Devil's Fruit (21+)

Investigasi Memori ala Zivena



Investigasi Memori ala Zivena

0Fruit 1515: Investigasi Memori ala Zivena     
0

Sebanyak 95 persen jiwa Jovano melesat mencoba melacak keberadaan istri pertamanya, Serafima, yang mendadak saja menghilang ketika usai dari kerajaan laut milik Ratu Laut Utara.     

Dengan wujud astralnya, Jovano terus memburu aroma Serafima yang mati-matian dia lacak menggunakan segala kemampuan dia.     

Sementara itu, di hotel, Shona sudah membaringkan tubuh humanoid Jovano dan Serafima di atas tempat tidur, bersebelahan.     

Shona juga tidak tinggal diam begitu saja di kamar hotelnya. Dia gencar melacak memori Serafima dan Jovano. Meski dari secuil jiwa yang ada, Shona berharap dia bisa mendapatkan petunjuk penting.     

Rasanya tak mungkin bila Jovano mencari tanpa ada petunjuk sama sekali, bukan? Dunia ini luas, alam raya lebih luas lagi dengan begitu banyak alam di dalamnya. Tak mungkin Jovano mencari dalam kebutaan arah.     

Shona menelan 5 Buah Energi Roh sekaligus untuk mengerahkan energi dia sebesar mungkin. Dia menutup mata dan tapak tangannya berada di atas dahi Serafima dan Jovano, mencari apapun yang ada di sana.     

Harus! Harus mendapatkan petunjuk! Demikian tekad Shona.     

Ketika Zivena muncul di kamar kakaknya, dia melihat Shona sedang berkonsentrasi, dia menawarkan bantuan, "Kak Sho, boleh membantu?"     

Shona membuka matanya dan menjawab, "Silahkan, Zizi."     

Lalu, Zivena mulai duduk di seberang Shona dan melakukan hal sama seperti Shona. Hanya saja, dia menaruh tapak tangannya pada bagian ubun-ubun Serafima dan kakak Jo dia.     

Kedua gadis itu sama-sama memejamkan mata agar bisa lebih berkonsentrasi.     

"Ouhh!" Zivena segera saja memekik kaget dan menarik tangan dia di ubun-ubun Serafima.     

Shona mau tak mau tentunya membuka mata dan bertanya, "Kenapa, Zi?"     

"Aku … aku seperti ditarik ke dalam kepala kak Sera. Itu membuatku kaget." Zivena berkata dengan wajah sedikit bingung. Dia memiliki tenaga healing seperti halnya Shona. Dan dia meyakini bisa memindai  memori seseorang. Namun, tidak menyangka jika kemampuan memindai miliknya akan menjadi hal yang berbeda dari Shona.     

Jika Shona melihat memori orang seperti sebuah film, Jovano melihat memori orang seperti sebuah slide foto yang cepat dan berlimpah, maka lain halnya dengan Zivena.     

Zivena melihat memori seseorang dengan cara kesadaran dia ditarik masuk ke memori orang itu. "Apakah ini maksudnya … kalau aku menuruti masuk … maka aku bisa menelusuri semua kejadiannya?" Dia hanya menduga secara acak saja.     

"Ahh! Mungkin demikian, Zizi!" Mata Shona berpijar senang. "Zizi, apakah kau berani mencoba lagi?"     

"Masuk ke kesadaran dan memori dia?" Zivena menatap Serafima. Meski dia dan kakak ipar satu itu kurang akrab, tapi dia juga sedih bila sesuatu terjadi pada Serafima. Bagaimana pun, mereka satu tim dan Serafima adalah istri kakaknya.     

Shona terlihat antusias. "Iya, Zi. Tapi, kalau kau ragu dan cemas, tidak usah tidak apa-apa." Seketika, binar di mata Shona menghilang, berganti dengan kesuraman karena putus asa.     

Sedari tadi, Shona belum juga berhasil menemukan titik terang satupun petunjuk dari pemindaian dia pada Serafima.     

Melihat kesedihan di mata kakak ipar favoritnya, Zivena tak tega. "Hm, baiklah, aku akan coba, kalau begitu."     

"Benarkah?" Mata Shona kembali berbinar senang.     

Zivena mengangguk. "Semoga saja aku bisa kembali keluar dari kesadaran dia. Aku tak mau terjebak di sana."     

"Ohh … kalau memang seberbahaya itu … lebih baik lupakan saja, Zi. Aku malah cemas jika sesuatu terjadi padamu." Shona kembali surut dan muram. Meskipun dia sangat ingin melacak keberadaan istri tua suaminya, namun dia tak ingin Zivena malah celaka karena itu.     

Kepala Zivena menggeleng. "Tak apa! Aku percaya diri bisa kembali, kok!"      

Lalu, sebelum Shona memberikan sahutan, Zivena sudah menutup matanya dan kedua tangannya kini berada di kepala Serafima, memusatkan fokusnya hanya ke kakak ipar pertamanya saja.     

Shona menyingkirkan tangan dari kepala Serafima dan menyerahkan semua di sana kepada Zivena. Dia yakin, Zivena pasti menemukan sesuatu. Dia memercayai bahwa Zivena sebagai makhluk yang memiliki gen malaikat, pasti bisa membuat keajaiban.     

Usai memejamkan mata dan berkonsentrasi, Zivena membiarkan kesadarannya mulai ditarik ke kesadaran Serafima setelah dia mencari rentang waktu yang tepat, yaitu tadi sore ketika mereka belum keluar dari laut.     

Kali ini, Zivena membiarkan kesadarannya ditarik masuk ke memori Serafima. Dia seperti disedot ke dalam dan berakhir dengan berada di pantai seperti tadi.     

Ini seperti investigasi memori.     

Zivena mendekat ke tubuh timnya di tempat seperti tadi sore. Dia melihat masing-masing dari mereka tertunduk seakan sedang sibuk sendiri. Hanya Gavin yang merebahkan dirinya di pangkuan selirnya, Louv.     

Zivena mencari tahu sekitar dan tidak menemukan apapun yang mencurigakan di sana.     

Hingga kemudian, dia melihat ada kabut hitam seperti yang diungkapkan Shona sebelum ini.     

Zivena bersiaga hendak melawan kabut hitam itu, namun dia sadar bahwa dia hanya di memori, bukan kenyataan, maka tak ada gunanya dia melawan apapun di sana.     

Dia hanya bisa menjadi penonton saja.     

Maka, menahan dirinya, Zivena tetap diam dan membiarkan kabut hitam itu mendekat bahkan melewatinya.     

Kabut hitam itu sempat mengitari timnya yang sedang duduk dengan secuil jiwa.     

Ketika kabut hitam itu membesar hendak menelan seluruh jiwa timnya, mendadak saja terdengar suara berat dari langit berkata, "Jangan apa-apakan mereka. Biarkan saja mereka begitu, tak perlu diganggu."     

Kabut hitam itu seperti menjawab. Meski tidak bersuara, namun bunyi deru desisannya seolah dipahami Zivena. "Yang Mulia! Lalu apa yang harus aku lakukan di sini?"     

"Kau hanya perlu berputar-putar saja di sana dan aku akan mengerjakan bagianku." Demikian suara berat itu berkata.     

Tepat ketika itu, jiwa timnya mulai muncul dari permukaan laut.     

Yang membuat Zivena terkejut, jiwa Serafima yang awalnya berada tak jauh dari kakaknya, mendadak saja diselubungi dan dibekap oleh kabut putih nyaris transparan dan ditarik menjauh dari tim.     

Serafima sempat mendelik kaget dan ingin berteriak, kedua tangannya juga bergerak seakan tak rela ditarik menjauh dari Jovano dan lainnya.     

Zivena sampai berteriak, "Jangan!" Namun, percuma saja karena dia hanya penonton yang harus patuh serta diam menyaksikan apa saja yang terjadi.     

Maka, Zivena hanya bisa berlari mengikuti arah Serafima ditarik energi aneh yang asing bagi dia.     

Bahkan, Zivena sampai terbang melesat hendak mengikuti kakak iparnya. Hanya saja, mendadak dia malah terbentur suatu dimensi dan terlempar keluar dari kesadaran Serafima.     

"Hah!" Zivena seperti baru saja dicekik dan dilepaskan dari cekikan ketika dia tiba kembali di dunia nyata dan membuka matanya.     

"Zizi! Bagaimana?" Shona bertanya dengan wajah cemas. "Kau tak apa-apa?"     

Zivena menggeleng. "Ya dan tidak, Kak!"     

"Hah?" Shona bingung dengan jawaban yang diberikan adik iparnya.     

"Sebentar, aku harus menghubungi kak Jo sekarang." Zivena menekan anting komunikasi agar tersambung ke Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.