Devil's Fruit (21+)

Bantuan Besar dari Sang Sumber



Bantuan Besar dari Sang Sumber

0Fruit 1544: Bantuan Besar dari Sang Sumber     
0

Jovano dan Zivena memandang cahaya terang yang turun di antara mereka. Dari warna energinya, keduanya sudah paham siapa gerangan yang datang.     

Sang Sumber itu sendiri.     

"Tuanku Agung!" Para malaikat itu berteriak serempak.     

"Aku sudah melihat dan Aku sungguh menyesal hal seperti ini terjadi." Sang Sumber berkata, "Kalian adalah anak-anakku, nilai kalian sama di hadapan-Ku, maka berhentilah bertikai."     

"Tuanku! Dia membuat onar di sini!" Moshafiel menyahut sembari tetap tundukkan kepala, tak berani menatap Sang Sumber.     

"Sudah Kukatakan bahwa Aku sudah melihat." Sang Sumber berbicara menimpali Moshafiel dan itu merupakan ucapan pukulan bagi si malaikat yang hendak mengadukan Jovano dan Zivena.     

"Baiklah, Tuanku Agung. Ampuni hamba yang kurang mampu ini." Moshafiel kemudian menutup mulut.     

Kemudian, Sang Sumber berkata pada Jovano. "Kau bisa melepaskan malaikat-Ku. Biarkan dia bebas, sebebas Aku memberikanmu wewenang dan kekuatan."      

Mendengar ucapan tersirat dari Sang Sumber, sudah pasti Jovano paham maknanya dan membebaskan Zarkhomel. Segera saja, Zarkhomel melesat ke kerumunan rekan malaikatnya, berlindung di sana.     

"Terima kasih, Tuanku Agung. Sungguh tiada ternilai besarnya kebaikan Tuanku." Zarkhomel berkata dengan sikap tunduk sempurna.     

"Kalau memang Aku sudah mengajarkan padamu sekalian mengenai kebaikan, maka tentunya kalianlah yang bisa meneladani-Ku, bukan?" Ucapan dari Sang Sumber ini seakan menohok telak di ulu hati semua yang mendengarnya.     

Mereka sibuk bertikai dan bertempur tak ada henti sejak masa dulu kala, padahal sama-sama ciptaan Sang Sumber, sama-sama Dia kasihi. Bukankah ini sangat menghancurkan hati Sang Sumber?     

"Zarkhomel, Aku tidak pernah meneladankan padamu sikap bersaksi dusta." Sang Sumber menohok hati Zarkhomel.     

"Am—ampuni hamba, Tuanku Agung! Hamba berdosa, sungguh berdosa." Zarkhomel ketakutan.     

"Masuklah dan renungi kesalahanmu. Aku menyayangimu, anak-Ku." Sang Sumber berkata pada Zarkhomel. Lalu bicara pada malaikat lainnya, "Kalian bukankah seharusnya telah membebaskan Nafael? Atau menunggu Aku berfirman dengan suara keras?"     

Moshafiel terkesiap, bahunya bergedik cepat karena terkejut. Sepertinya memang tidak ada hal yang bisa disembunyikan dari Sang Sumber. "Ha—hamba akan segera laksanakan, Tuanku!"     

Secepat cahaya, Moshafiel masuk ke Nirwana dan kemudian membawa Nafael keluar. Terlihat wajah kusut dan kesal Nafael pada kelompok Moshafiel, tapi dia masih menahan diri dan memberi salam hormat pada Sang Sumber.     

"Lakukan apa yang sudah seharusnya kau lakukan, Nafael." Sang Sumber seakan memberikan titah.     

"Hamba mengerti, Tuanku Agung." Nafael mengangguk hormat dan kemudian dia membuka telapak tangannya. Muncul sebongkah kristal berwarna merah tua seukuran kepalan tangan bayi.      

"Kristal jiwa mommy!" Zivena mendesis keras dengan mata berbinar senang.     

"Ini yang aku janjikan padamu, wahai putra Mikhael." Nafael menyerahkan kristal jiwa berwarna merah tua ke Jovano disaksikan para malaikat dan Sang Sumber.     

Betapa Moshafiel dan kelompoknya ingin sekali merenggut dan menghancurkan kristal tersebut apabila tidak ada Sang Sumber di dekat mereka.     

Jovano menerima kristal jiwa merah Andrea yang melayang ke arahnya dan lekas menyimpan di cincin Ring-Go. Wajahnya menampilkan kebahagiaan. "Terima kasih, Tuan Sumber, terima kasih juga, Kak Nafael! Aku sungguh lega ini telah ada padaku."     

"Kuharap tidak ada lagi pertikaian pada kalian, anak-anak-Ku." Kemudian, usai mengucapkan itu, Sang Sumber mulai pergi, cahaya itu memudar.     

Jovano dan Zivena segera pamit pergi pada Nafael dan tidak mengatakan apapun pada malaikat lainnya.     

Kalau tidak karena peringatan dari Sang Sumber tadi, mungkin kelompok Moshafiel sudah menerjang ke Jovano dan menahan dia tidak boleh pergi begitu saja.     

"Kuharap kehidupan kalian menjadi lebih berguna dan tidak berhenti melakukan kebajikan meski tanpa imbalan apapun." Setelahnya, Nafael menyediakan diri mengiringi Jovano dan Zivena kembali ke bumi.     

Jovano dan Zivena tidak keberatan atas pengawalan Nafael. Mereka justru lega karena tidak akan ada yang mencari masalah di tengah jalan.     

Setelah sampai di bumi, Nafael tidak mengatakan apa-apa dan berbalik pergi.     

Namun, Jovano lebih cepat berbicara sebelum Nafael pergi. "Kak Nafael."     

Mau tak mau, Nafael menoleh ke belakang dan urung pergi, bertanya, "Ada apa?"     

"Aku ingin mengatakan … maaf. Maafkan aku yang sudah salah paham mengira Kak Nafael mempermainkan aku dan adikku." Jovano sembari melirik Zivena di sebelahnya.     

Zivena membuang pandangan ke arah lain, wajahnya terlihat rumit dan tak ingin mengatakan apapun saat ini. Tapi, kakaknya menyenggol lengan dia. Mau tak mau, dia menoleh ke Jovano.     

Menggunakan matanya sebagai kode, Jovano tersenyum ke Zivena.     

Karena itu, dengan sangat terpaksa, Zivena berucap, "Maaf, sudah salah paham padamu." Dia sedikit canggung ketika mengatakan itu tanpa sanggup menatap Nafael.     

"Tidak perlu mengucapkan jika memang tidak ingin mengucapkan. Hanya akan membuang napasmu sia-sia." Nafael membalas Zivena.     

Mendengarnya, Zivena menoleh ke Nafael dengan pandangan geram. "Kamu! Dasar es batu!"      

Nafael hanya mendecak saja dan melesat pergi kembali ke langit.     

"Hei! Aku belum selesai mengomelimu! Kembali!" Zivena makin kesal dan mengentakkan kakinya ke tanah dengan wajah cemberut.     

Jovano melihat adegan itu dan tak bisa menahan tawanya. "Ha ha ha! Sudah, sudah, jangan marah-marah terus, nanti keriput cepat datang padamu, Zi." Ia usap lembut kepala adiknya.     

"Mana mungkin! Aku akan selalu awet muda!" Zivena menampilkan wajah cemberut dia ke Jovano. "Dia memang sesekali harus diomeli, Kak!" Dia memaksudkan Nafael.     

Tapi, Jovano makin menggodanya, "Ha ha ha … kenapa melihat kamu kesal kayak gitu, Kakak justru mikirnya kamu kayak pacar yang dicuekin, yah Zi?"     

Mata Zivena membelalak selebar-lebarnya mendengar ucapan Jovano. "Pacar? Pacar apaan? Puih! Tak sudi! Tak sudi aku punya pacar seperti dia! Sok ketus, sok dingin, sok hebat, sok angkuh, arogan!"     

"Ha ha ha …." Jovano sambil melayang dengan tubuh transparannya diikuti adiknya. "Aku makin yakin kalau kau memang cocok dengannya. Kalian pantas jadi pasangan."     

"Kakak!" Zivena makin kesal, namun Jovano malah makin tertawa lepas. Apalagi wajah Zivena merah padam, entah karena malu atau emosi.     

Sesampainya di vila, Jovano dan Zivena sudah ditunggu kelompoknya.     

"Gimana akhirnya, Jo? Dapat?" Voindra sudah tak sabar dan memburaikan pertanyaan secepatnya begitu melihat kedatangan Jovano dan Zivena.     

"Bagaimana, Jo?" Shona yang lebih tenang, bertanya kemudian.     

"Kak Jo pastinya sukses, kan?" Gavin ikut bertanya meski ada nada keyakinan di kalimatnya.     

Jovano tersenyum. "Ayo, kita semua ke Cosmo lagi."     

Kemudian, Jovano dan kelompoknya sudah tiba di alam Cosmo. Vila kosong melompong namun tetap dijaga iblis kerajaan King Zardakh sesuai perintah Jovano.     

Di alam Cosmo, Jovano mendatangi kamar es tempat ibunya tertidur panjang. "Dad."     

Dante menoleh dan mendapati putranya telah kembali. "Menengok mommy kamu?"     

"Ya, sekalian membangunkannya." Jovano tersenyum penuh arti.     

Mata Dante lekas berbinar. Dia sampai berdiri dan bertanya antusias pada putranya, "Kamu … kamu sudah mendapatkan semua kristal jiwanya?"     

Jovano mengangguk. Lalu, dia mengeluarkan semua kristal itu dari cincin Ring-Go. Di sana, melayang sebongkah utuh kristal jiwa warna merah marun, sedikit memendarkan cahaya kemerahan samar, begitu cantik.     

"Dad, lakukanlah." Dia menyerahkan benda penting itu ke Dante.     

Dante menerimanya dengan tangan bergetar akibat bahagia luar biasa. Dia akan mendapati istrinya kembali seperti sedia kala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.