Devil's Fruit (21+)

Ide Nakal Zivena



Ide Nakal Zivena

0Fruit 1527: Ide Nakal Zivena     
0

Ketika dia baru saja hendak turun ke bawah, telinga peka dia mendengar tawa seorang wanita yang berkata, "Sekarang kau akan menjadi milikku dan kau akan dibuang istrimu!"     

Sekali lagi, Zivena mendapatkan mangsanya. Dia tersenyum senang. Waktunya beraksi!     

Tidak perlu menggunakan wujud solid dia, Zivena memakai tubuh transparan untuk menyusup masuk ke ruangan dimana dia mendengar suara wanita yang sepertinya hendak melakukan sesuatu pada seorang lelaki.     

Benar seperti dugaan Zivena, di ruangan itu memang ada seorang wanita dengan penampilan setengah telanjang, sedang mengangkangi lelaki teler yang memakai setelan jas, seperti baru pulang kerja.     

Lelaki itu tak sadarkan diri dan sedang dilucuti kemejanya. Sepertinya wanita itu hendak memotret dia dan lelaki itu dalam keadaan telanjang agar bisa dijadikan alat pemerasan dia nantinya.     

Ketika si wanita berhasil melepas jas dan kemeja si lelaki, giliran celananya. Zivena secara senyap, mendekat ke si lelaki dan menempelkan tapak tangan transparan dia ke ubun-ubun si lelaki, memberikan energi healing dia.     

"Hmhh?" Lelaki itu mendadak saja sadar. Dia terkejut melihat ada wanita di atas tubuhnya, hendak melepas ikat pinggangnya. "Heh! Bu Dina! Apa-apaan ini?!" Segera saja dia mendorong wanita bernama Dina sehingga Dina terjengkang ke belakang.     

"Aduh duh …." Dina berusaha bangkit dari lantai. "Sialan kamu, Henry!"     

"Ibu ini apa-apaan?" Lelaki bernama Henry segera saja membetulkan ikat pinggangnya dan meraih kemeja untuk dipakai. "Ibu mengundang saya ke sini untuk acara tanda tangan perjanjian kita! Kenapa Ibu malah begini ke saya?!"      

Kini, Zivena paham apa yang terjadi sebenarnya. Rupanya Henry dijebak Dina datang ke kelab malam ini dengan alasan hendak melakukan tanda tangan entah apa, mungkin jual beli atau apa.      

Dina tak bisa membalas ucapan Henry dan dia malah berteriak, "Tolong! Tolong! Aku hendak diperkosa!" Dia merobek baju atasannya sendiri mumpung Henry masih belum memakai kemeja.     

Ketika tangan Dina hendak menggapai pintu, dia mematung shock di tempatnya. Matanya membeku ketika dia melihat ada hantu wanita menyeramkan sudah berdiri di depannya, menghalangi pintu.     

Tentu saja itu Zivena. "Hi hi hi …." Dia terkikik menggunakan suara seseram mungkin.     

"Se-Setan! Setan!" Dina terkejut bukan main, lalu pingsan.     

Zivena mengubah wujudnya tidak terlalu seram dan berkata pada Henry, "Lekas keluar dari sini mumpung dia pingsan, atau aku tak bisa janji kalau dia mengancammu ketika bangun."     

Lutut Henry gemetar, tapi dia merasa hantu di depannya yang kini hanya menampilkan wujud biasa tanpa ada kesan seram seperti tadi, sedang menolongnya. Heran akan itu, tapi dia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan padanya. "Te-Terima kasih! Terima kasih, Nona hantu!" Dia bergegas memakai kemeja dan meraih tas serta jasnya, bergegas keluar dari ruangan itu dan pulang ke rumahnya. Sungguh beruntung dia diselamatkan, meski oleh hantu sekalipun.     

Sementara itu, Zivena sudah mengubah penampilannya ke wujud asli dia yang cantik mempesona. Dia pandangi Dina yang masih pingsan di lantai.     

Awalnya, dia bingung, harus diapakan orang seperti Dina, yang sejahat itu ingin menjebak lelaki baik yang bekerja demi keluarganya. "Ahh!" Mendadak, dia memiliki ide.     

Maka, usai menaruh Dina di sofa, dia keluar sebentar dari ruangan itu dan mencari gerombolan lelaki.     

"Hei kalian berempat, apakah kalian ingin uang?" Lalu, tangan Zivena segera mengeluarkan segepok tebal uang merah.     

Tentu saja, gerombolan lelaki yang kebetulan bukan dari kalangan keluarga kaya, mata mereka berbinar. Betapa beruntungnya, pergi ke kelab dengan uang pas-pasan untuk merasakan seperti apa kehidupan gemerlap malam hari, mendadak ditawari setumpuk uang nominal tertinggi di negara ini.     

"Mau! Mau!" Lelaki 1.     

"Tentu saja kami mau!" Lelaki 2.     

"Eh! Tapi, pasti ada yang harus kami lakukan, bukan?" Lelaki 3.     

"Kalau berhubungan dengan narkoba atau membunuh seseorang, tak mau! Aku tak ingin terlibat hal semacam itu!" Lelaki 4 berkata dan diangguki setuju oleh 3 lainnya.     

"Ini justru akan membuat senang kalian! Ikut aku!" Zivena memimpin mereka masuk ke ruang tadi dan mempertemukan keempat lelaki dengan Dina yang masih tergolek pingsan di sofa. "Dia ini wanita yang ingin merayu ayahku, makanya aku geram dan ingin memberi pelajaran padanya."     

Keempat lelaki itu saling pandang antar mereka, seperti sedang menebak-nebak apa sekiranya yang hendak diperintahkan Zivena pada mereka.      

Melihat keraguan mereka, Zivena terpaksa bermain dengan psikologi para lelaki muda itu. "Kalian, jika ayah kalian hendak dirayu perempuan lain agar menceraikan ibu kalian, apakah kalian rela?"     

"Oh, jangan harap!" Lelaki 3.     

"Tidak mungkin sudi!" Lelaki 1.     

"Akan aku cincang perempuan itu!" Lelaki 2.     

"Dia harus berhadapan dulu denganku kalau berani menyebabkan ibuku menangis!" Lelaki 4 bahkan menepukkan kepalan tangannya ke tapak satunya seperti geram.     

Melihat itu, Zivena tersenyum puas. "Nah, oleh karena itu, tolong beri dia pelajaran yang baik mewakili aku. Tenang saja, aku sudah membuat dia pingsan untuk waktu cukup lama, tak akan bangun sebelum matahari menukik tinggi di langit."     

Keempatnya kini sudah mulai memberikan tatapan yakin, tidak seragu tadi.     

"Apakah kami perlu memukul dia?" Lelaki 2 bertanya.     

"Atau membunuhnya?" Lelaki 3 ikut bertanya.     

"Tidak! Jangan!" Zivena segera goyang-goyangkan kedua tangan di depan tubuhnya sebagai tanda penolakan. "Justru aku ingin memberi dia apa yang dia mau. Karena sepertinya dia perempuan yang kecanduan birahi, maka aku akan memberikan apa yang dia sukai. Nah, kalian juga bisa melampiaskan birahi kalian padanya."     

"Ohh, begitu. Jadi, kami hanya perlu menggauli dia saja?" tanya lelaki 4.     

"Ya! Seperti itu! Nanti aku akan memotret kalian berempat telanjang bersama dengannya, tapi tenang saja, wajah dan pakaian kalian tidak akan terlihat." Zivena tertawa di hatinya akan ide ini.     

Yah, bagaimanapun, dia tidak sepenuhnya memiliki gen malaikat, maka tak perlu terpaku pada kewajiban dia harus sebaik dan semurni malaikat. Setidaknya, Zivena yakin dia masih jauh lebih baik kelakuannya ketimbang iblis meski belum bisa seperti malaikat.     

Keempat lelaki itu mulai mengangguk dan mereka melepaskan pakaian masing-masing. Mereka memandang tubuh molek Dina, perempuan kisaran usia menjelang 40 yang masih terawat baik setiap lekukannya.     

Mereka berunding mengenai siapa dulu yang menggauli Dina sambil terus menelan ludah karena tak sabar ingin merasakan kemolekan tubuh Dina.     

Sementara itu, Zivena pamit keluar dan akan kembali lagi nanti untuk mengambil foto mereka, "Aku akan serahkan itu ke ayahku agar ayahku menghindari perempuan seperti dia."     

Kemudian, setelah Zivena pergi, keempat lelaki itu berebut menerkam Dina.     

Sementara keempat lelaki sedang sibuk dengan Dina, Zivena berpatroli lagi dan dia seperti mendengar suara meminta tolong dari arah lantai 3. Bukankah itu tempat ruangan VIP?     

Kenapa yang berteriak adalah lelaki?      

Penasaran, Zivena segera naik ke lantai 3, ingin tahu apa yang terjadi di sebuah ruangan di sana. Apa kira-kira?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.