Devil's Fruit (21+)

Mengingat Ibu di Saat Menderita (19+)



Mengingat Ibu di Saat Menderita (19+)

0

Fruit 47: Mengingat Ibu di Saat Menderita

0

"Jangan... mendekat. Aku tak tahan dengan baumu!" Dante terus mundur sambil majukan tangan sebagai tanda penolakan. Ia masih berjuang dari dalam dirinya sendiri untuk menepis pengaruh aroma tubuh Andrea.

Sayangnya, Andrea tak paham pergulatan di dalam diri Dante.

Ucapan begitu justru makin membuat marah Andrea. Ia merasa dilecehkan. Dikata berbau busuk, siapa gadis yang tidak murka? Setomboy-tomboy siapapun, tak ada gadis yang sudi dikatakan tubuhnya berbau busuk.

Dante terus mundur, hingga dia mulai oleng karena tumitnya tersandung dan nyaris terjerembab ke belakang karena tidak fokus pada sekitarnya.

"Cowok brengsek!" Andrea yang melihat peluang menghajar Dante pun lekas maju dan menerjang Dante hingga keduanya terjatuh bersama dan Andrea berhasil mengunci Dante di bawah kangkangan dua pahanya. Tak pelak ia hujani Wajah Dante dengan pukulan sekuat dia sanggup.

Andrea terus mengingat baik-baik pelajaran beladiri yang ia tau dan terus membombandir wajah tampan Dante dengan pukulan menggunakan kedua kepal tangannya. Ia lampiaskan semua amarah melalui tinjunya.

Dante yang berusaha menahan nafas, akhirnya gagal. Ia seketika merasa pusing. Bukan karena tinjuan tangan Andrea yang baginya tak begitu terasa, namun diakibatkan oleh bau yang amat semerbak yang terus menguar kuat dari tubuh Andrea, lebih tajam dari sebelumnya, karena kini Andrea sedang tinggi-tingginya berada dipuncak amarah.

Andrea marah... karena saat dia lahir, kedua orang tuanya tidak ada di sisinya, bertanggung jawab mengasihi dan merawatnya.

Andrea marah... karena sejak dia ada di dunia, semua orang yang mengetahui latar belakangnya terus mencibir dan ingin mencelakainya.

Andrea marah... karena gara-gara dia, Oma dan Opa menderita di masa tua mereka, sedangkan Andrea belum bisa melakukan apapun untuk membalas kasih sayang mereka.

Andrea marah... karena tiba-tiba saja dia divonis berdarah Iblis dan sebentar lagi akan menjelma jadi Iblis secara utuh.

Andrea marah... karena kehidupannya yang tentram damai sebagai manusia harus direnggut paksa hanya karena dia keturunan Iblis.

Dan Andrea murka... karena makhluk di bawahnya ini ingin membunuhnya dengan alasan yang sangat konyol, seolah hidup dan nyawa seseorang itu seperti kubis dan kol di pasar yang gampang dibeli atau dicampakkan!

TAPP!

Dante terpaksa mencekal dua tangan Andrea yang meninju beringas ke wajahnya. Mereka saling bertatapan. Mata Andrea menyala merah secara tersamar dan agak basah. Dia menangis? Mata Dante juga menyala, namun dengan alasan berbeda.

Sreett~

Dengan sekali gerakan berputar, Dante berhasil membalik posisi. Dia di atas tubuh Andrea. "Kau... Iblis gila..." desisnya sambil tatap nyalang Andrea. Dua tangan gadis itu sudah ia tahan di atas kepala sang Cambion. Andrea susah berkutik. Bahkan melakukan tendangan kaki pun percuma.

Dua paha Dante yang menghimpit pinggul Andrea, sungguh tak memberinya kekebasan. Apalagi perutnya ditindih. Ia merasa sesak.

Dante pun mendekati wajah Andrea.

"Mo apa lo?!" Andrea membentak sambil melotot.

Namun Dante tidak menggubris. Ia justru mengendus ke leher Andrea, kemudian kembali jauhkan wajah ke tempat semula. "Aaaahh..." Wajah Dante seolah sedang merasa nikmat disertai pejaman mata seolah menghayati sesuatu.

Sang Cambion bergidik ngeri. Ia merasa merinding tanpa sebab. "Cowok setan lo! Puuihh!" Andrea tembakkan ludahnya hingga kena pipi Dante. Nafasnya memburu, dada montoknya naik-turun karena amarah. "Lepasin gue, brengsek tolol!"

Bukannya marah karena wajahnya diludahi, Dante justru menjilat ludah yang turun ke dekat bibirnya. "Slpphh... eemmhh... tidak bisa. Tidak sekarang..." Pandangannya mendadak berubah. Bukan tatapan membunuh, justru sebaliknya.

Andrea makin bergidik mendapati tatapan aneh Dante yang sangat tidak seperti biasanya. Kemana tatapan haus darah Dante yang sebelumnya setiap ada di depan Andrea? Kemana?!

Rupanya air ludah Andrea pun terasa manis memabukkan bagi Dante. Ia tak tahan ingin lagi. Maka ia pun merunduk dan menyerbu mulut Andrea, memaksakan ingin menyesap segala cairan yang Andrea miliki di mulut itu.

"Ha-aammpphh! Mrrpphh! Haanghh! Aaarmmhh!" Andrea kaget ketika Dante malah mencium bibirnya secara membabi buta. Berusaha berontak agar tangannya terlepas, sayangnya itu hal yang sia-sia saja. Kekuatannya memang tak sebanding dengan kekuatan pria, meski Dante sudah tidak punya tenaga supernatural apapun saat ini.

"Oummrcpphh! Mrrcpphh!" Dante masih belum puas. Terus saja ia cari ludah Andrea.

"Ja—aarmgghh! Bren—mmppaahh! Stop! Haaarrmmpphh!" Andrea sampai kesusahan menuntaskan kalimat yang ingin ia semburkan. Bahkan ia berjuang menoleh ke kanan dan ke kiri demi menghindari bibir beringas Dante yang terus mengejar bagai kesetanan.

Tapi saat ini Dante memang sedang... kesetanan.

Dante menjeda cumbuan liarnya. Ia pandangi Andrea. "Cantik..." Detik berikutnya, ia satukan tangan Andrea yang masih ia tahan di atas kepala gadis itu begitu mudahnya, dan tangan lainnya ia gunakan untuk merogoh mulut Andrea agar bisa mendapatkan saliva gadis itu dan lekas menyesapnya.

"Orrghh! Owwwffhh!" Andrea bagai sedang disiksa. Jari-jari panjang Dante asik mengobok tiap sudut di dalam mulutnya, berbarengan dengan bibir dan lidah pria itu yang rakus menghisap-hisap apapun yang bisa terhisap dari mulut Andrea.

Tubuh Andrea menggelinjang, mencoba memberikan perlawanan, bergoyang kanan dan kiri, hingga akhirnya peluh pun tak bisa dihindarkan untuk hadir di tubuh seksi itu. Dan hal tersebut berakibat fatal bagi sang Cambion. Dante menatapnya yang terengah sembari berpeluh.

"Aannghh!" Andrea terpekik ketika lehernya ganti diserang mulut Dante. Lidah itu menggeletar kurang ajar menelusuri leher jenjangnya yang basah berkeringat. "Lepas! Jangan, brengsek! Mati aja lo! Matiiii!"

Sayangnya Dante tak peduli dan terus saja meliukkan lidahnya menjelajahi tak hanya leher basah berbau wangi memabukkan itu, namun mulai turun ke bawah. Pikiran Dante tak hanya ingin mereguk cairan Andrea, namun lebih dari itu. Hawa murni gadis itu telah memabukkan Dante dan membuatnya ingin lebih dari ini.

Dante berahi.

Dia tak bisa mencegahnya. Muncul begitu saja. Rupanya feromon kuat Andrea sudah mencemari semua kewarasan Dante tanpa ampun.

Tangan besar Dante meremas bongkah besar di dada Andrea yang masih tertutup seragam hingga sang gadis berteriak panik. Dante tak peduli. Ia bagai dirasuki Iblis Lust. Tangan itu tak puas hanya meremas melalui baju seragam Andrea. Maka ia telusupkan tangan nakal itu masuk dan dapatkan apa yang ia cari. Sebuah benda kenyal besar dan sangat menyenangkan ketika diremas.

"Ha-aaanrrhhh! Lepasin! Lepasin!" Andrea panik, menggelinjang tatkala salah satu dari bukit kembarnya diremas Dante. Itu sangat terasa... asing bagi sang Cambion.

Apakah Dante mematuhi kata-kata Andrea?

Dante justru melakukan yang sebaliknya. Ia bukannya melepaskan pegangannya, namun seragam atas Andrea lah yang ia lepas dengan gerakan cepat hingga beberapa manik di kemeja putih itu pun terlontar entah kemana.

Andrea hanya bisa menatap pilu seraya menjerit di hatinya, 'Seragam gue!'

Nona Cambion, kau masih mengkuatirkan seragammu? Harusnya kau lebih menguatirkan dirimu sendiri melebihi apapun!

Tak hanya itu yang dilakukan Dante pada sang seragam yang dari dulu dirawat Andrea. Seragam itu ia gunakan sebagai tali untuk mengikat dua tangan Andrea kuat-kuat.

Mata Andrea membola lebar. Kenapa Dante bisa segila ini padanya? Apakah tidak cukup ia dibuat murka karena akan dibunuh? Dan sekarang, ia pun dilecehkan? Apakah semua pria memang begitu?! Maka ia akan mengutuk!

Andrea masih tak menyadari jika ini terjadi akibat dari feromon Succubus-nya. Ia mengira Dante hanya menganggap Andrea sebagai mainan belaka, yang gampang diperlakukan seperti apapun sesuka Dante. Benci. Dia benci Dante. Benci lelaki seperti Dante.

Namun, Dante tidak tau yang sedang berkecamuk di batin Andrea. Ia lebih berkonsentrasi menuntaskan rasa hausnya. Bukan haus darah seperti sebelumnya. Ini rasa haus yang sangat berbeda.

Tak pelak, Dante terus merangsek menjilati leher basah Andrea sembari tangannya terus saja menguasai dada menjulang Andrea yang ia dapatkan tepat ketika berusia 17 tahun kemarin.

Andrea mendadak ingin menangis. Apakah nasibnya bakal tragis mengenaskan di tangan Dante, yang sudah dianggap musuh terbesarnya? Apakah ia akan dihancurkan oleh Dante? Apakah begini yang terjadi pada ibunya? Penderitaan seperti inikah yang Beliau alami?

Berbisik lirih, Andrea menyebut di sela tangisnya. "Ibu..."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.