Devil's Fruit (21+)

Bersiap-siap



Bersiap-siap

0Fruit 38: Bersiap-siap     
0

Di sekolah, semua berjalan seperti biasanya. Andrea yang selalu dibuntut Kenzo dan ditemani Shelly, serta ketiga Soth. Terkadang Revka nimbrung juga. Lalu Dante yang tetap menunjukkan tatapan merendahkan ke Andrea dan Kenzo. Seperti itu hingga sekolah usai.     

Dante makin sulit menemukan celah untuk menyerang Andrea. Menghadapi Kenzo saja sudah cukup merepotkan, ditambah dengan adanya bantuan lain dari para Soth. Itu sungguh membuat Dante frustrasi. Ia harus segera menemukan cara lain sebelum Andrea berulang tahun ke-17 dua hari lagi.     

"Sepertinya aku tak bisa ikut kalian dulu siang ini." Revka memegang tangan Andrea dengan raut mengiba.     

"Apa kamu mo pergi, Rev?"     

"Enggak, Andre. Aku ada urusan sedikit dengan apartemen baruku. Harus mengatur beberapa barang secepatnya agar nyaman untuk aku tinggali," alasan Revka. Raut dramanya dikeluarkan, menghasilkan tatap pengertian dari Andrea dan Shelly yang percaya. Hanya Kenzo dan para Soth yang tidak terpengaruh akting Revka. Bagi mereka, Nephilim semua sama busuknya meski di luar mereka berlagak elegan dan suci.     

"Ahh, andai aku bisa bantu kamu, yah Rev..." sesal Andrea sambil lirik judes ke Kenzo. Yang dilirk melengos seolah tak tau apa-apa.     

"Ya sudah, nanti kalau tugasmu sudah beres, kau harus main ke tempatku, yah! Bye!" Revka melambai sambil berlari menuju kumpulan taksi yang biasa parkir di dekat sekolah mereka.     

Andrea, Shelly dan Kenzo pun pulang dengan mobil Shelly seperti biasa. Dan 3 Soth kembali mengawal di atas setelah seharian ini mereka terus mengawasi Andrea dari dekat. Kenzo menerima kabar kedatangan 3 Pangeran Incubus yang telah hadir di kediaman Andrea.     

"Aku boleh main ke tempatmu, kan Ndre?" Shelly sudah menggamit manja lengan Andrea. Kalau sudah begini, Andrea takkan bisa menolak. Apakah Shelly juga memiliki sesuatu yang maut, yang bisa meluluhkan kekerasan Andrea?     

"Tentu aja boleh, beb!" jawab Andrea, bersemangat. Mana mungkin dia menolak Shelly? Kehadiran Shelly bagai pelangi cihui tralala bagi hidup Andrea yang suram. Apalagi sebentar lagi dia akan menjadi Iblis secara resmi. mengingat itu... Andrea mendesah lesu.     

Kenzo diam saja membiarkan. Toh, Shelly sudah tau seluk-beluk mengenai ras mereka. Paling-paling hanya butuh membiasakan diri pada teriakan Andrea nantinya ketika memasuki kamarnya. Meski dia juga berdebar-debar bagaimana respon Tuan Puterinya jika menjumpai beberapa 'tamu' yang sudah muncul di kamarnya.     

Semoga tak perlu terjadi keributan.     

"HAAHH?! SIAPA MEREKA, WOOIII???!!"     

Nah, demikian sudah terjadi apa yang diprediksi Kenzo ketika Andrea membuka pintu kamarnya. Untung Oma sedang pergi mengantar jahitan.     

---- ---- ---     

Sedangkan di tempat lain, di kediaman Revka... datang menghadap seorang Nephilym. "Nona Mulia Revka, hamba sudah datang sesuai permintaan Nona." Ia membungkuk penuh hormat ke Revka yang berjalan angkuh di sepanjang ruangan sambil melemparkan tas dan sepatu seenaknya.     

Kedua benda tadi lekas diambil si Nephilim gagah itu dan menempatkannya di kamar Revka. Lalu dia kembali ke hadapan Revka yang duduk jumawa di sofa ruang tengah yang luas.     

"Bagus." Revka mengangguk puas melihat kedatangan bawahannya. "Lekas laporkan apa yang terjadi dari hasil investigasimu."     

Orge mengangguk, tetap berdiri penuh rasa hormat di depan Revka. "Hamba ke kediaman Cambion itu."     

"Humm... lalu?" Revka mengetuk-ketukkan kuku panjangnya ke pegangan sofa.     

"Hamba bertemu beberapa Succubi. Ada tiga. Menjaga kediaman Cambion itu." Orge melirik Revka yang duduk menyilangkan kaki dengan santai, tanpa peduli paha mulusnya terekspos bebas di depan mata liar Orge.     

"Ah, rupanya ada banyak Iblis yang sekarang ada di dekat Andrea sialan itu..." Revka menggumam jelas. "Tadi di sekolah, ada 3 Succubi... dan di rumah kumuh dia masih ada 3 lagi. Humm... kira-kira ada apa, yah?"     

"Ternyata ada begitu banyak Iblis melindungi Cambion itu, Nona Mulia."     

"Maka dari itu, aku makin penasaran, sebenarnya ada apa sampai Cambion kumuh menjijikkan itu dijaga ketat sampai demikian. Pasti ada sesuatu yang menarik..." Senyum culas Revka mengembang indah di wajah cantiknya.     

Rupanya Revka tidak tahu-menahu akan hari kebangkitan kekuatan Andrea yang akan tiba dua hari lagi. Ia hanya tau kalau bangsanya, para Nephilim, selalu memburu keturunan Iblis seperti Andrea hanya untuk bisa naik ke Surga dan berkumpul sebagai Malaikat, eksistensi yang diidamkan para Nephilim.     

Sayangnya, Revka tidak tau mengenai akan bangkitnya kekuatan para Cambion ketika mereka mencapai usia 17 tahun. Ia hanya heran sepertinya Andrea terlihat sedikit berbeda dalam hal penampilan sejak pagi tadi.     

Dia harus menyelidiki alasan kenapa Dante, sepupu jauhnya begitu terobsesi dengan Andrea. Itu karena di antara para Nephilim pun saling merahasiakan target masing-masing. Mereka tak mau buruan mereka diketahui saingan mereka. itu akan cukup merepotkan nantinya.     

Oleh karena itu, Revka memanggil Orge, pelayannya, agar Orge bisa mencari informasi mengenai hubungan Andrea dan Dante. Ia belum bisa bertindak jika belum mengetahui apapun. Ia tak mau salah bertindak.     

"Aku masih butuh informasi mendalam darimu, Orge." Ia tatap lurus sang budak di depannya.     

"Hamba siap mencarikannya." Orge menunduk hormat. Ia sudah bertahun-tahun menjadi budak Revka. Di antara beberapa budak yang dimiliki Revka, hanya Orge yang pandai mengambil hati Revka. Apalagi Orge kuat.     

"Dan kau harus membantuku." Revka tatap tajam ke budaknya. "Aku tak mau lagi yang ini tidak sempurna. Aku menginginkan informasi lengkap, tidak setengah-setengah seperti tadi."     

"Siap, Nona Mulia." Orge menunduk dalam-dalam dan berikrar dalam hatinya bahwa ia pasti akan melaksanakan tugas yang akan diberikan Nona Mulianya sebaik mungkin seperti biasanya. Karena sikap penuh dedikasi inilah yang membuat Orge tampil cemerlang dan berkilau di mata Revka dan berhasil menyingkirkan budak-budak saingannya yang lain, dan menjadi tangan kanan terdekat Revka.     

--- --- ---     

Di kediaman Dante, siang itu dia tampak kesal karena lagi-lagi gagal meluncurkan serangan bola energi Zephoro maupun sinar tajam Khlorx ke Andrea hanya dikarenakan ada Kenzo, ditambah adanya 3 Succubi yang menyertai Andrea pula.     

Ini benar-benar di luar dugaan. Selama dia memburu para Cambion, belum pernah ada yang dijaga seketat Andrea begitu. Biasanya kalaupun dia menemui penjaga, hanya Iblis tingkat rendahan yang sangat mudah ditangani Dante.     

Tapi ini... kekuatan Kenzo tidak bisa diremehkan. Berkali-kali serangannya gagal sia-sia. Apalagi Kenzo bisa membuatkan selubung yang membuat Andrea makin susah ditembus keamanannya.     

Dan sekarang... dengan adanya kehadiran para Soth...     

"Sialan! Bedebah! Mereka semua Iblis bedebah! Brengsek!" teriaknya kesal sambil melempar tas dan jas sekolahnya, lalu merubah wujudnya menjadi Nephilim berambut panjang sepinggang dengan mata merah tajam seakan ingin membakar apapun yang dilihat.     

Menyamar menjadi manusia itu sebenarnya melelahkan untuk ras seperti Dante. Cukup menguras tenaga. Itulah sebabnya dia tidak bisa mengeluarkan serangan maksimal bila dalam keadaan manusia biasa.     

"Tuan..." Sosok asisten sudah siap di samping Dante, memunguti apapun yang baru saja dilempar tuannya.     

"Erefim! Buatkan aku makanan paling enak!" seru Dante penuh frustrasi. Ia rasanya ingin mengamuk, ingin merobek apapun untuk melegakan kemarahan hatinya.     

"Sudah hamba siapkan hidangan dari mayat di sebuah gunung." Erefim, sang Asisten pun membungkuk.     

Daging mayat segar itu sangat istimewa sebagai santapan para Nephilim. Terkadang pun para Nephilim jahat nekat membunuh manusia hanya demi mendapatkan kelezatan dagingnya yang eksklusif. Namun itu amat sangat mudah diketahui para Pengawas. Makanya mereka lebih mendamba adanya mayat segar yang maksimal meninggal sehari untuk disantap.     

Dan itu meskipun harus rela membongkar makam seseorang dan menggantinya dengan batang pohon atau apapun agar keluarga si mayat tidak curiga makam almarhum telah dibongkar.     

"Humph!" Dante mendengus. Biasanya dia menolak hidangan mayat. Memakan bangkai atau pun daging manusia hidup itu sungguh merendahkan martabatnya sebagai Nephilim kaum bangsawan tinggi, anak salah satu Malaikat terhormat di Surga.     

Biasanya, Dante dalam keadaan normal lebih menyukai apapun selain mayat dan tubuh manusia. Namun, ini dikarenakan dia sedang dipuncak frustrasi, ia pun tidak menampik apa yang disediakan Erefim. Dan sang asisten juga sepertinya paham tuannya tengah stress akibat kegagalan berulang-ulang dalam memburu targetnya.     

Setidaknya, diharapkan dengan hidangan super spesial itu, tenaga dan mood tuannya bisa terangkat dan membaik, sehingga bisa lebih terang berpikir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.