Devil's Fruit (21+)

Kabut Hitam dan Kabut Putih Berhasil Dikenali



Kabut Hitam dan Kabut Putih Berhasil Dikenali

0Fruit 1520: Kabut Hitam dan Kabut Putih Berhasil Dikenali     
0

"Opa justru lebih penasaran dengan kabut hitam yang kamu ceritakan tadi, Jo." Kening King Zardakh berkerut.     

"Zizi, apakah bisa kalau kamu membuat Opa bisa merasakan apa yang kamu alami di alam ingatan Sera?" Jovano menoleh ke adiknya.     

"Hm …." Zivena terlihat keberatan. Itu karena dia sudah memiliki stigma buruk terlebih dahulu mengenai kakeknya tersebut. "Baiklah, baiklah!" Namun, demi Serafima—meski dia kurang menyukai kakak ipar satu itu—dia masih bersedia memberikan apa yang dia bisa.     

Zivena mengulurkan tangannya ke sang kakek dan King Zardakh menggapai tangan Zivena. Gadis remaja itu memejamkan mata sembari dia mentransfer ingatan dan rasa yang dia miliki mengenai apa saja pengalaman dia selama berada di alam memori Serafima sebelumnya.     

King Zardakh berkonsentrasi menerima apa yang cucu perempuannya berikan. Kening sang raja iblis berkerut dalam ketika dia meneliti ketika melihat kabut hitam di sana.     

"Ohh! Ohh!" Suara King Zardakh membuat Jovano dan lainnya segera melonjak akan harapan.     

"Bagaimana Opa?" Jovano tak sabar.     

"Tunggu, Jo … ini belum selesai, ternyata ada kabut lain dan itu kabut putih, benar?" Meski tidak memejamkan mata seperti halnya Zivena, namun King Zardakh seperti orang sedang berkonsentrasi dengan caranya sendiri, memandang ke lantai.     

"Ya, benar! Memang ada kabut putih yang membawa lari jiwa kak Sera tanpa disadari oleh kami saat keluar dari laut!" pekik Zivena tanpa membuka matanya.     

"Hm …." King Zardakh mengangguk-angguk. "Kurasa cukup."      

Mendengar itu, Zivena menarik kembali tangannya dari genggaman sang kakek sembari membuka mata.      

"Jadi, bagaimana, Opa?" Jovano mengejar, seperti ingin lekas mendapatkan jawabannya.     

"Kabut hitam, aku merasa itu milik iblis Dazmaroth." King Zardakh menyebut sebuah nama.     

"Dazmaroth?" ulang Jovano dan yang lainnya.     

"Dia iblis golongan atau ras Yang Mulia Leviathan." King Zardakh menatap satu demi satu orang yang ada di ruang itu.     

"Leviathan? Iblis kecemburuan?" Jovano memiringkan kepala sambil kerutkan kening.     

King Zardakh mengangguk sambil berkata, "Ya. Dia … maksudku, Dazmaroth, adalah level raja iblis, sama sepertiku. Dia cukup kuat, kira-kira sepadan denganku meski kerajaan dia di Underworld berada di urutan ke-6 di antara ras Envy lainnya."     

"Apakah itu artinya … kerajaan ras Envy peringkat ke-3 jauh lebih kuat dari kerajaan kita, Opa?" tanya Jovano pada kakeknya.     

King Zardakh menggelengkan kepalanya. "Peringkat kerajaan iblis tidak bekerja dengan cara demikian, Jo. Peringkat itu berdasarkan keseluruhan, dari rajanya, keluarga bangsawannya, dan prajuritnya. Misalkan rajanya sangat kuat sekalipun, tapi bila prajuritnya lemah, maka dia bisa berada di peringkat bawah dan kalah dengan raja lain yang lebih lemah dari dia tapi kaum bangsawan dan prajuritnya kuat."     

Dikarenakan penjelasan demikian oleh King Zardakh, Jovano jadi lebih memahami mengenai ketentuan peringkat kerajaan iblis di Underworld, dan bagaimana peringkat itu dinilai.     

Karena kerajaan King Zardakh termasuk di peringkat ke-2 untuk ras iblis Lust, bukankah itu artinya tak hanya kakeknya saja yang kuat tapi juga kaum bangsawan dan prajuritnya juga kuat? Wow! Jovano mendapatkan wawasan baru mengenai itu.     

Lalu, ketika dia melirik ke Shona … dia meneguk ludahnya. Bukankah kerajaan kakeknya Shona berada di peringkat pertama di atas kerajaan kakeknya? Jovano tidak bisa membayangkan akan sehebat apa orang-orang di kerajaan Shona.     

"Kalau begitu, siapa itu si kabut putih?" Zivena bertanya.     

"Bentuk energinya … astaga, aku sungguh ragu mengatakan ini." King Zardakh menggelengkan kepalanya. Beliau seperti tak ingin berkata mengenai itu.     

"Opa? Ada apa?" tanya Jovano dengan perasaan waswas. "Apakah terlarang bagimu mengatakan itu, Opa?" Perasaannya jadi tak enak.     

"Bukannya terlarang, tapi aku takut salah menerjemahkannya, Jo. Ini … ini sungguh mengagetkan bagiku sendiri mengenai kabut putih itu. Hghh …." King Zardakh lalu menghela napas panjang.      

"Tolong aku, Opa. Sebut saja apa yang Opa pikirkan mengenai itu, apakah itu meragukan atau tidak, nanti bisa aku cari tahu lagi dan selidiki mendalam mengenai itu." Jovano sungguh ingin segera mendapatkan kembali istrinya.     

Mata King Zardakh menatap tajam ke cucunya. "Kau yakin tidak akan bias mengenai ini bila aku mengatakannya?"     

"Tidak, Opa. Aku akan seobjektif mungkin memikirkan apa yang Opa kemukakan nantinya." Jovano membalas pandangan King Zardakh dengan tajam pula, menandakan bahwa dia serius.     

"Baiklah, bersiap saja kalau begitu." King Zardakh mengangguk dan menatap lekat ke cucu lelakinya. "Kabut putih itu … memilik aroma, memiliki wujud energi …." Beliau diam sejenak sebelum melanjutkan dengan kata, "… malaikat."     

Hati Jovano dan yang lainnya seperti dipukul godam raksasa ketika mendengar ucapan King Zardakh.     

Bahkan Shona sampai terkesiap sambil menutup mulutnya yang melongo.     

"Hei! Tapi ini aku hanya sekedar memberi kesimpulan dari apa yang aku rasakan saja, loh!" King Zardakh buru-buru melanjutkan, "Bukan berarti itu sungguh adalah malaikat, jangan salah paham dan jangan terburu napsu menuduh itu ulah malaikat!"     

Jovano mengangguk-angguk dan bicara, "Ya, Opa. Aku mengerti. Itu hanya memiliki bentuk energi malaikat saja, dan belum tentu sungguh adalah malaikat, benar?"     

"Yah, semacam itu maksudku." King Zardakh mengangkat bajunya dengan cepat. "Sudah jelas, kan? Nah, aku harus pergi sekarang."     

"Terima kasih, Opa." Jovano tak lupa mengucapkan itu dan tidak ingin menghalangi kakeknya yang mungkin memiliki keperluan mendesak di suatu tempat, meski dia yakin tidak sepenting seperti dunia akan runtuh bila tidak lekas dilakukan.     

Di otak Jovano, dia sudah bisa menebak apa kira-kira hal penting yang dikatakan kakeknya. Dia hanya meringis saja membayangkan itu.     

"Jadi … si kabut putih yang bisa jadi merupakan dalang dan penggerak utama aksi penculikan sis Sera ini … dia memiliki bentuk energi seperti malaikat." Shona mengerutkan dahi sembari menaruh jari ke dagunya, mencoba berpikir keras mengenai itu.     

"Ya, kita harus sangat berhati-hati dalam menyimpulkan perkara ini, jangan sampai salah tuduh atau salah menuding." Jovano ikut mengerutkan dahi.     

.     

.     

Sementara itu, di tempat dan dimensi lain, ada yang terkekeh, ada pula yang terkikik kecil.     

"Yang Mulia, Zardakh mengenaliku, wi hi hi hi …." Kabut hitam itu berputar-putar berkeliling di ruangan luas itu sebelum akhirnya berubah menjadi bentuk solid seperti monster warna hitam kelam dengan tanduk domba besar di kanan dan kiri dahinya.     

"Dazmaaroth, biarkan saja Zardakh mengoceh apapun, dia tidak penting." Si kabut putih berkata dengan suara berat penuh aura dominasi.     

"Yang Mulia, kenapa tidak musnahkan saja Zardakh dan kerajaannya? Tentunya itu hal mudah bagi Yang Mulia untuk meluluhlantakkan dia, kan?" Iblis lain berkata.     

"Horial, jangan terburu-buru begitu. Bukankah kita harus menikmati permainan yang sedang kita bangun ini?" Lalu, muncul tawa kekehan dari sosok kabut putih yang hanya diam melayang di atas singgasana besar. "Masih ada banyak babak dalam permainan kita ini. Bersabarlah saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.