Devil's Fruit (21+)

Ingin Mengambil yang Sudah Dibuang



Ingin Mengambil yang Sudah Dibuang

0Fruit 1534: Ingin Mengambil yang Sudah Dibuang     
0

Serafima memang sudah kembali ke tengah-tengah kelompok Jovano, namun dia belum sepenuhnya pulih. Dia masih dalam masa penenangan untuk mengatasi trauma dia akibat diculik berhari-hari.     

Maka dari itu, Jovano dan yang lainnya berusaha sabar menghadapi Serafima yang enggan berinteraksi dengan orang selain Jovano saja. Serafima mendadak seperti orang terkena amnesia dan hanya ingat pada suaminya seorang.     

Oleh karenanya, ini berarti Jovano harus menepikan Shona untuk sementara waktu sembari dia memberikan pengertian pada Serafima bahwa dia juga memiliki istri lain yaitu Shona dan mengingatkan kembali ingatan Serafima mengenai anggota kelompoknya.     

Namun, tentu saja itu masih sedikit memakan waktu karena Serafima akan menjerit menolak ketika Jovano mencoba membicarakan mengenai orang lain.     

"Sis, ingin makan apa hari ini?" tanya Shona ketika mereka sudah berada di kota lain dan menyewa rumah besar untuk mereka sendiri. "Aku bisa memasakkannya untukmu."      

Serafima memandang takut ke Shona dan segera menjauh dari madunya untuk berlindung di pelukan Jovano. Melihat itu, Shona mau tak mau harus bersabar atas penolakan Serafima.     

Begitu juga ketika Zivena mencoba mengajak bicara Serafima, "Hei, Kak, apakah kau mau berenang bersamaku?" ajaknya di sore itu karena rumah sewaan mereka juga memiliki kolam renang di area belakang.      

"Jo … Jo!" Serafima memilih berlari saja ke suaminya ketimbang menjawab adik iparnya.     

"Ya, Sayank. Aku di sini." Jovano merangkul Serafima dan memandang Zivena yang kesal, memohon adiknya bisa bersabar pada kondisi Serafima saat ini.     

Zivena mendengus kesal dan beralih mengajak Shona saja untuk bermain air di kolam renang.     

"Hei, aku tidak diajak?" tanya Voindra ketika melihat Zivena dan Shona sudah berada di dalam kolam.     

"Kak Voi dari tadi pagi tidur pulas makanya aku tak ingin mengganggumu." Zivena menyahut.     

"Voi, kemarilah dan segarkan dirimu, jangan sibuk tidur terus." Shona melambai.     

Meski mereka bukan manusia sepenuhnya, namun mereka kadang menyukai hal-hal yang biasa dilakukan manusia, seperti makan dan tidur.     

"Hi hi! Baiklah kalau begitu!" Voindra dengan gamblangnya menyahut sambil dia melucuti semua pakaiannya dan menyisakan bra dan celana G-string mungil saja sebelum dia melompat ke dalam kolam.     

Byurr!     

"Ha ha ha! Benar-benar segar!" Voindra berteriak kegirangan sambil dia memercikkan air ke wajah Zivena dan Shona.     

Jovano mengajak Serafima masuk ke kamar karena istri pertamanya terus merengek untuk ke sana.     

Sementara itu, dari arah jendela kamar tidur Gavin yang ada di lantai atas, terlihat Gavin sedang memandang ke arah kolam renang. Matanya tertuju pada Voindra.     

Dia akui, sekarang Voindra terlihat matang dan menggiurkan sebagai seorang succubus. Darah Gavin menggelegak melihat penampilan seksi Voindra yang mengundang hasratnya.     

Apakah dia sebenarnya bodoh karena tidak membalas cinta Voindra dulunya? Tapi, kalau dia menerima cinta gadis itu, maka tak akan ada Gavin dengan 4 selir, bukan?     

Ya sudah, tak perlu disesali. Yang telah terjadi yah biarlah terjadi.     

"Masih melihat dia?" tanya Louv ketika dia sudah di belakang Gavin.     

"Hm?" Gavin menoleh ke Louv, selir paling cerdas dia.     

Louv menjajari Gavin di ambang jendela dan menatap ke arah kolam di bawah sana. "Kau memikirkan gadis itu, kan?"     

"Siapa?" tanya Gavin.     

"Jangan berpura-pura tak paham maksud ucapanku, Gav. Aku sudah mengenal dirimu dengan baik selama ini. Kau menyukai dia, kan? Yang memakai pakaian minim itu? Yang katanya dulu pernah mengejarmu tapi kau abaikan?" Louv menjabarkannya dengan telak.     

Ini membuat jakun Gavin naik dan turun saat dia menelan salivanya, tidak mengira selirnya bisa mengetahui apa yang ada di benaknya. "He he he … apakah terlalu kentara di matamu?"     

"Tentu. Itu karena kau sering mencuri pandang ke arahnya dan aku berulang kali memergokimu melakukan itu." Louv melirik ke Gavin di sebelahnya.     

Gavin tersenyum dan tidak memalingkan pandangannya dari Voindra di kolam renang yang sedang asyik bermain air sambil tertawa riang, sungguh menggemaskan. "Ya, dia dulu pendiam dan susah dipahami. Tapi sekarang, dia sudah berubah menjadi gadis yang lebih ceria dan terbuka."     

"Dekati saja dia." Louv berkata.     

Gavin mau tak mau memalingkan pandangan ke Louv dengan raut terkejut.     

"Kenapa? Itu yang kau inginkan, bukan?" Louv seperti bisa memindai pemikiran Gavin.     

"Louv, tapi …." Gavin tak tahu harus menyahut apa pada ucapan selir utamanya.     

"Tapi apa? Apakah sekarang kemampuan merayumu sudah tumpul?" Louv sembari menaikan dagunya saat dia berkata pada Gavin, seakan dia sedang memberikan tantangan pada pemuda di sebelahnya.     

Gavin terkekeh, lalu dia kembali memandang Voindra seperti tadi.     

.     

.     

Malamnya, ketika Voindra hendak mencari mangsa seperti biasa, dan kali ini ditemani oleh Shona dan Zivena, dia dikejutkan dengan kemunculan Gavin.     

"Aku ikut, yah!" Gavin meminta izin saat mencegat mereka.     

"Ke mana selir kesayanganmu?" tanya Voindra menyahut Gavin.     

"Dia sedang tak enak badan dan ingin istirahat." Gavin beralasan.     

"Hmph! Terserah." Voindra melangkah santai melanjutkan jalannya ke arah mobil sewaan mereka. Pakaiannya selalu provokatif karena berguna untuk menjerat mangsa.     

Sedangkan Shona dan Zivena tentu saja lebih tertutup karena mereka tidak hendak mencari mangsa seperti halnya Voindra.      

Gavin ikut naik ke mobil dan pergi dengan 3 wanita muda itu ke sebuah tempat.     

"Kelab malam?" tanya Gavin.     

"Ya, aku biasa mencari mangsaku di tempat seperti ini." Kemudian, Voindra turun dari mobil, diikuti Gavin.     

Tapi, ternyata Shona dan Zivena tidak ikut turun.     

"Kalian tidak turun?" tanya Gavin dengan wajah heran.     

Shona menggeleng dan dia menggeser duduknya menjadi di belakang kemudi. "Aku akan menemani Zizi mencari mangsanya."     

Gavin segera paham apa makna mangsa bagi dua wanita itu. Tentu saja berbeda makna meski sama-sama disebut mangsa.     

"Atau lebih baik kau ikut aku dan kak Sho ikut kak Voi saja?" tanya Zivena yang berganti duduk ke kabin depan, di sebelah kakak iparnya.     

"O-Ohh! Tidak! Jangan! Aku … aku dengan Voi saja, sekalian melindungi dia kalau ada apa-apa!" Gavin segera saja memberikan jawaban.     

Zivena memutar bola matanya dan Shona pun melajukan mobil ke arah rumah sakit terdekat.     

Kini, tinggallah Gavin dengan Voindra. Mereka melangkah bersama menuju ke pintu masuk kelab.     

"Kau yakin ingin memakai pakaian semacam itu, Voi?" Gavin menatap penampilan Voindra yang terbilang sangat menantang mata lawan jenis. Atasan ketat transparan dengan belahan dada rendah, dan rok mini yang tak kalah ketatnya. Ditambah sepatu bot hingga menutupi lutut dari kulit, menambah kesan menantang.     

"Kenapa memangnya?" Voindra melirik singkat saja ke Gavin.     

"Yah, dulu kamu kan …." Gavin tak bisa gamblang menyebutnya. Tak enak hati.     

Voindra terus berjalan dan menjawab, "Dulu yah dulu. Sekarang sudah bukan dulu lagi."     

"Ohh, ya, benar juga, he he he …." Gavin menggaruk belakang kepalanya.     

"Seperti kau tidak ada perubahan saja sejak dulu hingga sekarang," gumam Voindra sambil terus berjalan.     

Gavin meringis, mengakui ucapan Voindra memang ada betulnya.     

Keduanya mulai memasuki kelab malam. Gavin tak tahu apa yang sekiranya akan terjadi setelah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.