Devil's Fruit (21+)

Berkunjung ke Istana Laut Utara



Berkunjung ke Istana Laut Utara

Fruit 1505: Berkunjung ke Istana Laut Utara     

Saat salah satu penjaga warung nasi megono itu menoleh ke Jovano dan terlihat bingung meski masih menampilkan kesan gaharnya sebagai singa langit sesuai dengan kepercayaan orang Tionghoa.     

Menggunakan bahasa roh, Jovano berkata pada sosok itu, "Kami tidak ingin mencari masalah di sini. Kami murni ingin makan saja di warung pemilikmu."      

Lantas, salah satu dari penjaga gaib itu menjawab Jovano dengan bahasa roh juga, "Aku juga tidak merasa kau dan rombonganmu memiliki energi buruk. Hanya saja, aku heran, kalian ini bukan sepenuhnya manusia  dan justru berenergi iblis, kenapa bertingkah ala manusia?"     

"Ohh? Itu, yah? Ha ha ha … anggap saja aku dan kelompokku ini iblis yang anti-mainstream. Kau paham maknanya, kan, Tuan Penjaga? Iblis nyentrik, anggap saja demikian. Kami adalah iblis yang memiliki jalan idealisme kami sendiri, he he he …"     

"Hn."     

"Tuan Penjaga, kenapa kalian ada di sini? Apakah kalian sungguh berkontrak dengan pemilik warung?"     

"Tidak. Kami berkontrak dengan leluhur dia untuk menjaga semua keturunannya yang berdagang."     

"Ohh, ternyata demikian. Lalu, kenapa tadi kalian menghajar sosok jin yang ingin menerobos masuk ke sini?"     

"Jin-jin itu hendak merugikan tuan kami di sini."     

"Apakah jin itu dikirim seseorang?"     

"Tentu saja, kalau tidak, untuk apa bangsa jin yang rakus itu bersedia menjadi budak manusia?"     

"Bukankah kalian berdua juga menjadi budak manusia dengan melakukan kontrak begitu? Bahkan secara turun-temurun!"     

"Kami berbeda dari jin makhluk rakus tak tahu adat itu! Kami melakukan kontrak dengan manusia namun tidak meminta tumbal apapun termasuk nyawa. Bayaran kami hanyalah doa baik dan kerja keras tuan kami saja."     

"Kalau begitu, kalian bukan jin?"     

"Kami setingkat di atas jin dan setingkat di bawah dewa-dewi di kahyangan."     

"Hah?" Jovano berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang baru disampaikan sosok penjaga.     

"Ya sudah, sana pergi, kami masih harus bertugas di sini." Sosok penjaga mengusir Jovano secara gamblang, meski bukan dengan maksud buruk.     

Jovano tersenyum dan berkata, "Baiklah, Tuan Penjaga, selamat bertugas. Semoga kalian baik-baik selalu."     

"Begitupun denganmu." Penjaga itu kemudian diam dan tidak lagi menatap Jovano, duduk tegak layaknya singa yang siaga.     

Setelah percakapan singkat menggunakan bahasa roh itu, Jovano mengajak kelompoknya masuk ke mobil.      

Menggunakan anting komunikasinya, Jovano menceritakan apa yang tadi dia obrolkan dengan si penjaga.      

Kemudian, Pak Aan membawa mereka ke sebuah pantai, sesuai dengan keinginan Jovano.     

"Ini adalah pantai yang paling bagus di sini, Pak Jo. Paling banyak dikunjungi juga dekade terakhir ini. Lebih banyak mendapatkan perhatian pemerintah kota." Pak Aan tanpa diminta, menjabarkan singkat mengenai pantai yang mereka kunjungi.      

Seperti yang sudah-sudah, Jovano mengajak mereka untuk menyepi di satu sudut yang tidak terlalu mencolok.     

Mereka menyewa tikar dan payung lebar untuk duduk santai di area yang banyak pepohonan. Tak lupa mereka juga memesan minuman seperti es kelapa muda asli, langsung dari buahnya dan diberi es.     

Berbincang santai sejenak sebelum akhirnya mereka mulai duduk tenang dan seakan menikmati waktu dan Shona serta Serafima berlagak sibuk dengan ponsel masing-masing. Sedangkan Gavin rebahkan kepala di paha Louv yang duduk diam.     

Zivena berlagak membaca buku. Sementara itu, Jovano menatap sekitar. Pak Aan berada di mobilnya dan seperti biasa, tidak ingin banyak ikut campur kegiatan tamu-tamunya kecuali menginap di suatu tempat seperti di Black Canyon itu.     

Setelah dirasa semua aman terkendali, Jovano mulai mengajak kelompoknya untuk mulai memisah jiwa mereka dan menaruh sedikit jiwa di tubuh asli.      

Kemudian, jiwa kelompok Jovano mulai terbang melesat ke arah pantai dan terus ke tengah hingga ke laut dan kemudian menukik masuk ke dalam air, terus dan terus dan terus.     

Sampai kemudian, mereka mulai mempercepat luncuran mereka sampai menemukan adanya jin penjaga di sana.      

"Heh! Siapa kalian?! Kenapa masuk ke sini?" Jin itu menunjukkan mata tombaknya ke arah kelompok Jovano.      

"Kami ke sini ingin bertamu ke rumah Ibu Ratu Utara." Jovano mengucap demikian, memilih sebutan paling sopan untuk penguasa laut utara.     

"Mendengar ucapan sopan Jovano, jin itu lantas berkata, "Tunggu di sini, aku harus memberitahukan kedatangan kalian!" Jin itu masih memasang muka ketusnya.     

Jin penjaga segera saja meluncur lincah di air. Dia memang makhluk dengan karakteristik tubuh seperti katak namun badannya kekar bagaikan monster. Warnanya kehijauan dengan gigi bagaikan hiu di mulut kataknya.     

Sementara itu, ada jin-jin lain yang lalu lalang di sana dan menatap heran ke Jovano.     

"Hei, kalian siapa? Kenapa bisa seenaknya datang ke sini?" Jin itu berhenti dan bertanya ke Jovano.     

"Kami hanya ingin bertamu mengunjungi Ibu Ratu Utara." Jovano mengulang cara dia menyebut sang penguasa di daerah itu.     

"Ohh." Jin tadi mengangguk. Tapi, dia tak lekas pergi dan malah tetap diam di sana bersama teman-temannya.     

Gavin menoleh ke Louv. "Dear, apakah elf juga ada yang hidup di air?"      

Saat ini, Louv tentu menunjukkan wujud aslinya sebagai seorang elf. Di mengangguk. "Tentu saja ada. Bangsa elf kami memiliki banyak jenis, tergantung di mana kami tinggal dan bermukim."     

"Apakah kau akan bertegur sapa dengan elf air jika dia ada di sini nanti?" tanya Gavin lagi.     

"Kalau dia bersedia." Louv menjawab.     

Sementara itu, para jin yang berdiam menjagai kelompok Jovano tidak bisa berhenti menatap para wanita yang bersama Jovano. Mata mesum mereka tidak bisa melepaskan diri dari Shona, Serafima, dan Louv.      

Hanya Zivena saja yang tidak begitu mereka pedulikan karena Zivena masih terlihat seperti bocah bau kencur yang belum menumbuhkan lekuk indah tubuh wanita.     

Jovano sebenarnya risih dengan cara para jin itu memandangi wanita di kelompoknya, tapi dia masih menahan diri. Asalkan mereka tidak maju untuk berbuat cabul lebih dulu, maka Jovano masih bisa mengendalikan emosinya.     

Tak berapa lama, muncullah jin penjaga tadi beserta rombongan jin laut lainnya dan juga terutama kereta kencana yang membawa sosok penguasa.     

Segera, begitu kereta kencana itu berhenti di depan Jovano, penumpang di dalamnya bergegas turun dan melesat cepat di air sambil bersimpuh di depan Jovano, "Hamba menghaturkan selamat datang di kerajaan kecil hamba ini, dan sungguh sebuah kehormatan atas sudinya Tuanku datang."     

Jin yang tadi menatap mesum Shona dan lainnya, segera terkesiap, tidak menyangka ratu mereka bisa sesopan itu menyambut manusia di depannya.     

Memang, bukan sesuatu hal mustahil jika ada jiwa manusia yang bisa menembus dinding gaib yang ada di laut atau tempat kerajaan jin lainnya, karena mereka memiliki kemampuan supernatural.     

Hanya saja, apakah para manusia itu bisa bertahan?     

Nah, kali ini, kenapa ratu mereka justru bersimpuh hormat pada Jovano?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.