Devil's Fruit (21+)

Robekan Ruang Dimensi Beraroma Serafima



Robekan Ruang Dimensi Beraroma Serafima

0Fruit 1532: Robekan Ruang Dimensi Beraroma Serafima     
0

Jovano dan beberapa iblis intelijen dia pergi ke arah tenggara setelah dia menyimpulkan beberapa hal penting.     

Mereka melesat cepat ke depan hingga kemudian mereka bertemu dengan segerombolan iblis biasa yang sedang lewat biasa.     

"Hei, bukankah dia cucunya Zardakh?" Salah satu dari iblis itu berkata ke kawannya.     

Jovano tidak menggubris dan terus melanjutkan perjalanannya, tapi ternyata para iblis itu mengikuti dia dan berusaha menghampiri dia.     

Hingga kemudian, para iblis itu melesat ke depan Jovano dan menghadang langkahnya. Mau tak mau, ini membuat Jovano menghentikan langkahnya.     

"Ada apa?" Jovano bertanya dengan suara rendah pada 8 iblis yang sudah ada di depannya. "Kenapa menghalangiku?"     

"Kau keturunan Zardakh, kan?" tanya iblis 1.      

"Ya. Ada apa dengan itu?" Jovano menatap penuh selidik ke iblis 1.     

Iblis 2 hendak mendekat ke Jovano tapi salah satu iblis intelijen Jovano segera menghadangnya sehingga iblis 2 urung melakukan tindakannya dan hanya terkekeh. "Aku hanya ingin beramah-tamah dengannya."     

"Itu bisa dilakukan tanpa harus bersentuhan fisik." Iblis intelijen tadi menjawab.      

"Kalau kalian tidak ada hal penting lainnya, maka aku akan meneruskan jalanku." Jovano tak mau buang-buang waktu.     

"Tunggu dulu, kau keturunan Zardakh. Kau harus harus tahu bahwa kami ini kawan-kawan lama Zardakh," ujar iblis 3.     

"Benar, kami kawan kakekmu. Dia kakekmu, kan?" Iblis 4 ikut menyahut.     

"Baiklah, nanti akan aku sampaikan ke kakekku bahwa kalian bertemu denganku." Mata Jovano sembari melirik ke 8 iblis di depannya.     

"Tidak bisakah kita berbincang-bincang sebentar?" Iblis 5 bertanya.     

"Kenapa kau buru-buru? Ada apa? Apakah kau terjerat masalah?" tanya iblis 6.     

"Wah, katakan saja pada kami, masalah apa yang kau sedang hadapi. Kami ini memang iblis tua dan tentu akan senang hati membantu iblis muda sepertimu yang sedang dalam kesulitan." Iblis 7 seolah-olah menampilkan sisi bijaknya dia.     

Sayang sekali, Jovano tidak terkecoh. "Kalian ini, apakah sudah selesai aktingnya?"     

"Hah? Apa  maksudmu?" Iblis 8 berlagak terkejut.     

"Apakah aku harus melenyapkan kalian terlebih dahulu agar aku bisa melanjutkan perjalananku?" Jovano menatap tajam kedelapan iblis secara bergantian.     

"Bocah! Kau ini apa-apaan? Kenapa kau sombong sekali?" Iblis 3 mengerutkan kening saat menatap Jovano.     

"Apakah karena kau anaknya Zardakh lalu kau bisa berlaku kurang ajar pada kami?" Iblis 1 meninggikan suaranya seakan dia sangat marah.     

"Sungguh anak muda sekarang terlalu tinggi hati!" Iblis 7 tidak ingin kalah menghardik Jovano.     

"Tidak bisa dibiarkan orang muda sepertimu!" Iblis 5 menggeleng-gelengkan kepala.     

Tak ingin membuang waktu, Jovano lekas mengeluarkan api hitam iblis biasa milik dia. "Aku tidak ingin banyak basa-basi dengan kalian, para antek!" Lalu dia lekas lemparkan bola api hitam itu ke salah satu iblis.     

Blarrr!     

Segera, iblis 7 meraung terkena api hitam dari Jovano karena dia tidak mempersiapkan diri. "Sakit! Sakit sekali! Arrghh!" Kemudian, dia pergi menghilang.     

"Kau!" Mata iblis 2 melotot tajam ke Jovano.     

"Berapa banyak dia membayar kalian untuk mencegat aku di sini?" Jovano mulai mengeluarkan banyak api hitam iblis di tangannya, jumlahnya ada puluhan.     

Melihat itu, para iblis tua tadi mulai terkekeh.     

"Ternyata kau sudah tahu mengenai itu." Iblis 1 terkekeh memamerkan gigi runcingnya yang berwarna hitam.     

"Tidak kusangka, kau bocah bau ingus pandai juga menganalisa kami." Iblis 8 menyeringai lebar dengan wajah mengerikan.     

Segera, Jovano menyerangkan semua api hitam iblis dia kepada 7 iblis di depannya.      

Namun, karena mereka golongan iblis tua, tentu saja mereka memiliki persiapan setelah apa yang terjadi pada kawan mereka, si iblis 7.     

Para iblis tua mengeluarkan senjata mereka masing-masing untuk menghalau api iblis Jovano, sehingga serangan Jovano seperti mainan ringan untuk mereka.     

Jovano tahu itu dan dia sudah memprediksi hal tersebut. Tapi, bukan itu tujuan utama dia. Melainkan ….     

Swosshh!     

Zuff!     

Api Hitam Neraka bersamaan dengan Cahaya Surgawi menerjang 7 iblis tua saat mereka sedang sibuk menghalau api hitam Jovano.     

Dikarenakan kelengahan mereka, tentu saja mereka tak bisa mengelak dari terjangan dua serangan dahsyat Jovano dan musnah seketika hanya dengan 1 hingga 3 detik jeritan saja.     

"Hghh … entah berapa tahun yang akan diambil dariku gara-gara aku menggunakan dua itu." Jovano bergumam lirih. "Ayo! Kita lanjutkan!" serunya pada iblis intelijen.     

Perjalanan ke tenggara kembali berlanjut.      

Sampai akhirnya, mereka mencapai sebuah gurun luas tidak berpenghuni, tak ada manusia.     

"Pangeran Muda!" seru salah satu iblis intelijen.     

Jovano menghentikan terbangnya dan menoleh ke iblis itu. "Ada apa?"      

"Ada aura aneh di sini. Serta, ada selintas jejak bekas robekan dimensi di sini." Iblis intelijen berkata.      

"Hm, apakah ini—" Jovano hendak berkata ketika dia mendapatkan sekelebat aroma yang dia kenali dengan baik. "Sera!" Ya, mendadak saja dia mencium aroma Sera di udara.     

Ternyata, arah ini sungguh menunjukkan keberadaan Serafima. Atau … hanya bekas jejak saja?     

Iblis intelijen membuat sebuah segel supernatural dan seketika tercipta robekan ruang dimensi tak jauh dari Jovano.     

Ketika robekan itu terkuak, aroma Serafima semakin tajam menyerbu panca indera supernatural Jovano.     

"Sera pasti ada di sana!" Jovano hendak masuk ke robekan dimensi itu.     

Namun, iblis intelijen lainnya mencegah. "Pangeran Muda, jangan terburu-buru begitu. Kau terlalu gegabah kalau langsung ke sana."     

"Tapi … Sera …." Jovano memandang iblis yang mencegahnya dengan pandangan rumit.     

"Dia membuka robekan ruang itu karena di sana jejak akhir dari istri Pangeran Muda. Tapi Pangeran Muda tidak boleh langsung masuk ke sana sebelum mengetahui seperti apa medannya." Demikian iblis itu berkata.     

Jovano termenung. Benar juga, harusnya dia bisa lebih tenang dalam menganalisis mengenai hal semacam ini, tak boleh gegabah atau dia akan celaka karena lengah.     

Harusnya dia ingat bahwa setiap dia melacak arah keberadaan istri pertamanya, selalu ada saja iblis di tengah jalan yang akan merintanginya.      

"Baiklah, aku memang terlalu pendek akal." Jovano mengakui kesalahannya dan membiarkan iblis intelijen yang sudah terbiasa menguak hal semacam itu untuk mengambil alih aksi saja.     

Iblis intelijen 1 melihat ke kawannya yang sedang menahan robekan ruang di depannya dan kemudian dia memotong segenggam rambutnya sendiri dan dia lemparkan ke dalam robekan itu.     

Blarr!     

Seketika, robekan ruang dimensi yang dimasuki jumputan tebal rambut iblis intelijen 1 pun memicu ledakan di dalam sana.     

Jantung Jovano melonjak melihat itu. Andaikan dia yang secara gegabah masuk ke sana, bukankah dia akan mati konyol?     

"Robekan ruang dimensi tadi merupakan perangkap, Pangeran Muda." Iblis intelijen 2 berkata, "Pelakunya sengaja memberikan aroma dari istri Anda ke sana agar bisa memerangkap Anda atau bahkan memusnahkan Anda."     

Jovano menarik napas dalam-dalam. Kenapa pelaku harus melakukan itu? Kalau memang iblis besar di balik ini hendak menghabisi dia, bukankah sebenarnya bisa dilakukan kapan saja jika dia keluar seperti saat ini? Kenapa malah mengirim banyak iblis keroco yang hanya akan memperlambat Jovano?     

Mendadak, ada sekelebat pemikiran di kepala Jovano. Bahwa pelaku semua ini … hanya sedang mempermainkan Jovano.     

Tapi kenapa sampai menculik Serafima?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.