Devil's Fruit (21+)

Miloz Beraksi



Miloz Beraksi

0Fruit 1596: Miloz Beraksi     
0

Miloz melihat energi hitam pekat yang menyerbu ke arahnya, tapi dia tak bisa apa-apa karena dia sendiri tahu bahwa dia tak akan sanggup menghadapi serangan dari bangsa iblis. Kekuatan mereka terlalu jauh berbeda dan dia terus membeku di tempatnya sambil melongo.     

"Hyaaakkhh!" Pangeran Abvru sudah lebih dahulu memblokir serangan dari iblis ke MIloz menggunakan perisai kristal dia yang kuat. "Apa kau menunggu dibunuh, hah?" serunya ke Miloz.     

Vargana mengambil alih dan menembakkan energi elemen angin badai yang dia bentuk seperti tombak untuk menerjang tubuh iblis tadi. Iblis itu langsung terbunuh seketika dan musnah.     

"Wajar kalau dia gugup, karena ini pertarungan pertama dia, apalagi menghadapi serangan iblis." Vargana sedikit menegur suaminya yang dianggap terlalu keras berucap ke Miloz.     

Lutut Miloz memang sudah gemetar sejak tadi dan kini dia jatuh terduduk di tanah. "Ma—maafkan aku, Kak Vargana, Kak Abvru!" Dia malu karena seperti tak berguna di tim.     

"Jangan khawatir, Miloz! Semua orang memang butuh yang namanya langkah pertama!" Vargana memberi Miloz ucapan penyemangat disertai senyum tulus.     

Pangeran Abvru tak bisa apa-apa. Dia mendesah pelan dan mulai membantai kelompok iblis yang mulai berdatangan ke mereka.     

Miloz hanya bisa menjadi penonton saja melihat keganasan penjara kristal milik Pangeran Abvru dan badai api milik Vargana.     

"Miloz, coba kamu pergi ke kerumunan manusia di sana! Sepertinya mereka sedang berselisih. Bantu yang ditindas dan di pihak benar!" Vargana tahu bahwa Miloz tak akan memiliki kesempatan berbuat sesuatu ketika lawan mereka adalah iblis.      

Oleh karena itu, paling tepat jika meminta Miloz untuk mengurus manusia dan jin jahat saja.     

"Baik!" Miloz tidak menunda waktu dan berlari ke kerumunan manusia yang berjarak sekitar ratusan meter dari mereka saat ini. Dia sejak awal menggunakan tubuh solid karena tak tahu bagaimana cara membuat tubuhnya transparan seperti Vargana maupun Pangeran Abvru.     

Tentu saja, karena dia bukan ras iblis, mana bisa seenaknya membuat tubuhnya transparan menjadi tubuh supernatural?     

Penampilan Miloz layaknya manusia pada umumnya. Ras mutan tetaplah memiliki gen manusia. Beruntung pula dia tidak memiliki penampilan aneh, kecuali bisa membuat tubuhnya seperti karet dan meludahkan getah asam saja.     

"Kalian! Ada apa ini?" tanya Miloz saat melihat ada 3 pemuda yang dikerumuni 9 pemuda lainnya. Dilihat dari sekilas saja, bisa diketahui mereka tidak dalam suasana bagus layaknya teman.     

"Siapa kau? Mau apa ikut campur? Pergi!" usir salah satu pemuda yang sepertinya pemimpin dari yang 9 itu.     

Miloz melihat raut wajah 3 pemuda di dalam kerumunan, mereka terlihat tak berdaya dan takut. Dia langsung paham, pasti ketiga pemuda itu sedang ditindas.     

"Sebaiknya tidak melakukan hal buruk pada 3 orang itu, aku memberimu saran." Miloz masih berbicara baik-baik.     

"Apa-apaan kau ini!" Pemimpin 9 pemuda tadi merasa marah karena Miloz sudah mengganggu mereka. Sementara itu, 8 lainnya mulai memunculkan senjata masing-masing berupa pisau saku dan ada yang mengeluarkan pisau dapur pula.     

Miloz tersenyum diagonal melihat senjata-senjata di tangan 9 orang itu. "Kalian ingin main kasar, huh?"     

Cukup dengan Miloz menjulurkan jari-jarinya yang selentur karet ke depan dan satu jari membelit satu pemuda, lalu mengangkat kesembilan pemuda tinggi-tinggi di langit.     

"Huwaaa! Tolong! Jangan! Jangan sakiti aku!"     

"Ampun! Astaga, kau ini apa?"     

"Kau … kau monster?!"     

Kesembilan pemuda penindas itu berteriak ketakutan, tapi Miloz segera menyumpal mulut mereka dengan ujung jarinya dan mengancam, "Aku bisa membuat ujung jariku menembus kerongkongan kalian, mau coba?"     

Segera, kesembilan pemuda itu menggelengkan kepala secara cepat, mereka merasa sedang menghadapi teror mengerikan.     

"Nah, kalau tak mau itu terjadi, diam!" Miloz lalu terkekeh usai membentak mereka untuk memberikan dominasi.     

Sementara itu, 3 pemuda yang tadi ketakutan akan 9 pemuda penindas, kini justru beralih takut pada Miloz. Mereka sampai tak sanggup menggerakkan kaki untuk berlari dan sama-sama jatuh terduduk di tanah sambil saling berpegangan.     

"Hei, aku ini sedang menolong kalian, untuk apa menatap takut padaku?" tanya Miloz pada 3 pemuda itu.     

Lalu, Miloz kembali beralih ke 9 pemuda yang dia masih angkat tinggi di udara. Untung saja malam ini sudah larut dan lingkungan itu pun sepi, sehingga tak perlu ada saksi mata atas aksi Miloz.     

"Hei, kalian, kenapa kalian menindas 3 orang itu? Awas kalau kalian menjerit, aku tembus tenggorokan kalian dengan ujung kukuku!" ancam Miloz, meski sebenarnya dia takkan berani membunuh manusia.     

Pemimpin dari 9 pemuda yang tadi membentak Miloz pun diturunkan serendah 3 meter di atas tanah dan mulutnya dibebaskan dari bekapan jari Miloz. "Ka—kami hanya menagih uang dari mereka! Mereka … mereka membeli obat dari kami!"     

Kening Miloz mengerut tajam. "Membeli obat? Apakah mereka sakit?"     

Ingin sekali pemimpin 9 pemuda penindas itu memaki "tolol" pada Miloz atau sekedar memutar mata saking jengahnya dengan ketidakpahaman Miloz. 'Apakah kau ini tolol atau terlalu lugu, sih?' batin pemuda itu.     

Tapi, pemimpin 9 penindas itu tak berani bersikap kurang ajar pada Miloz dan menjelaskan, "Bukan obat seperti yang di apotik, Tuan!" Kini dia mengganti panggilannya menjadi "tuan" pada Miloz, dan melanjutkan ucapannya, "Itu adalah obat terlarang. Narkoba!"     

Mata Miloz terbelalak. Dia tidak bodoh dan lugu untuk tidak mengetahui apa itu narkoba. Tatapannya beralih ke 3 pemuda yang meringkuk ketakutan.     

Kini, setelah Miloz tahu penyebab mereka dikerumuni 9 pemuda penindas, ini menjadikan 3 pemuda itu semakin meringkuk takut. Pasti Miloz akan menghukum mereka, itu yang ada di benak mereka.     

"Benarkah kalian menggunakan narkoba?" tanya Miloz pada 3 pemuda itu.     

"Ka—kami … kami hanya ingin coba-coba saja …." Salah satu dari 3 pemuda itu menjawab dengan suara bergetar karena takut tanpa berani menatap Miloz.     

"Tsk! Kalian ini! Untuk apa coba-coba untuk hal tolol seperti narkoba?" Miloz tak habis pikir dengan manusia yang terkadang bodohnya tak tertolong karena menceburkan diri ke lembah nista bernama narkoba.     

"Me—mereka yang memaksa kami membelinya dan membujuk kami terus!" Pemuda lainnya menjawab sambil telunjuknya menunjuk ke 9 pemuda yang diangkat ke langit oleh Miloz.     

Mata Miloz seketika membelalak lebar. Tatapannya beralih ke 9 pemuda penindas. "Jadi … kalian!"     

"Ampuni aku! Ampuni aku!"     

"Tolong jangan bunuh kami, Tuan! Kami salah! Kami salah!"     

"Aku memohon ampunmu, Tuan! Kami hanya dipaksa oleh bos besar kami!"     

Segera saja, 9 pemuda penindas itu bicara setelah mulut mereka dibebaskan dari bekapan jari Miloz. Dan setelahnya kembali dibekap agar tidak terlalu berisik.     

"Bawa aku ke bos besar kalian!" Miloz tidak ingin setengah-setengah menindaklanjuti hal ini. Bagaimana pun, ini termasuk misi menolong manusia, kan?     

Eh, tapi … apakah dia terlalu lancang memutuskan demikian? Bagaimana jika Vargana dan Pangeran Abvru tidak setuju?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.