Devil's Fruit (21+)

Kemarahan Berujung Eksekusi



Kemarahan Berujung Eksekusi

0Fruit 1530: Kemarahan Berujung Eksekusi     
0

Malam pertama di resor, Voindra hendak pergi untuk mencari tempat kesukaannya, yaitu kelab malam.     

"Zizi, ikut Kakak, kan?" tanya Voindra sambil mengganti bajunya dengan yang lebih menantang mata lawan jenis.     

"Hm, sepertinya tidak dulu, Kak. Aku ingin bersantai dulu." Zivena sepertinya enggan ke manapun dan berniat ingin tidur saja di kamarnya.     

"Oke, Kakak pergi dulu, yah! Nanti akan aku beritahu ke kamu mana-mana saja tempat paling banyak untukmu mencari mangsa, hi hi!" Voindra sembari meraih tas tangannya dan memastikan sepatu high heels dia beres di kakinya.     

"Oke, Kak, selamat mencari mangsa." Zivena siap menarik selimut. Memang masih jam 9, tapi dia sudah ingin tidur saja.      

Voindra pun melangkah santai keluar kamar dan hendak menggunakan taksi online yang dipanggilkan dari resor nantinya.     

Setelah Voindra pergi, Zivena benar-benar bersiap tidur. Beberapa hari terakhir ini dia memang sangat sibuk menyembuhkan dan menyelamatkan banyak orang demi memenuhi bola kristal yang ada padanya.     

Dulu, jika dia menggunakan kekuatan supernatural yang cukup besar, dia akan tidur panjang ala hibernasi.      

Saat ini, dia merasa lelah dan seperti ada keinginan untuk tidur demi mengisi ulang daya tubuhnya.     

Baru saja Zivena memejamkan mata, mendadak saja dia mendengar adanya bunyi tetesan keran air di kamar mandi. Keningnya berkerut, bukankah tadi tak ada suara itu?      

Mencoba mengabaikannya, tapi bunyi itu malah semakin kencang, bukan tetesan lagi melainkan sudah menjadi aliran kecil air.     

Kening Zivena terus berkerut sambil dia merasa kesal atas gangguan itu. Kenapa dia harus direpotkan dengan itu?     

Ketika dia membuka mata, wajahnya segera berhadapan dengan wajah sosok perempuan dengan muka hancur berdarah-darah. Jarak wajah mereka begitu dekat, tak ada sejengkal tangan.     

Kaget tetapi tidak takut, Zivena justru membentak sosok itu. "Sialan! Jin brengsek! Kau mengagetkan aku saja!" Lalu, dengan satu kibasan tangan, Zivena memusnahkan sosok tersebut dan dia mendengus kesal sambil pergi ke kamar mandi dan mematikan keran air.     

Setelahnya, dia kembali ke tempat tidur, dan memejamkan mata seusai masuk ke dalam selimut. Setidaknya, malam ini akan tenang karena dia sudah menyingkirkan seorang jin pengganggu.     

Namun, belum ada 5 menit Zivena merasakan ketenangan, mendadak saja telinganya mendengar bunyi dari jendelanya. Itu seperti kuku yang digoreskan ke kaca.     

Kening Zivena kembali berkerut karena kesal. Dia segera mengedarkan indera supernaturalnya dan menyadari ada jin lain sedang berdiri di depan jendela kaca kamarnya, berniat mengganggu dan menakutinya.     

Tanpa membuka identitas dari aura sesungguhnya, Zivena berdiri dan melangkah ke pintu, membuka pintu. Dia ingin mempersilahkan masuk makhluk apapun yang ingin masuk dan mengganggunya.     

Daripada memusnahkan satu demi satu secara bergantian, lebih baik dia persilahkan saja mereka semua datang dan nantinya bisa dia gulung bersamaan.     

Benar saja, jin penggores kaca jendela yang wujudnya tinggi kurus itupun melangkah masuk ke kamar. Zivena berpura-pura tak melihatnya dan justru memainkan hape saja karena kantuknya sudah lenyap.     

Kesal? Tentu saja! Oleh karena itu, dia hendak memberi pelajaran pada semua yang ingin mengganggunya malam ini.     

Jin tinggi kurus itu berjalan berputar-putar di depan Zivena, sesekali dia akan mengirimkan hawa dinginnya agar Zivena merinding.     

Selang beberapa menit berikutnya, muncul jin lain. Wujudnya seperti wanita berambut panjang, badannya kurus kering dengan kedua lengan yang panjang. Dia datang dengan cara merangkak terbalik. Wajahnya mengerikan dengan mulut menganga lebar yang mengeluarkan cairan seperti darah dan tak memiliki bola mata alias rongga kosong saja di bagian itu.     

Sebenarnya jin yang merangkak terbalik itu terlihat mengerikan, tapi bagi Zivena, itu hanyalah lelucon bocah saja. Dia memutar bola matanya atas penyamaran si jin.     

Tentu saja Zivena tahu bahwa wujud menyeramkan si jin hanyalah kamuflase. Jin hanya ingin menakut-nakuti saja menggunakan wujud seseram mungkin yang akan membuat manusia lari terbirit-birit.     

Biasanya, dari rasa takut itulah mereka mendapatan kekuatan alias tenaga. Ini sama konsepnya seperti incubus dan succubus mendapatkan energi.     

Semakin banyak mereka mengumpulkan rasa takut manusia, maka semakian besar pula energi mereka dan bisa saja itu menyebabkan kekuatan mereka kian meningkat.     

Sosok wanita merangkak terbalik itu mendekat ke Zivena dengan mengeluarkan suara aneh seperti erangan tapi dibuat lebih menyeramkan, "Arrghh … haarghhh …."     

Jujur, Zivena bukannya takut tapi jijik melihat penampilan jin satu itu.     

Setelah 2 sosok jin masuk ke kamarnya, kini muncul sosok hantu wanita paling epik di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, langsung 2 sekaligus.     

Zivena masih diam saja, membiarkan kamarnya menjadi tempat kumpul dadakan untuk mereka.     

Lalu, hidung Zivena mencium adanya aroma sangat busuk, sampai dia harus mengernyit tak nyaman. Tanpa dia menoleh, cukup mengedarkan indera pelacakan supernatural saja, maka dia mendapati adanya sosok wanita seperti si epik tadi, hanya saja yang ini punggungnya berlubang. dan berdarah-darah. Dari sanalah aroma busuk menyengat itu datang.     

Setelah si punggung berlubang itu masuk ke kamarnya, muncul hantu permen putih yang tidak benar-benar putih, tapi putih kotor dan ada bercak-bercak cokelat seperti tanah, melompat-lompat masuk ke kamar Zivena.     

Segera saja, setelah kedatangan para jin di dekatnya, Zivena memiliki kesimpulan bahwa kamar ini adalah yang paling parah keangkerannya di resor ini.     

Pantas saja ketika masuk, aromanya lembap dan seperti jarang sekali dipakai. Pasti dikarenakan mereka yang saat ini merubunginya itu.     

Kalau benar gangguan para jin sebanyak itu di kamar tersebut, mana ada manusia yang akan betah meski hanya 1 jam saja? Mereka pasti akan terbirit-birit pergi dari kamar tersebut daripada menerima teror dari para jin.     

"Kenapa dia ada di sini?"     

"Entah."     

"Berani-beraninya manusia ini tidur di pos kita!"     

"Hei, mana si Misna?"     

"Aku tak tahu. Bukannya dia biasa bermain air?"     

"Aku ingin melihat manusia ini lari terkencing-kencing setelah melihatku."     

"Dia harus terkencing-kencing karena berani tidur di tempat kita!"     

Para jin itu bercakap-cakap membicarakan Zivena.     

Setelah yakin bahwa itu semua jin yang biasa ada di kamar ini, maka Zivena yang tadinya sibuk bermain hape dan menghindari bertatapan dengan mereka, mulai mengambil napas dalam-dalam. "Sudah?"     

Para jin menatap heran ke Zivena, tak paham pada siapa Zivena berbicara. Pada ponselnya?     

"Sudah puas mengobrolkan mengenai aku? Sudah semua, nih? Hanya kalian saja yang biasa nongkrong di sini?" Usai mengatakan itu, Zivena menaikkan kepalanya dan memandang mereka satu demi satu, namun kali ini matanya sudah memancarkan aura malaikat.     

Para jin itu terkesiap bukan kepalang. Malaikat! Mereka merasakan adanya aura kuat yang tentunya di atas mereka. Aura menekan yang biasa mereka rasakan ketika berhadapan dengan iblis, namun yang menguar dari mata Zivena seakan lebih suci dan murni.     

"D-dia siapa!" Si punggung berlubang sampai tergagap.     

"Dia bukan manusia?" Hantu permen putih lusuh dan kotor ikut berbicara menyampaikan tanda tanyanya.     

"Ya, aku bukan manusia, melainkan yang akan mengeksekusi kalian semua yang sudah kurang ajar menggangguku!" teriak Zivena dengan mata makin memancar berwarna putih susu.     

Dari telapak tangannya, muncul sinar cahaya yang menyilaukan para jin sampai mereka berteriak-teriak.     

"Musnah!" seru Zivena, dan semua jin di kamar itupun benar-benar menghilang tak bersisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.