Devil's Fruit (21+)

Raungan Harga Diri yang Terlupakan (19+)



Raungan Harga Diri yang Terlupakan (19+)

0

Fruit 48: Raungan Harga Diri yang Terlupakan

0

Andrea mulai panik. Tindakan gila dari Dante benar-benar tidak ia duga. Ini sungguh di luar prediksinya. Tak disangka Dante bakal bisa terpengaruh pada baunya. Ia pikir hanya manusia saja yang bisa terpengaruh bau hawa murninya. Ternyata ras lain pun bisa.

Apakah Kenzo pernah mengatakan tentang ini? Pernah kah? Atau ia yang tidak menyimak? Sial! Dia pasti sedang tidak menyimak saat Kenzo menceramahi dia. Andai dia lebih mau mendengarkan Kenzo dan tidak terpusat pada kebenciannya saja mengenai perubahan dia menjadi Iblis.

Semua hanya bisa dikatakan: andai...

"Sudah... stop... stop, brengsek..." Suara itu bercampur dengan isakan. Andrea menangis. Ia tak suka dibeginikan. Tak sudi! Ini sebuah pelecehan. Bahkan ia merasa sudah mengkhianati Shelly. Meski mereka tidak berpacaran. Tapi, bila boleh jujur, Andrea menaruh hati pada sang sahabat, tanpa Shelly ketahui.

Memangnya kenapa kalau begitu? Cinta itu universal. Bahkan banyak ungkapan: cinta itu buta dan tuli. Cinta tidak mengenal bentuk dan terkadang tanpa alasan, tanpa logika. Karena jika ada logika dalam cinta, maka itu bukan lagi cinta yang murni.

Ah, sudahlah! Tak akan ada yang memahami perasaan Andrea. Perasaan yang ia pendam dalam-dalam sedalam yang dia sanggup.

Shelly mengira sikap mesra Andrea padanya hanyalah sikap biasa para perempuan pada sahabat perempuannya. Bukankah sudah biasa sesama perempuan yang bersahabat saling bergandengan tangan atau berpelukan atau memanggil dengan panggilan mesra?

Kembali ke duo ini. Dante masih asik berkutat di dada Andrea. Bra berwarna putih dengan renda merah muda manis yang terlihat sesak menampung kedua bongkahan kembar itu sudah terpampang di depan mata sang pemuda yang menatap penuh nafsu.

Karena tangan Andrea sudah diikat dengan baju seragamnya, maka dua tangan Dante pun sudah bebas. Lekas saja bra itu ia renggut hingga bongkahan kenyal itu pun tak bisa lagi tertutupi dengan koyaknya kain putih berenda barusan.

Andrea segera turunkan tangannya yang terikat, berusaha menutupi dada telanjangnya agar tidak bisa disaksikan mata rakus Dante. "Brengsek lo! Cowok brengsek! Gue sumpahi lo mati ngenes! Gue bunuh lo! Pokoknya lo pasti mati! Mati di tangan gue!"

Sementara Andrea masih sibuk mengalunkan sumpah serapah pada Dante, pria muda itu justru gunakan kesempatan tersebut untuk melucuti celana dalam Andrea. Benda segitiga mungil tipis itu dengan mudahnya direnggut dari kaki mulus Andrea tanpa pedulikan rok seragam yang masih menempel di sana.

Gadis itu meronta dan memukul-mukulkan tangan terikatnya ke Dante, terserah kena bagian mana. Kakinya juga aktif menendangi tubuh atletis sang Nephilim, berharap Dante tertohok sepatunya dan mundur.

Bau itu makin kuat, membuat Dante merasa gila, merobek akal sehatnya. Saat ia membuka paha Andrea, bau wangi sedap itu makin terasa di indera penciumannya. Air liurnya mulai muncul seolah ia sedang menyaksikan hidangan terlezat yang menggugah selera.

"Jangan! Ja—aaarrnghh! Bangsat!" teriak Andrea kencang ketika merasakan area paling pribadinya terjejak lidah Dante. "Bajingan! Bajingan lo! Aaarngghh! Lepas! Lepaaaasss!" Ia makin berontak hingga akhirnya ikatan di tangannya berhasil lepas.

Lekas saja ia pukul, tendang dan beringsut mundur seraya berusaha bangun.

Sayang sekali semua tak seindah bayangan Andrea—seperti berhasil lolos, lari, bertemu bala bantuan, penggal kepala Dante, tamat. Tidak! Rupanya garis nasib tidak ingin tertoreh begitu. Nasib memiliki rencana lain. Takdir sudah mempersiapkan apa saja yang akan dilalui Andrea dalam hidupnya.

Pertama-tama, takdir menggerakkan Dante hingga lelaki itu berhasil menubruk tubuh Andrea yang akan melarikan diri, hingga Andrea terjerembab telungkup. Itu digunakan Dante untuk mengambil dua tangan Andrea, bawa tangan itu menekuk punggung si Cambion, dan lekas ikatkan kembali seragam kusut tadi ke pergelangan tangan Nona Cambion.

Tak cukup itu saja. Tak ingin hidangannya lari lagi, Dante melepas dasi yang ia pakai dan ia gunakan untuk menambahi ikatan di tangan Andrea supaya lebih kuat.

Andrea kian susah berkutik dengan posisi telungkup dan tangan diikat di punggung begitu. "Sialan lo! Bangsat! Awas lo bakal gue bunuh! Pokoknya gue cincang lo ntar! Cowok tengik! Pengecut! Banci!!!"

Dante tidak memberikan jawaban apapun selain hanya diam dan bertindak. Setelah Cambion itu terikat erat dan diyakini tak mungkin terlepas lagi, Dante membalikkan tubuh Andrea menghadap ke arahnya. Tubuh telanjang itu kini telentang dengan tangan terikat di belakang tubuhnya yang ditindih punggung Andrea sendiri.

"Aku mau... lagi... enak... emffhh..." desis Dante sembari buka paha Andrea lebar-lebar meski si gadis berusaha menahan sekuat apapun untuk mengatupkannya, Dante sudah berhasil membentangkan paha itu dan terlihat jelas kewanitaan Andrea terhidang menggiurkan di mata Dante. Pria itu pun merundukkan kepalanya.

"Hang—aaarrhhh! Begok! Tolol! Breng—aarnngghh..." Andrea mencoba lantunkan makian, meski susah payah ketika lidah bedebah sudah memulas klitorisnya, lalu bergerak binal pada pintu vaginanya. "Haanghh... geli. Jangan, bangs—aammhhh..." Antara benci dan kegelian pada rasa aneh ini, Andrea menyentak-nyentakkan dua kakinya di udara.

Namun itu tidak menyurutkan aksi Dante. Rupanya cairan kewanitaan yang muncul justru sebuah candu baginya. Cairan bening dari vagina Andrea bagaikan narkoba untuk Dante. Ia mabuk, dan terus menyesap, menghisapi klitoris yang kian lama kian membengkak atas ulahnya. Dante tau cara membuat perempuan 'banjir' cairan. Toh ini bukan kali pertama bagi Dante melakukan hal seperti ini. Makanya ia paham.

Dante bukanlah pria frigid.

Sedangkan Andrea... makin distimulasi klitorisnya, ia merasakan tenaganya kian pudar melemah. Apakah sesapan itu berpengaruh pada energinya? Sebenarnya tidak. Andrea hanya terkena dampak sensual erotis dari perlakuan Dante di daerah tersensitifnya. Karena ini hal baru baginya, Andrea merasa kepalanya pening dengan nafas tersengal dengan peluh kian berlelehan keluar dibarengi banjirnya area intim miliknya.

Hal demikian ini terasa ajaib sekaligus memalukan, dan juga menjijikkan untuk Andrea. Dalam impian tergila dia sekalipun dia tak sudi diperlakukan begini. Ia merasa terlecehkan, merasa terhina, sekaligus dijajah tanpa bisa berkutik sama sekali.

Meski sebenci apapun Andrea saat pada Dante, lidah Tuan Nephilim sudah bergerak lincah di selatan Andrea yang mengakibatkan area itu basah tanpa bisa dicegah si empunya. Bagaimana ini bisa mungkin? Harusnya Andrea murka dan tidak berikan apa yang Dante inginkan!

Andrea merasa dirugikan. Ia rugi berat!

Sayangnya, daerah intimnya terus saja kucurkan cairan yang dengan senang hati disesap rakus oleh mulut Dante yang terus memberikan agresinya, menghisap-hisap dengan tangan tak mau kalah berpartisipasi.

Lidah Dante sepertinya sangat terlatih dalam menstimulasi organ intim wanita. Terbukti makian Andrea mulai surut dan berganti dengan lenguhan beserta desah nafas yang memburu. Sungguh, gadis Cambion itu tak menyangka respon tubuhnya begitu berkhianat. Harusnya ia terus melakukan pemberontakan dengan berbagai gerakan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dia pasrah meski separuh kesadarannya ingin ini diakhiri.

"Sudaahhh... aanghh... Dante cuk—nngghhaahh... haahhh... please stop... haanghh..." Andrea melirih sambil pejamkan mata dan nafas terus tersengal. Ini sangat baru baginya. Serta aneh. Ia merasakan tubuhnya aneh. Bagai sengatan berahi dari Dante berhasil menularinya. Alih-alih ingin berontak, ia justru menggeliat manja seraya melenguh.

Ada apa ini? Andrea ingin mengutuk dirinya sendiri. Ia tak boleh terhanyut pada permainan Dante! Ia punya harga diri! Ia punya kebencian yang memuncak pada Dante! Mana mungkin dia malah mendesah tertahan dan sesekali merintih ketika lidah itu menari gila di klitorisnya sambil jari Dante juga ikut menambahkan rasa panas di sana?

Apakah karena ia punya darah Incubus dari sang ayah? Apakah karena ia kini sudah menjadi Succubus sang penggoda? Kenapa tubuhnya seolah menginginkan agar Dante terus menyentuhnya?

Astaga! Tidak! Tidak boleh!

Andrea tak mau jatuh menjadi Succubus. Itu makhluk laknat! Ia ingin tetap menjadi manusia dan tak ingin kekuatan apapun! Ia hanya ingin menjadi Andrea saja.

Dan—apa-apaan makhluk Nephilim yang bersikeras tiada jeda menggali cairan vaginanya?!

Tetapi... biasanya harapan tak seindah kenyataan. Di menit selanjutnya, Andrea merasakan rasa panas yang aneh menjalari kaki hingga ke selangkangan. Otot kakinya bagai mengejang dan pantatnya tanpa disadari ikut mengejang.

Rasanya ada yang ingin membuncah keluar. Andrea berusaha menahan dorongan aneh yang mendesak. Andrea tak mau. Ini terlalu aneh dan memalukan!

Nyatanya, ia kalah. Hanya dalam beberapa menit berikutnya ia sudah melolong tak jelas dan berkemih, entah dari lubang yang mana, ia sudah tak bisa berpikir. Dan Dante sigap menerima semuanya yang keluar tanpa ragu-ragu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.