Devil's Fruit (21+)

Nyi Ratu Memiliki Sandera



Nyi Ratu Memiliki Sandera

0Fruit 1497: Nyi Ratu Memiliki Sandera     
0

Jovano dan tim Blanche dia terus membasmi jin dan makhluk astral apapun yang mendekat untuk menyerang mereka.     

Hingga Pangeran Djanh berkata, "Jo, sepertinya kau harus sadar bahwa pasti ada pemimpin yang mengorganisir mereka semua. Ini jumlahnya ribuan, loh! Tidak mungkin tidak ada yang mengatur."     

"Ahh! Papa Mertua benar juga!" Baru ini Jovano menyadari kelengahan pikirannya. Dia terlalu fokus pada membunuh lawan sampai tidak menyadari hal mendasar yang disampaikan ayah mertuanya baru saja. "Terima kasih, Pa!"     

"Kalau saranku, sih … kenapa tidak mencoba ke puncak tebing di sana?" Jari Pangeran Djanh menunjuk ke sebuah tebing batu.     

Mata Jovano segera fokus ke arah yang ditunjuk ayah mertuanya. "Hm? Ada siluman ular?" Lagi-lagi Jovano kecolongan dan tidak sadar bahwa sejak tadi ada sosok seperti siluman ular berdiri mengawasi area perkemahan ini.     

"Siluman ular? Mana?" teriak Kuro yang kebetulan ada di dekat Jovano. "Berikan dia padaku!"      

Jovano dan Kuro melesat cepat ke tebing tempat Nyi Ratu berdiri.     

"Hah! Rupanya biangnya ada di sini." Jovano terkekeh.      

Wajah Nyi Ratu membeku dengan kerut pada dahinya ketika dia melihat Jovano dan Kuro sudah di depannya dengan cepat. Meski dia tahu dia sudah diketahui kelompok Jovano, tapi dia masih teguh dan percaya bahwa dia bisa menangani siapapun yang datang padanya.     

Melihat sosok di depannya, membuat Kuro geram dan dia mulai mengganti sosoknya menjadi sosok ular besar warna hitam.     

"Wah, ternyata kau juga siluman ular!" Nyi Ratu menyeringai memandang remeh ke Kuro. "Bagus! Aku ada mainan agar tidak bosan!" Segera, dia juga ikut mengubah tubuhnya menjadi ular sepenuhnya dan berwarna hijau  dengan sisik bagian lehernya berwarna keemasan dan mahkota tidak lepas dari atas kepalanya.     

Meski begitu, Kuro tidak gentar. "Justru kau yang akan jadi mainanku!" Kuro pun mulai bertempur dengan Nyi Ratu.     

Sementara itu, ketiga antek Nyi Ratu, sesama siluman ular juga, mulai memasang sikap waspada pada Jovano.      

Ketika Jovano hendak maju untuk mengkonfrontasi 3 siluman ular itu, datang Kyuro. "Pangeran Muda, biarkan aku yang mengurus mereka," ucapnya sembari menebarkan kesembilan ekor mautnya yang panjang dan langsung menari-nari di udara.     

"Hm, baiklah, bibi Kyu." Jovano memberikan tempat bagi Kyuro untuk berurusan dengan 3 siluman ular itu sekaligus.     

Sementara itu, sekeping jiwa Shona mendekat ke Jovano dan berkata, "Jo, aku baru saja memindai memori siluman ular besar tadi dan aku menemukan bahwa dia berkaitan dengan dukun yang kita lawan sebelum ini."     

"Hm? Dukun? Dukun, katamu, Sho?" Raut wajah Jovano menunjukkan keterkejutan.     

Shona mengangguk. "Ya, dukun terakhir yang bertarung melawan kita dan diampuni Sang Sumber."     

"Ternyata dia!" Jovano mendadak geram teringat akan dukun cabul menjijikkan itu. Dukun yang masih saja mendapatkan pengampunan hidup oleh Sang Sumber hingga Jovano sempat terheran-heran mempertanyakan keputusan Sang Sumber.     

Baru saja Jovano menggeram, tiba-tiba saja suara Semesta tiba di telinganya, "Kau diberikan restu untuk menindak dukun itu. Dia tidak mengambil kesempatan pengampunan dari Tuan Agung."     

"Bagus!" Setelah itu, kepingan jiwa Jovano bisa melesat ke arah dukun sebelumnya.      

Sementara itu, Kuro ternyata masih kalah sakti dan kalah dalam hal kekuatan.     

"Arrgkkhh!" Kuro terpental ketika dia terkena serangan dari Nyi Ratu.     

"Huh! Kau ini bocah ingusan kemarin sore ingin melawanku?" Nyi Ratu meledek Kuro. "Kau masih butuh ribuan tahun lagi untuk bisa bertarung imbang denganku, bocah! Tapi, saat itupun tentunya kekuatanku sudah jauh lebih tinggi dari ini, ha ha ha!"     

"Ular sialan! Bangkai busuk kau!" teriak Kuro kesal.     

"Kau juga ular, dasar bocah tak tahu diri!" balas Nyi Ratu. Tapi, mendadak saja dia melihat beberapa rekan Jovano sudah mendekat ke dia. Ini gawat. Tadi dia hanya mengungguli sedikit saja Kuro, apabila datang bala bantuan untuk Kuro, dia bisa tamat!     

Oleh karena itu, Ny Ratu memilih untuk pergi saja dari sana tanpa memedulikan ketiga anteknya yang sedang dicekik memakai ekor panjang maut milik Kyuro. Lebih baik menyelamatkan diri.     

Dia tidak mau tahu meski ketiga anteknya sudah bersedia diperintah untuk bersetubuh dengan dukun Dasmo beberapa kali.     

Padahal, ketiga antek itu mengeluh setiap mereka harus melayani Dasmo.     

"Dia jelek!"     

"Bahkan bau mulutnya, euwh!"     

"Kau lupa bagaimana menjijikkannya benda di selangkangan dia? Dan aku harus berpura-pura menyukai itu ketika mengulumnya!"     

Ketiga antek muda itu harus menahan keengganan mereka demi mematuhi perintah Nyi Ratu. Dan setelah keadaan berubah segawat ini, mereka dibuang tak dihiraukan lagi.     

"Nyi! Tolong kami!"     

"Nyi Ratu! Kami butuh Nyi!"     

"Jangan pergi, Nyi!"     

Ketiga siluman ular kecil itu mencoba memanggil Nyi Ratu yang terus saja melesat pergi dari sana.     

"Huh! Orang semacam itu masih kalian anggap sebagai bos kalian? Menyedihkan sekali!" Kyuro mengejek ketiga antek Nyi Ratu dan cekikan ekornya pada leher mereka kian erat.     

Ketika Nyi Ratu sudah hampir mencapai batas aman, mendadak kepingan lain jiwa Jovano, Zivena, Shona serta Serafima sudah menghadang.      

Mereka berada di atas sebuah air terjun.     

"Hendak kabur? Tidak malu dengan bawahanmu yang memanggil minta bantuanmu?" ejek Zivena.     

Nyi Ratu menggertakkan gerahamnya dengan geram. Ingin sekali dia meremukkan tubuh Zivena dengan belitannya, tapi dia sadar, saat ini dia tidak perlu bertarung dengan keempatnya karena kekuatan mereka pasti bisa menandingi dia.     

Karena itu, Nyi Ratu hanya butuh lolos melarikan diri dari mereka saja. Oleh sebab itu, membutuhkan kesemparan kabur, ekor panjang Nyi Ratu segera saja menyahut sesosok peri hutan di sana.     

"Aarghhh!" Peri bertubuh setengah meter itu diseret paksa oleh ekor Nyi Ratu.     

Tak hanya 1 peri tapi juga 3 peri lainnya yang berukuran lebih kecil yang ada di dekatnya segera dia tarik dan mereka segera dibelit cekik dengan ekor, kedua tangan, dan juga lidah Nyi Ratu.      

"Kalian yakin ingin menangkapku?" Nyi Ratu berkata sambil memiliki 4 peri sebagai sandera.     

"Hei! Mereka itu tidak berdosa, lepaskan saja dan bertarung dengan terhormat!" seru Serafima geram atas tindakan pengecut Nyi Ratu.     

"Ha ha ha! Kenapa aku harus menurutimu? Memangnya kau siapa? Bosku?" Nyi Ratu meledek Serafima.     

"Tolong, Ratu Ular, jangan begini! Bebaskan kami!" Salah satu peri memohon pada Nyi Ratu sambil berusaha melepaskan cekikan di lehernya.     

"Ratu, kami tidak ikut-ikut urusanmu, mohon … lepaskan kami … errkkhh …."     

"Ratu, kami tidak ingin terlibat kepentinganmu, aarkkhh!"     

"Ratu Ular, jangan … jangan libatkan adik-adikku … ernnkkhh … bebaskan saja mereka!" Peri yang paling besar—setinggi setengah meter tadi—mengiba pada Nyi Ratu agar bersedia melepaskan ketiga adiknya. "Kalau Ratu … erkkhh … ingin sandera, cukup … aku saja, erkkhh …." Peri itu rupanya hendak mengorbankan dirinya demi ketiga adiknya yang tidak tahu apa-apa.     

Nyi Ratu mendelik dan diapun melemparkan keempat peri itu ke Jovano dan lainnya di depannya, memekik, "Terima ini!" Lalu dia bergegas menghilang pergi setelah kelompok Jovano menerima tubuh para peri itu.      

"Awas! Ada peledak!" pekik Shona.     

Boomm!     

Keempat peri tadi meledak begitu berada di tangan Jovano dan 3 lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.