Devil's Fruit (21+)

Arah Tenggara



Arah Tenggara

Fruit 1531: Arah Tenggara     

Sebenarnya Zivena enggan memusnahkan para jin tadi, tapi karena setelah mempertimbangkan kebaikan di sisi manusia, maka dia harus memusnahkan mereka demi ketentraman manusia di tempat ini.     

Setelah itu, barulah Zivena bisa tenang meneruskan tidurnya agar tenaganya kembali terkumpul.     

-0—00—0-     

Esok malamnya, ketika Zivena sudah lebih bertenaga, dia mengiyakan ajakan Voindra untuk ke tempat-tempat di mana dia bisa melakukan misi kebajikan untuk manusia.     

"Makanya, Zizi, kamu jangan mengingkari takdir kamu. Kekuatan rasmu itu berasal dari cairan tubuh manusia, maka dari itu, lebih baik tetap kumpulkan saja itu dari mereka tanpa kamu perlu repot-repot tidur seperti hibernasi segala untuk mengisi ulang dayamu." Begitu Voindra berkata saat mereka pergi di malam itu.     

"Ahh, Kak Voi sukanya bicara soal itu melulu!" Wajah Zivena cemberut jika diingatkan mengenai dari mana ras dia sebenarnya berasal. Apalagi ras iblis Lust yang membuat dia jijik dan bergidik.     

"Ha ha ha, Zizi, kenapa aku malah berpikir kau ini seperti ponsel, yah, yang harus di-charge kalau baterainya menyusut habis, ha ha ha!" goda Voindra.     

"Ugh! Kak Voi jahat! Menyamakan aku dengan ponsel, isshh!" Zivena makin cemberut tapi Voindra malah makin keras tertawa.     

Sementara itu, ada petugas resor yang masih bertanya-tanya keheranan kenapa kamar di ujung yang paling terkenal keangkerannya itu tidak membuat penghuninya berteriak minta pindah kamar.     

Ada juga Gavin dan Louv yang menikmati acara jalan-jalan seperti pasangan berbulan madu dengan mobil sewaan agar tidak merepotkan Jovano.     

Sedangkan Jovano dan Shona cukup putar-putar kota sambil mencari apakah ada yang bisa ditolong oleh mereka.     

Malam itu sepertinya tenang dan damai. Tapi … benarkah?     

Ketika Jovano dan Shona sedang menikmati momen intim mereka di mobil, mendadak saja muncul bayangan singkat Serafima.     

"Jo! Jo! Tolong! Tolong aku!" Demikian Serafima berteriak dalam kelebat bayangan itu.     

Sontak saja, Jovano menghentikan aksi intim dia ke Shona dan menoleh ke sekeliling. "Sera!" panggilnya keras sambil membereskan pakaiannya dan melesat keluar, berusaha mencari aroma dari Serafima barusan.     

"Jo? Ada apa dengan sista?" Shona sudah berlari mengejar suaminya di luar.     

"Tadi … tadi aku melihat sekelebatan mirip Sera dan dia meminta tolong." Jovano menjelaskan ke Shona.     

"Apakah … sista memiliki kondisi berbahaya di sana?" Shona juga ikut bingung karena dia sendiri tidak mendapatkan kelebatan tadi. Maka, jalan satu-satunya adalah memeriksa memori Jovano.     

Jovano membiarkan kedua tangan istri mudanya menangkup kepala dia agar mudah dipindai memorinya. "Bagaimana menurutmu?"     

"Hm, ini aneh, kenapa hanya kamu yang diberi penampakan itu. Jika memang ini bukan mimpi, harusnya aku juga bisa melihatnya apapun tampakan astral yang ada di dunia manusia.     

Jovano merenung. "Apakah aku hanya berhalusinasi?"     

"Bukan, itu bukan halusinasi. Kalau itu hanya sekedar halusinasi ataupun mimpi, tidak akan sejelas itu tampilannya di pemindaianku, Jo. Itu jelas-jelas adalah nyata. Apalagi kau tidak sedang tidur."     

Kening Jovano berkerut. "Kurasa ini … ini sebuah pesan, entah dari Sera sendiri, atau …."     

"Penculiknya." Jovano dan Shona berbarengan berbicara dan sama. Mata mereka melebar ketika memiliki kesamaan pemikiran.     

Jovano kembali ke mobil yang diparkirkan di sudut sepi sebuah lapangan sepi, bersiap-siap untuk memanggil anak buahnya. Sebelum itu, dia menoleh dulu ke Shona. "Sho sayank, maafkan aku, kegiatan kita malah terhenti karena ini."     

Shona tersenyum dan mengusap pipi suaminya, berkata, "Tak masalah, Jo. Jangan ragu untuk mencari informasi mengenai sis Sera."     

"Terima kasih atas pengertianmu." Jovano menangkap tangan Shona di pipi untuk dia kecup tangan itu sebelum dia benar-benar memanggil para anak buahnya.     

"Apakah kalian sudah mendapatkan informasi?" tanya Jovano pada 7 iblis intelijen yang datang ke Jovano.     

"Lapor, Yang Mulia Pangeran! Kami masih belum mendapatkan titik terang hawa keberadaan Nyonya pertama!" Iblis intelijen itu menjawab Jovano dan diikuti ucapan serupa oleh 6 lainnya.     

"Hm, jadi begitu." Jovano mengerutkan kening, mencoba berpikir secara dalam. Tapi, dia tertegun sejenak ketika dia melihat bahwa yang datang hanya 7 iblis intelijen saja. "Hei, mana rekan kalian 1 lagi?"     

Keempat iblis intelijen saling berpandangan dan salah satunya menjawab Jovano, "Maaf, Yang Mulia Pangeran, kami berpencar saat bertugas mencari informasi. Jadi, kami tidak saling mengetahui keadaan rekan."     

Kerutan di kening Jovano kian terbentuk tegas. "Di mana dia mencari informasi?"     

"Dia ke bagian pintu dimensi arah tenggara, Yang Mulia Pangeran."     

Mata Jovano segera saja menyala berbinar. "Di sana! Pasti di sana!" Dia memang meminta izin pada kakeknya untuk menggunakan iblis intelijen milik kerajaan King Zardakh demi mencari keberadaan Serafima.     

Jovano sudah memerintahkan 8 iblis intelijen untuk tugas itu dan membuat mereka berdelapan berpencar sesuai arah mata angin.     

Ketika semua iblis intelijen berkumpul cepat dalam waktu sekian detik sejak Jovano memanggil mereka, dan ternyata ada 1 iblis yang tidak hadir, tentu itu menimbulkan kecurigaan bagi Jovano.     

Oleh karena itu, arah yang dituju iblis yang tak hadir itulah yang ditengarai Jovano sebagai titik tempat keberadaan Serafima berada.     

"Ayo kita ke arah tenggara!" Jovano hendak memimpin anak buah ke arah yang dituju. Tapi, sebelum dia melesat terbang, dia berkata ke istri mudanya, "Sho, pulanglah dulu ke resor dan tunggu aku di sana. Kalau yang lain bertanya, katakan aku mencari petunjuk soal Sera, yah!"     

"Apakah kau akan lama, Jo?" tanya Shona dibarengi wajah cemasnya.     

"Entahlah, Sho sayank. Aku belum bisa memastikan. Ohh, kalau kalian sudah bosan di resor dan aku belum pulang, kalian bebas pergi dari resor ke manapun kalian ingin, nanti kau bisa menghubungiku mengenai itu." Jovano tak boleh melupakan ini. Dia tidak mau mengekang anak buahnya.     

Mau tak mau, Shona mengangguk meski sebenarnya dia ingin sekali ikut Jovano. Tapi dia paham, suaminya pasti tidak setuju karena diharapkan dia menjadi pemimpin kelompok ketika Jovano tak ada.     

Maka, merelakan Jovano pergi dengan 7 iblis intelijen ke arah tenggara, Shona menghela napas ketika dia menyalakan mesin mobil, hendak pergi dari sana.     

Tapi, ada saja rintangan yang hendak menaikkan emosi.     

Beberapa pemuda mabuk menghampiri mobil Shona dan mulai bertingkah menyebalkan dengan pandangan mesum ke Shona.     

"Nona, ayo turun dan ikut kami bersenang-senang!" ujar salah satu dari mereka sambil mengetuk-ketuk keras kaca jendela Shona.     

"Turun, Nona, atau kami pecahkan kacamu!" Pemuda yang lain tidak sabar ingin Shona keluar dari mobil.     

"Sialan! Aku tak punya waktu untuk mengurus kalian!" Shona menggeram rendah mengucapkan kalimat itu dan kemudian dia segera mengubah penampilannya menjadi sosok wanita menyeramkan.     

"Huaaaa! Hantu!" pekik salah satu dari pemuda tadi.     

"Setan! Ada setan!" teriak yang lainnya sambil mulai berlari sempoyongan.     

Setelah mereka semua lari tunggang-langgang menjauh dari mobil Shona, istri Jovano itu akhirnya bisa menjalankan mobil dengan damai.     

Sementara itu, Jovano dan anak buahnya di arah tenggara ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.