Devil's Fruit (21+)

Duo Wow



Duo Wow

0

Fruit 15: Duo Wow

0

Semua murid di sekitar tempat itu menoleh ke sumber suara, bahkan beberapa siswi terpekik kaget. Ada yang menutup mata karena tak mau melihat hal mengerikan.

"Hei, kalian tak apa-apa, kan?" Dari atas, ada anak kelas 3 yang melongok ke lantai dasar karena kebetulan dia sedang berbincang dengan seorang guru di depan kelas ketika mendengar suara ribut dari bawah dan menyadari pot di dekatnya sudah tak ada, jatuh ke bawah.

Dia ingin memastikan apakah ada orang yang cidera atas insiden jatuhnya pot dari tempatnya. Ia mengira mungkin itu diakibatkan oleh angin semata.

Walau saat itu, sebenarnya tidak ada angin.

Kenzo segera tau itu adalah ulah Dante. Ia menatap tajam sang rival, ingin memberikan 'serangan' namun teralihkan oleh pertanyaan dari kakak kelas yang melongok dari lantai atas ke arahnya.

"Ohh, kami baik-baik saja, Kak. Ahahha, jangan kuatir, tuan putri aman dalam penjagaanku." seloroh Kenzo menanggapi sembari tetap memeluk Andrea yang gemetar.

Yang sedang berada dalam pelukan memang tampak syok. Andrea tak mengira nyaris saja kepalanya retak, bahkan pecah gara-gara kejatuhan pot yang bisa dibilang berukuran lumayan besar dan bisa untuk menghantar korbannya ke UGD segera.

Nyatanya, dia selamat. Andrea otomatis menyentuh kepala yang masih utuh dengan sikap linglung.

Terdengar gumaman di sana-sini yang terheran-heran bagaimana bisa pot yang sudah terletak rapi di tempatnya dan aman takkan bisa mudah disenggol murid, bisa jatuh begitu saja.

Itu karena tempat pot itu sudah diatur sedemikian rupa agak jauh dari jangkauan para murid, dan juga ada pembatas besi untuk menahan pot tersebut dari jatuh.

Itulah yang membuat semua orang keheranan. Bahkan saat ini tidak ada angin. Udara masih terasa panas seperti biasa dengan tak adanya angin sepoi sekalipun!

"Ndre..." Shelly ikut merasa kaget dan syok. Pot itu jatuh di dekatnya. Bahkan serpihan keramiknya mencelat mengenai betis Shelly meski tidak sampai membuat betis indah itu terluka berdarah. Untung saja.

Andrea masih merasakan debaran kencang jantungnya, berikut lutut juga tiba-tiba lemas. Nyawanya terselamatkan. Kepalanya masih bisa utuh. Otaknya tidak perlu terburai mengerikan. Dan butuh beberapa menit bagi Andrea untuk menyadari posisi dia saat ini. Dalam pelukan Kenzo.

"Ehm!" Andrea lekas melepaskan diri dari dekapan si idol sekolah dan ganti masuk ke pelukan Shelly yang membantunya kembali ke kelas untuk duduk sambil menenangkan Andrea.

Se-tomboy-tomboynya Andrea, ia masih seorang perempuan yang berhati lembut dan bisa merasakan takut juga kaget.

Kenzo juga turut kembali ke kelas bersama Andrea dan Shelly. Karena ia tau ini ulah Dante, maka dia berusaha terus mengikuti Andrea agar Dante tidak bertindak sewenang-wenang.

Dia menyesal karena kecolongan kali ini. Padahal biasanya dia dengan mudah merasakan getaran kekuatan Dante yang akan menyerang Andrea, dan dia selalu sukses menangkisnya.

Oleh sebab itu, dia sering ribut dengan Dante. Dia sering menggagalkan semua serangan Dante, bahkan sebelum serangan itu mencapai Andrea.

Jadi... Kenzo adalah pelindung bagi Andrea?

"Nih." Kenzo datang ke bangku Andrea sambil menyodorkan air mineral dalam bentuk gelas, lengkap dengan sedotannya pula. Rasanya masih kesal karena dia tak sempat memblokir serangan Dante tadi.

"Makasih yah, Ken," ucap Shelly tulus. Dia benar-benar bersyukur ada kehadiran Kenzo tadi yang dengan sigap menarik Andrea dari kejadiaan mengerikan seperti itu. Ia sangat bersyukur sahabat tersayangnya selamat. Mata bulatnya menatap haru ke Andrea. Bulu mata lentiknya seolah berkibar indah, bergetar bagai ingin menumpahkan tangis bahagia. "Kalo tak ada kamu, entah apa yang akan terjadi ama Andrea."

"Wassalam mungkin?" sahut Kenzo santai. Kemudian dia terbahak ringan seolah itu hal remeh temeh saja baginya. Ia lekas duduk di depan Andrea. "Andrea, udah, gak usah kuatir. Kamu bakal aman kok kalau deket-deket aku."

Mata Kenzo berbinar bagai anak kecil tanpa dosa. Tatapannya lekat ke Andrea penuh harap. Apakah Kenzo menyukai Andrea? Gadis yang tomboy itu? Yang dadanya rata? Yang pantatnya tipis? Yang tak punya sisi feminin apapun? Yang lidahnya tajam?

Ah, ini hanya spekulasi liar teman-teman kelas Andrea saja.

"Maksudmu?!" Meski beraroma ketus, namun kalimat dari Andrea dikeluarkan dengan nada lemah, walau matanya memicing. Dia masih merasakan lemas, terutama pada lututnya. Bagaimana pun, itu tadi pengalaman hidup dan mati. Sesuatu yang jarang dia alami.

"Percayalah padaku, neng." Kenzo memeluk sandaran bangku yang dia duduki karena saat ini dia sedang menghadap ke Andrea tanpa memutar kursinya. Kenzo tetap saja bersikap santai sembari memberikan wajah ceria khasnya.

"Gak sudi," desis nona tomboy. "Gue tau elu udah nyelametin gue, ok gue berterimakasih banget. Tapi kalau harus berdekat-dekatan ama elu... nggak deh!"

Bisa disaksikan wajah kecewa Kenzo yang tidak ditutup-tutupi, benar-benar gamblang ditampakkan. Andrea justru bertanya-tanya, apakah Kenzo serius kecewa atau hanya iseng seperti wataknya selama yang dia tampakkan selama ini?

Iya, bagi Andrea, Kenzo itu tipe orang yang seenaknya, genit, santai, dan suka menggoda. Makanya Andrea sangsi melihat raut kecewa Kenzo ketika dia menolak ucapan si idol.

"Yaahh..." desah Kenzo menyuarakan nada kecewa ke Andrea. "Aku patah hati deh nih karena ditolak neng Andrea..." Tapi kemudian, wajah kecewa itu diganti dengan senyum nakal Kenzo yang makin mengentalkan dugaan Andrea, bahwa Kenzo hanya pura-pura kecewa.

Atau... itu hanya kamuflase pria jika ditolak perempuan? Terlihat santai menganggap tak ada apa-apa? Hanya Kenzo yang tau.

Tak berapa lama, bangku itu sudah dikerumuni para fans Kenzo yang memuji-muji tindakan heroik sang idola, walau tak ada adegan gelut atau gelundungan dari Kenzo menyelamatkan Andrea. Hanya sebuah tarikan dalam waktu yang tepat dan cepat.

Tapi bagi mereka, para fans Kenzo, tindakan Kenzo adalah hero, apapun yang dilakukan. Dan itu dijadikan mereka untuk mengunggulkan idolanya sehingga membuat panas kubu fans Dante.

"Aiihh, tadi Kenzo keren bingit!"

"Iya! Dah macem Spiderman yang langsung nyamber aja!"

"Haha!" timpal Kenzo. "Masa sih? Hebat, yah?"

"Iya lah! Hebat banget! Harusnya kamu dikasi nobel! Dikasi plakat! Dikasi penghargaan kemanusiaan, Ken!"

"Hahaha, kalian bisa aja." Kenzo malah kian nyaring tertawa.

Zover—sebutan untuk fandom Kenzo bisa menepuk dada di depan para D'luv—sebutan bagi fandom Dante. Ya ampun, sudah mirip dengan fans anime dan kpop saja mereka ini.

Sepulang sekolah, Kenzo berusaha menawarkan diri menjadi pengawal Andrea, namun ditolak tegas gadis tomboy itu.

"Bisa gak sih elu gak bertingkah gaje aneh gitu?" sembur Andrea di depan pintu kelas ketika ia akan keluar bersama Shelly. Walau Kenzo sudah menjadi penyelamatnya, tapi bukan berarti dia bisa semena-mena pada Andrea.

"Ndrea..." Sahabatnya menggoyang-goyangkan tangan Andrea, berusaha meredakan emosi gadis yang tadi hampir celaka.

"Kau masih belum percaya juga rupanya." Kenzo mendesah. "Baiklah kalau begitu. Semoga setelah ini kau baik-baik saja." Ia mengedipkan satu matanya ke Andrea yang melotot keki. Kemudian berjalan gontai keluar kelas.

Kalimat Kenzo tadi tentu saja menyelipkan heran di benak Andrea. Kenapa pria itu berujar demikian?

Apakah Kenzo mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Andrea?

Gadis tomboy itu bertanya-tanya dalam hati akan makna ucapan Kenzo, namun menit selanjutnya, dia menekan perasaan heran tersebut, dan memilih mengabaikan.

Pasti Kenzo hanya iseng saja hanya untuk ingin berdekatan dengan Andrea semata. Itu dugaan Andrea. Maka, kini dia tidak memikirkan lagi ucapan Kenzo tadi.

"Hghh, dasar cowo gaje," rutuk Andrea. "Yuk beb, kita cabut." Digandengnya tangan si sahabat.

Shelly mengangguk dan tersenyum ke arah Andrea. Keduanya pun bersama-sama jalan ke mobil Shelly yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah.

"Kita beli cream cheese dulu, gimana?" usul Shelly ketika mereka sudah mencapai mobil. Ia tau Andrea hobi makan, hobi ngemil. Maka ini adalah upaya Shelly untuk menyenangkan Andrea yang baru saja kena syok.

"Wuaahh! Boleh tuh, beb! Boleh banget! Hayuk, dah! Ama Tiramisu juga, yah!" Andrea jelas saja bersemangat. Jajanan adalah kesukaannya.

"Hu-um. Boleh, kok." Shelly uraikan senyum malaikatnya.

"Ama Moccalatte juga, yah!"

"Hu-um."

"Huwaaahh! Bebeb emang bini paling top!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.