Devil's Fruit (21+)

Dalang di Balik Gargamaz



Dalang di Balik Gargamaz

0Fruit 1508: Dalang di Balik Gargamaz     
0

Jovano bukannya menjaga lidahnya, justru menggunakan itu untuk memprovokasi Gargamaz.      

Tak hanya itu saja, Shona bahkan memotong jari telunjuk Marges, antek Gargamaz yang bersikap sengit ke Jovano.     

Akibatnya, Marges marah dan mengadu domba kelompok Jovano dengan tuannya, Gargamaz, berkata, "Tu-Tuanku! Mereka sungguh kurang ajar! Mereka tidak memandang Tuanku dengan melakukan ini padaku!" rengek Marges pada Gargamaz.     

Mata hitam Gargamaz semakin pekat tatkala dia bersinar ke kelompok Jovano. "Sepertinya tidak bisa berlembut-lembut pada kalian, kecoak!"     

"Ayo, kecoak besar dan tua!" ledek Jovano dengan wajah dibuat sejenaka mungkin untuk mengolok Gargamaz.     

"Bajingan bangsat!" Gargamaz berteriak keras-keras sambil dia mulai mengumpulkan energi iblis dia sehingga membentuk bola kabut berwarna hitam pekat.     

Namun, belum sempat Gargamaz melemparkan bola energi itu ke manapun, dia dikejutkan dengan adanya pagar dari Api Hitam Neraka yang mengelilingi tubuhnya membentuk 4 simpul searah mata angin: atas, bawah, kanan dan kiri.     

Dengan adanya pagar Api Hitam Neraka, mana mungkin Gargamaz berani bergerak sembrono.     

"Ap-Apa ini?!" teriaknya kuat-kuat dengan wajah dipenuhi akan teror. Dia sama sekali tidak mengira akan melihat api paling menakutkan bagi bangsa iblis, api yang bisa membinasakan iblis manapun, meski itu tergantung dari seberapa kuat iblis tersebut.     

Namun, tetap saja Gargamaz yakin bahwa dia tidak akan bisa lolos dari maut jika api yang dikeluarkan Jovano ini menyentuh dirinya.      

Gargamaz berteriak penuh dengan amarah, "Moleus! Kau bedebah bangsat! Kau menjebakku dengan mengarahkan aku pada bocah ini!"      

Teriakan Gargamaz tadi tentu saja mengandung makna tersirat.      

Di Underworld ….     

"Apa kau mendengar teriakan seseorang, Moleus?" tanya seorang iblis sambil dia menggerakkan tengkorak manusia untuk bidak dia bermain catur.     

"Hm, sepertinya tidak!" Moleus menjawab malas-malasan dengan mata setengah terbuka. Lalu dia menguap lebar menampakkan deretan gigi-gigi tajam dia yang berwarna kehitaman dan kemudian dia menyentilkan jemari berkuku tajam dia ke ruang kosong.     

Tapi, sentilan jari itu bukan sembarang sentilan, karena itu ternyata berimbas kepada Gargamaz di dunia jin laut.      

Mendadak, Gargamaz memekik keras karena pantatnya seperti ada yang menyentil. "Arrghh! Moleus! Ini pasti ulahmu, kan! Bangsat kau, Moleus!" Dia terus menyerukan sumpah-serapahnya pada iblis bernama Moleus.     

Di Underworld, lagi-lagi Moleus menjentikkan jarinya dengan santai sambil melanjutkan permainan catur tengkoraknya dengan salah satu kawan, Darago.     

"Moleus, aku sungguh mendengar jeritan aneh Gargamaz. Apa yang kau lakukan padanya?" Lalu Darago terkikik dengan suara mengerikan sambil menggerakkan bidak caturnya yang terbuat dari tengkorak kepala manusia.     

"Hah … aku hanya bercanda saja dengannya dan dia menganggapnya serius!" Moleus sekali lagi menguap dengan tampilan wajah bosan, tapi tetap saja dia meladeni permainan Darago.     

"Apakah ini berkaitan dengan bocah-bocah setengah iblis itu?" Darago bertanya sambil lirik tajam kawannya.     

"Hm, mungkin." Moleus masih menjawab malas. Satu tangannya kini menopang kepalanya yang seperti hendak rubuh.     

"Gargamaz terlalu bodoh jika dia memercayai provokasimu, Moleus, ha ha ha!' Darago tertawa sampai mulut lebarnya terbuka seluruhnya dan itu memang menakutkan.     

"Bukankah sejak dulu dia memang bodoh?" sahut Moleus dengan gerakan lamban ketika jarinya memindahkan bidak caturnya ke arah mematikan. "Skakmat, kawan."     

"Ahh, bajingan tengik kau, Moleus! Aku pikir aku bisa mengalihkan perhatianmu, tapi malah aku yang masuk ke perangkapmu, ha ha!" Darago menembak ke papan catur besar itu dan meledaklah papan catur beserta banyak tengkorak manusia tadi.     

Moleus mengibas-kibaskan tangan untuk menghalau debu yang beterbangan di depan wajahnya. "Bedebah kau, Darago. Kalah bukan berarti kau bebas memusnahkan permainan, tsk!"      

"Nah, sekarang ceritakan padaku, tipu daya apa yang kau lakukan pada Gargamaz si bodoh itu?" Mendadak, Darago jadi tertarik dan memposisikan diri seperti Moleus saat ini, setengah rebah menghadap ke samping sembari kepala ditopang satu tangan.     

"Hmhh … hanya hal sederhana saja seperti … mengatakan padanya bahwa ada iblis palsu yang masih bocah mencoba memamerkan kekuatannya di dunia manusia dengan mengacaukan para jin." Moleus menjawab dengan suara malas.     

"Ha ha ha! Sepertinya aku bisa menebak kelanjutannya. Moleus, kau memang kejam menggunakan cara semacam itu untuk menyingkirkan Gargamaz si tolol itu."     

"Yah, salah sendiri dia tolol. Kenapa dia tidak mencari informasi terlebih dahulu mengenai para bocah palsu itu ketimbang langsung mencari dan menantangnya."     

"Ha ha, ya ya, aku mendengar kelompok bocah itu termasuk di ras Baginda Asmodeus. Mereka termasuk keturunan rendahan dari 2 kerajaan terbesar di rasnya."     

"Hm, begitulah. Aku hanya senang mengadu yang bodoh ke kelompok palsu itu."      

"Kita sebagai ras Baginda Yang Mulia Belphegor hanya bisa menonton dari samping ketika mereka mulai bertikai sendiri." Darago kemudian merebahkan seluruh kepalanya di lantai dan menggunakan lengan sebagai bantal.     

"Yah, kau tahu, ras Baginda Satan itu sangat mudah diprovokasi, hu hu hu …." Moleus berkata. "Gargamaz salah satunya."     

"Aku dengar sudah ada beberapa kaisar iblis berhadapan dengan kelompok bocah itu dan mereka tidak meneruskan perkelahian. Apa kau tahu kenapa?"     

"Tidak tertarik. Hoaaheemm …."     

"Kudengar, itu karena para bocah itu mendapat dukungan dari Nirwana. Terutama perlindungan dari beberapa malaikat agung."     

"Pfft! Para bocah itu hanya jadi mainan para malaikat."     

"Yah, biarkan saja. Kita cukup menonton sambil rebahan begini."     

"Tentu saja, memangnya ada lagi yang perlu kita lakukan selain begini saja?"     

Di dunia jin laut milik Ratu Laut Utara, Gargamaz masih panik ketika sentilan demi sentilan tiba di tubuhnya. Dia tahu bahwa itu adalah ulah Moleus. Dia seketika menyesal telah datang ke tempat ini dan menantang Jovano.     

"Hei, kenapa kau malah sibuk meracau? Apakah kau sedang bermimpi?" ejek Jovano menggunakan pertanyaannya.     

Gargamaz menatap tajam ke Jovano dan berteriak, "Bocah, kalau kau memang hebat dan pemberani, tarik apimu ini!"     

Sementara itu, jin-jin di sana sudah bersembunyi, termasuk Marges dan Ratu Laut Utara. Mereka semua gentar melihat Api Hitam Neraka. Sungguh tidak menyangka akan menyaksikan sendiri hal paling berbahaya dan mengerikan yang konon hanya dimiliki iblis level tertinggi.     

"Kenapa bocah itu punya api jenis itu?" Marges menoleh ke Ratu Laut Utara.     

"Mana aku tahu!" Ratu Laut Utara menyahut dengan tatapan sengit ke Marges. "Sebentar lagi terima saja ajalmu setelah tuanmu itu mati!"      

"Hei! Bagaimanapun juga, Yang Mulia Gargamaz juga merupakan atasanmu!"  Marges tak mau disalahkan sepenuhnya. Dia juga tidak mengira jika Jovano memiliki senjata rahasia yang mengerikan.     

"Sejak Tuan Muda Jovano mengeluarkan Api Neraka, maka aku sudah menetapkan diri untuk menghamba pada Tuanku Jovano saja!" Ratu Laut Utara dengan cepat menjawab.     

"Kau! Kau tak tahu malu, Lanjar!" Marges mendelik ke Ratu Laut Utara di dekatnya.     

Di depan sana, tubuh Gargamaz terus mendapatkan sentilan, hingga akhirnya sentilan itu berubah menjadi dorongan kecil namun fatal.     

"Arrghh! Tidak! Tidak! Jangan!" Gargamaz terdorong dan menyentuh Api Hitam Neraka milik Jovano dan langsung saja tubuhnya dilahap api hanya dalam hitungan detik.     

Pemandangan itu membuat para jin di sana bergidik saat menonton tubuh terbakar Gargamaz saat mereka bersembunyi dari balik batu atau pohon.     

'Terima kasih atas restunya, Tuan Sumber.' Demikian Jovano berbicara dalam benaknya menggunakan bahasa roh.     

Benar, dia memang sudah mendapatkan restu dari Sang Sumber agar memusnahkan Gargamaz yang meresahkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.