pikiran Andrea pun berjalan ke arah Tuan Puterinya dan condongkan tubuh ke Andrea. "Kami tidak membutuhkan makanan seperti Tuan Puteri. Karena makanan kami sangat spesial." Ia mengerling nakal ke Andrea.

Andrea segera paham yang dimaksud Soth 4 dan tersenyum masam. Tentu saja, Succubus lebih memyukai hidangan sperma lelaki ketimbang pizza atau tiramisu seperti Andrea.

"Aku akan carikan makanan untuk Tuan Puteri." Kenzo bergerak cepat dan langsung menghilang. Dia sudah mengenal Andrea hingga ke makanan favoritnya, maka bukan hal sulit bagi dia untuk memilihkan makanan yang cocok bagi selera Andrea.

Dalam sekejap, Kenzo sudah kembali sambil membawa sekotak besar pizza, sekotak tiramisu, dan dua gelas: soda dan choco-latte.

"Ya ampun, Zo. Apa menurutmu perutku ini karung?" Andrea menatap penuh binar ke hidangan yang dibawakan oleh Kenzo. Meski terkesan protes, toh kantung-kantung itu ia rebut dari tangan Kenzo.

Kenzo tersenyum senang melihat Andrea antusias dengan apa yang dia bawa. "Hamba akan pasang pelindung dulu di sini agar aroma Tuan Puteri tidak keluar dari wilayah ini."

Andrea sudah mulai mengunyah sepotong pizza dengan topping daging dan jamur. Ia mengangguk saja sambil acungkan jempol ke sang Panglima.

Tak berapa lama, Kenzo dibantu oleh Pangeran kembar pun mengerahkan tenaga untuk membuat lapisan pelindung yang melingkupi area tenda mereka semua, membentuk seperti kubah.  Namun, kata Kenzo, ini tidak bisa bertahan lama, hanya maksimal sehari saja.

Andrea tidak keberatan, asalkan malam ini dia bisa tidur tenang tanpa gangguan apapun. Meski ia masih agak syok dengan kejadian di klub malam, dengan adanya pizza dan banyak makanan juga minuman di depannya, syok itu lumayan sembuh.

Setelah Kenzo berhasil membangun kubah pelindung, dia bisa bernapas lega.

Di kejauhan, Dante menatap kubah yang melingkupi tenda-tenda di dalamnya. Mata manusia biasa mungkin takkan bisa melihat itu.

Tiba-tiba, datang Nephilim mendekat. Dante tanpa segan-segan langsung sarangkan bola Zephoro besar ke tubuh Nephilim yang baru datang itu hingga tubuh itu memiliki lubang besar di dadanya dan menjadi debu magis sebelum jatuh ke tanah.

Dante tanpa ekspresi ketika melakukan itu.

Tak lama kemudian, sudah ada rombongan Nephilim lain mendekat ke arah tenda kelompok Kenzo. Dua hingga empat Nephilim mencoba menerobos ke dalam kubah, namun gagal.

Dante melirik Nephilim lain yang berjalan melewati dia, dan tanpa ragu kembali sarangkan bola petir ungu Zephoro ke tubuh Nephilim malang yang tak tau apa-apa. Teman si korban mendelik ganas ke Dante.

"Jangan usik mangsaku atau kau akan berakhir sama seperti dia," ucap dingin Dante membalas tatapan teman si korban.

"Dia Nephilim congkak!" seru yang lain dan tiga Nephilim bersiap akan maju bersama menyerang Dante ketika tiba-tiba saja muncul Erefim memblokir serangan mereka dan menembakkan jarum cahaya Khlorx sebesar tongkat bisbol yang langsung menewaskan ketiga Nephilim lain.

"Maafkan keterlambatan hamba ini, Tuan," Erefim membungkuk hormat ke Dante.

Melihat sikap Erefim ke Dante, Nephilim lain segera tau latar belakang Dante tentu tidak sederhana jika bisa mempunyai budak sekuat itu, yang mampu membasmi tiga Nephilim dalam sekali serang.

Nephilim lain pun bergegas pergi sambil memandang penuh benci juga takut ke Dante. Lebih baik tidak mengusik Dante, atau budaknya yang berbahaya itu bisa merenggut nyawa mereka.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.