Devil's Fruit (21+)

Memunculkan Jati Dirinya yang Baru



Memunculkan Jati Dirinya yang Baru

0Fruit 1537: Memunculkan Jati Dirinya yang Baru     
0

Malam itu, Jovano dan Serafima menjalani malam berdua di rumah sewaan yang besar dan mewah.     

Rumah itu justru tidak semahal tampilannya. Disewakan dengan harga sangat murah. Tentu saja ada apa-apanya kalau sudah begitu. Tidak mungkin tidak.     

Namun, sejak awal masuk ke rumah itu, tim Jovano sudah mengusir pergi semua makhluk astral yang membuat markas di rumah tersebut.     

Mungkin tetangga sekitar mereka terheran-heran dengan betahnya Jovano serta timnya tidak angkat koper di malam pertama, apalagi seminggu setelahnya.     

Kini, mereka malah sudah memasuki satu bulan penuh berada di sana tanpa terlihat hal ganjil atau suara jeritan apapun. Orang-orang itu tak tahu bahwa yang menempati rumah itu jauh lebih ditakuti para makhluk astral yang ada di sana.     

Para tetangga hanya bisa berasumsi bahwa dikarenakan yang menyewa adalah para bule yang tidak percaya adanya mistis dan dunia klenik, makanya tim Jovano baik-baik dan betah di rumah itu.     

Seperti biasa, malam ini merupakan malam mencari mangsa bagi beberapa kubu.     

Shona dan Zivena tentu saja berkeliling di rumah sakit, sedangkan Gavin, Voindra, dan Louv ada di kelab malam. Ya, kali ini Louv ikut serta pada petualangan malam Gavin dan Voindra. Untuk kali pertama bagi si elf cahaya.     

"Jo, apakah menurutmu teman-temanmu tidak menyukai aku?" tanya Serafima saat dia berada di pelukan suaminya ketika mereka berdekapan di tempat tidur.     

Jovano mengelus rambut oren istri pertamanya dan menjawab, "Mereka tentu saja tidak seperti yang kamu pikirkan barusan, Sayank. Mereka menyayangimu dan ingin kamu lekas baik-baik seperti biasanya."     

"Mereka tidak membenciku?" Serafima sedikit menegakkan tubuhnya agar bisa memadukan tatapannya dengan Jovano.     

Senyum hangat Jovano muncul sembari dia mengelus rambut indah sang istri dan berkata, "Tidak mungkin mereka membenci kamu, Sayank. Percaya, deh! Mereka semua sayang kamu. Bahkan kita semua saling menyayangi dan mendukung satu sama lain."     

"Unghh …." Serafima kembali ke pelukan suaminya dan mengusapkan wajahnya pada dada Jovano.      

Sementara, Jovano menghela napas panjang. Sudah sebulan ini dia tidak melakukan apapun pada Serafima selain hanya berpelukan saja. Tapi dia masih berusaha tabah dan sabar karena memahami kondisi istrinya yang masih butuh waktu untuk pulih sepenuhnya.     

Nanti juga kalau sudah sembuh, justru Serafima yang akan ganas menerjang meminta jatah padanya, demikian pikir Jovano, dan dia terkekeh kecil membayangkan hal itu.     

"Oh ya, Jo, bukankah kau memiliki bola kristal dari malaikat?" tanya Serafima sembari tegakkan punggungnya dalam posisi duduk di samping tubuh rebah suaminya.     

"Ahh … ya, bola kristal itu." Jovano mengangguk kecil disertai senyuman. "Kenapa dengan itu, Sayank?"     

"Aku ingin melihatnya, sepertinya indah, ya kan?" Serafima tersenyum manis dengan wajah merayu seperti anak kecil menginginkan permen.     

"Hm, baiklah." Jovano mengeluarkan bola kristal dari cincin ruang Ring-Go. "Ini?" Seketika, ada sebuah bola kristal seukuran bola voli yang transparan dan di dalamnya terdapat cairan berwarna keemasan. Itu merupakan cairan kebajikan yang telah dikumpulkan olehnya selama ini.     

"Wah, sudah hampir penuh, yah!" Mata Serafima membelalak takjub pada bola kristal itu. "Begitu cantiknya …." Ia mengagumi benda tersebut. Tangannya terjulur hendak mengambil bola kristal tersebut, tapi Jovano sudah memasukkan lagi ke Ring-Go. "Ehh? Kenapa?"     

"Tidak apa-apa, Sayank. Hanya ingin menyimpannya lagi saja." Jovano tersenyum cepat merespon sang istri.     

"Tidak bolehkah aku berlama-lama menatapnya? Bahkan tak boleh menyentuhnya?" Mata Serafima seakan berubah menjadi mata anak kucing yang memelas. Lengkungan turun di mulutnya juga menyiratkan dia sedih karena seperti ditolak Jovano.     

Jovano terkekeh dan menjawab, "Baiklah, baiklah, kau bisa melihatnya lebih lama, Sayank." Dia mengeluarkan bola kristal itu lagi dari Ring-Go.     

Mata Serafima kembali berbinar ketika dia melihat si bola kristal di depan matanya. "Sungguh indah …."      

Lalu, Jovano memberikan bola kristal itu pada istrinya. Kedua tangan Serafima menerima bola kristal itu sambil mulutnya terbuka lebar hingga saking lebarnya sampai ke telinga.     

Zapp!     

Mendadak saja, Serafima menebaskan satu tapak tangannya ke arah Jovano. Tangan itu berubah menjadi seperti kapak mini.     

Jovano sigap dan bereaksi dengan cepat ketika dia mundur menghindari tangan kapak Serafima.      

"Ha ha ha! Luar biasa sekali daya refleksmu!" lengking suara Serafima ketika melihat Jovano gagal dia tebas menggunakan tangan kapaknya.     

Seketika, wajah Serafima berubah menjadi lebih menyeramkan dan kulitnya menjadi kemerahan, membuat rambut orennya semakin terlihat menyala ketika berkibar karena angin energi wanita itu.     

"Kau iblis bedebah yang menggunakan tubuh Serafima!" seru Jovano dengan menahan geram. Gerahamnya sudah saling beradu dan tubuhnya bergetar karena amarah.     

"Kenapa marah-marah? Aku ini Serafima, istrimu! Apakah aku kurang Serafima di matamu?" Istri pertama Jovano tertawa melengking sambil memberikan ejekan halus ke Jovano.     

"Sangat amat kurang!" geram rendah Jovano seakan dia serigala yang siap menerkam.     

"Yah, nanti akan aku tambahkan, kapan-kapan …." Serafima mulai menatap Jovano dengan pandangan tajam seraya dia tersenyum lebar penuh aura misterius.     

"Kembalikan bola kristalku." Jovano mengulurkan tangannya ke depan.     

Itu justru mendapatkan tanggapan tawa kekehan dari Serafima. "Kenapa terburu-buru? Aku sedang mengagumi kecantikan bola kristal ini. Nah, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini."     

"Om Wei!" teriak Jovano .     

Segera saja, ruang ilusi muncul memerangkap Jovano dan Serafima. Ini membuat Serafima menggeram marah.      

"Kau hendak menangkap aku di sini?!" teriak Serafima sambil melotot bengis ke Jovano.     

Bersikap tenang, Jovano menyahut, "Jika memang harus begitu."     

"Jangan mimpi!" Serafima segera angkat satu tangannya ke atas dan mengumpulkan energi di sana. Energi itu berwarna merah keunguan.     

Blaarr!     

Bola energi tadi dihempaskan Serafima ke bawah dan hancur semua dinding ilusi yang dibuat Wei Long.     

"Gila! Bocah itu sekarang segila itu kekuatannya?" Wei Long muncul sebagai sosok yang paling terkejut karena ruang ilusi dia bisa dihancurkan dengan sekali serangan.     

Serafima tertawa mengejek, "Hanya mainan anak-anak saja dan kau seheboh itu, kerdil?" ledeknya ke Wei Long.     

"Kau!" Wei Long emosi dan melesat ke depan.     

"Om! Jangan!" teriak Jovano.     

Tapi sepertinya terlambat karena tangan Serafima sudah menangkap leher kecil Wei Long dan mencekiknya.     

Jovano tak mungkin tinggal diam saja dan bergegas menolong Wei Long sehingga dia menerjang ke istrinya dan merebut si naga kecil dari tangan Serafima.     

Untung saja berhasil terebut oleh Jovano. Ketika dia melihat kondisi Wei Long, naga putih itu sudah terkulai tak berdaya. "Om Wei!" Jovano terkejut dengan apa yang menimpa naga kecilnya.     

Lantas, Jovano menatap Serafima dengan tatapan sedih sekaligus kecewa juga marah.     

"Kenapa? Dia sendiri yang mencari gara-gara denganku? Aku yang kuat ini bisa apa selain mempertahankan diri?" ujar Serafima sembari memberikan sikap menyebalkan ke suaminya seolah dia tidak bersalah pada kasus ini.     

"Kak!"     

"Jo?"     

Mendadak, di sekitar Jovano sudah muncul semua anggota timnya.     

Melihat kemunculan semua tim Jovano, mau tak mau Serafima harus melakukan sesuatu karena dia sudah dikepung. Dia memunculkan banyak tentakel dari bawah tubuhnya.     

Shona dan yang lainnya menatap tak percaya akan apa yang disajikan di depan mata mereka. Tubuh bawah Serafima berubah menjadi kaki gurita besar.     

"Ohh, ini sungguh cantik. Aku menyukainya. Terima kasih!" Serafima mengangkat bola kristal itu dan bersiap pergi dengan menggunakan energi pusaran kuat kaki-kaki guritanya untuk membuat ruang dimensi sendiri.     

"Tidak semudah itu! Dasar pencuri!" teriak Zivena, bersiap mengejar kakak iparnya.     

"Zizi, biarkan saja!" bentak Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.