Devil's Fruit (21+)

Ke Cosmo dan Selesainya Misi



Ke Cosmo dan Selesainya Misi

0Fruit 1541: Ke Cosmo dan Selesainya Misi     
0

Sementara itu, Jovano dan kelompoknya terus mengerjakan misi demi misi kemanusiaan, menolong manusia dari berbagai bencana dan celaka dan mengumpulkan semuanya di wadah khusus yang diberikan malaikat agung.     

"Kak Jo, sepertinya wadahku sudah 98 persen terisi." Zivena mengangkat bola kristal tembus pandang yang berisi cairan keemasan, sangat indah bila dilihat.     

"Punya Kakak juga sudah hampir penuh." Jovano mengeluarkan bola kristalnya dan menatap cairan keemasan yang sudah mulai memenuhi seluruh wadah.     

Senyum lebar Zivena mengembang dan dia berkata dengan riang, "Sebentar lagi mommy bisa dibangunkan." Sepertinya dia sudah tak sabar membayangkan Andrea membuka mata dan kehidupan keluarga mereka kembali seperti dulu.     

"Saat ini, daddy terus menunggui mom di Cosmo." Jovano mengelus kepala adiknya.     

"Aku ingin ke sana, Kak!" ajak Zivena.     

"Ayo!" Jovano mengangguk setuju.     

Kemudian, tim Jovano masuk semua ke alam Cosmo. Mereka temu kangen dengan anggota Blanche di sana meski Louv agak asing karena tak paham dengan orang-orang yang mendiami alam tersebut.     

Di ruangan Kamar Es, ada Dante yang duduk menunggui peti es berisi Andrea yang tertidur sangat damai.     

"Jo, Zizi." Dante menoleh ke 2 anaknya yang datang. Mereka saling berpelukan kemudian saling bertukar kabar.     

"Aku kangen sekali dengan mommy." Zivena bersikap manja usai dipeluk ayahnya.      

"Kamu bisa lihat, mommy kamu semakin hari semakin cantik, ya kan?" Dante tersenyum sambil menoleh ke arah istri tercinta yang tidur lelap.     

"Mommy selalu cantik kapanpun dan bagaimanapun!" Zivena menyayangi ibunya dan ingin misi lekas berakhir agar dia bisa segera memeluk sang ibu dan bermanja seperti biasanya.     

Tak berapa lama, muncul Eunika, anak Dante dari Ratu Peri Yredis. "Papa, aku bawakan buah-buahan dan sedikit—ehh?" Dia terkejut karena mendapati kamar es sudah ada banyak orang di dalamnya selain Dante.     

"Eunika." Jovano tersenyum melihat adik dari lain ibu. Meski begitu, di mata Jovano, adik tetaplah adik, yang sama-sama mendapatkan rasa sayangnya seperti adik satu darah.     

"Ka—Kakak." Eunika kini sudah lebih tumbuh dewasa meski wajahnya masih saja terlihat sangat imut seperti anak perempuan usia 9 tahun. Rambut biru langitnya semakin panjang hingga nyaris menyentuh mata kaki. Sayap perinya bergerak-gerak lucu ketika dia gugup.     

"Eunika semakin cantik saja," puji Jovano sambil mengelus kepala yang terasa halus karena adanya rambut panjang terawat milik adik perinya.     

Eunika tersipu malu dan tundukkan kepala dengan sikap gugup. Dia masih saja pemalu seperti dulu ketika pertama bertemu mereka.     

Zivena menatap saudara setengah darahnya. Meski dia kesal karena itu menandakan ayahnya tidak setia pada sang ibu, tapi mau bagaimana lagi, toh sudah terjadi dan itu di luar kendali ayahnya pula karena saat itu Dante tak tahu apakah masih bisa kembali ke bumi atau tidak.     

"Kakak Zivena." Eunika sadar dia sedang diamati oleh Zivena dan memanggil dengan suara lirih sembari menatap takut-takut ke Zivena.     

"Zizi, jangan menakuti Eunika." Jovano seakan paham apa yang berkecamuk di hati kedua gadis belia itu.     

"Hm, ya, ya, ya, aku paham." Zivena berdiri tegak memberikan aura dominan meski masih remaja. Ini berbanding terbalik dengan Eunika yang terlihat lemah, rapuh, dan pemalu.     

Jika Zivena membusungkan dada seperti seorang ksatria, Eunika justru menangkupkan tubuhnya seperti kuncup bunga yang pemalu. Sungguh sebuah perbedaan yang sangat jelas.     

Zivena terlihat seperti kakak kandung Eunika, yaitu Rvna yang masih tinggal di dunia peri nun jauh di alam lain untuk menjadi pemimpin para peri di sana.      

Mereka berbincang sebentar di kamar es itu dan kemudian Jovano keluar untuk menemui kawan-kawannya yang berdarah mutan.     

"Kalian sepertinya baik-baik saja di sini, kan?" tanya Jovano pada Darga dan juga Miloz, dua kakak beradik mutan yang dibawa Jovano dari alam mutan.     

"Kak Darga justru sudah memiliki anak dari Motya," ujar Miloz sambil melirik kakak di sampingnya.      

"He he he …." Darga menggaruk belakang kepalanya.     

"Wah! Kemajuan! Ayo, antarkan aku melihat anakmu!" Jovano bersemangat.     

Mereka pun berjalan ke pondok tempat Darga dan Motya bermukim. Sementara Jovano melihat anak kedua pasangan mutan, Gavin berbincang dengan Miloz.     

Gavin dan Miloz adalah partner in crime di alam peri beberapa waktu silam. Di sana, mereka bertingkah liar dan bahkan membuat istana harem.     

Percakapan Gavin dengan Miloz seakan pembicaraan mengenang masa lalu, masa gemilang mereka ketika berevolusi dari remaja menjadi dewasa dan mengenal wanita seutuhnya.     

"Miloz, apa kau tidak ingin mencari pasangan?" tanya Gavin. "Atau jangan-jangan kamu sudah punya incaran di Cosmo ini?" Matanya mengerling menggoda sahabat mutannya.     

"Dia sudah melirik-lirik serta menggoda Alyn." Motya yang kebetulan mendengar pembicaraan kedua lelaki muda itu segera menyambar.     

"Ehh? Alyn? Anaknya paman Ro dan bibi Kyu?" Gavin menaikkan alisnya tinggi-tinggi karena terkejut.     

Motya mengangguk.      

Jovano yang mendengar percakapan itupun keluar dari rumah Darga dan berkata, "Wah! Wah! Sepertinya ada banyak cinta lokasi di sini, yah! He he he … itu bagus!" Dia malah terlihat senang.     

Bagi Jovano, cinta lokasi di komunitas yang sudah dia kenal dengan baik karakter masing-masing orangnya, akan lebih baik ketimbang mengambil orang luar komunitas yang belum tentu tepat dan cocok dengan keluarga dan teman.     

Hari itu, mereka bersenang-senang di alam Cosmo, melakukan pesta makan di malam hari dan kemudian Jovano hendak kembali esok harinya usai langit Cosmo kembali terang.     

Saat semua orang sudah tidur di pondok masing-masing, Jovano bangkit dari tempat tidurnya, menoleh ke Shona yang lelap usai mendapatkan kemesraan membara darinya.     

Jovano berjalan pelan ke kamar es untuk menemui ibunya. Tidak disangka, di sana masih ada ayahnya.     

"Dad." Jovano tersenyum ke ayahnya yang duduk tenang di samping peti es Andrea.     

"Jo." Dante membalas.     

"Apakah kau tidak pernah meninggalkan ruangan ini meski hanya untuk beberapa menit?" Dia teringat akan ayahnya yang tidak ikut pesta makan tadi.     

Dante menggelengkan kepala. "Aku tak ingin jauh dari ibumu. Ini juga sebagai tempat aku menghukum diriku sendiri."     

Sepertinya Jovano bisa meraba apa yang dimaksud hukuman oleh ayahnya. Sedikit banyak pasti berkaitan dengan menikahnya sang ayah dengan ratu peri.     

"Dad, jangan terlalu keras pada dirimu. Aku yakin mom akan memaafkanmu dan memahami situasimu saat itu." Jovano menjentikkan tangan dan muncul bangku kayu di dekatnya untuk dia bisa duduk di sebelah ayahnya.     

Mereka berbincang hingga Jovano menceritakan mengenai Serafima. Dante terkejut, tidak mengira putranya mengalami hal tragis menyedihkan semacam itu.     

Dante tidak bisa berbuat apa-apa selain menepuk-nepuk bahu putranya untuk menguatkan Jovano.     

-0—00—0-     

Esok hari ketika langit Cosmo sudah mulai terang, tim Jovano pamit keluar dari Cosmo dan kembali ke bumi untuk menuntaskan sedikit lagi misi kemanusiaan mereka.     

Setelah beberapa hari berkutat menolong manusia, bola kristal Jovano dan Zivena pun penuh sempurna.     

"Saatnya memanggil kak Nafael, ya kan Zi?" Jovano menoleh ke adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.