Devil's Fruit (21+)

Apakah Sang Sumber Tidak Menyayangi Manusia?



Apakah Sang Sumber Tidak Menyayangi Manusia?

0Fruit 1495: Apakah Sang Sumber Tidak Menyayangi Manusia?     
0

Jin jahat yang menguasai tubuh Asih tidak menyadari di bawah kaki Asih sudah berkumpul debu yang kian lama kian banyak dan mulai merayap naik dan membentuk sosok solid seperti lelaki yang akhirnya bisa menahan tangan Asih yang memegang pisau.     

Karena tekanan kuat sosok debu pada tangan Asih, membuat jin tidak bisa lagi mempertahankan pisau dan benda tajam itupun jatuh ke lantai.     

Zivena yang sudah mengetahui ini segera saja dia bergerak cepat menerjang ke Asih dan menendang ke belakang pisau tadi dan langsung masuk ke kolong meja, tak mungkin bisa diambil semudah itu.     

Betapa herannya si jin karena dia ini kuat, tapi kenapa kalah kuat dengan ….     

"Trims, Gav!" ucap Zivena sambil dia mulai memegangi Asih. Orang yang di sana segera sadar dan mulai ikut membantu Zivena.      

Lelaki dan wanita bersama-sama memegangi Asih agar tidak lagi lepas meski Asih sudah mencoba memberontak.     

"Hraakkhh! Lepaskan aku! Lepas! Lepaskaannn!" Jin itu terus meronta sambil berteriak-teriak menggunakan suara Asih. "Terkutuk kalian semua! Terkutuk!"     

Sementara itu, Zivena berkonsentrasi mengumpulkan kekuatannya untuk menarik jin keluar dari tubuh Asih. Dia menempelkan tapak tangannya di puncak kepala Asih sambil memejamkan mata, berusaha mengisap keluar jin tersebut.     

"Tidak akan bisa, kau tidak akan bisa! Aku menyukai bocah ini, dia milikku! Dia sudah jadi milikku! Ha ha ha! Jangan harap!" Asih berteriak-teriak sambil melotot pada Zivena yang masih berkonsentrasi.     

Seketika muncul sinar terang di belakang orang-orang yang memegangi Asih.      

Zivena segera tersadar energi siapa itu. Nafael. Dia lekas membuka mata dan menatap ke malaikat agung di depannya. Hanya dia yang bisa melihat sosok bercahaya Nafael yang sedang melebarkan sayap menutupi satu warung. Padahal itu wujud Nafael yang sudah diperkecil beberapa kali lipat.     

"Berdoa pada Penciptamu, maka jin jahat itu akan tercabut seperti keinginanmu." Nafael berkata demikian.     

Zivena cemberut, kenapa malah jadi begini? Berdoa? Kenapa harus begitu? Tapi, dia tidak memiliki alasan lain selain menuruti Nafael.     

Menggunakan bahasa batin, Zivena berkata, "Ya sudah, sini beritahu doanya!" Dia sesungguhnya enggan melakukan ritual-ritual semacam itu, sungguh bukan gayanya.     

"Berdoalah begini, 'Atas kuasamu, Sang Agung, terjadilah apa yang Engkau restui atas jin yang mengendalikan gadis ini'. Seperti itu." Nafael memberikan tuntunan kalimat doanya.     

Zivena semakin cemberut. Kenapa ini kesannya seperti paksaan? Tapi daripada Asih tidak juga sadar, maka Zivena memilih patuh saja meski hatinya kesal.     

"Lakukan dengan tulus pada hatimu atau tidak akan ada efek apapun pada doamu." Nafael seperti tahu akan keengganan Zivena dan memperingatkan terlebih dahulu.     

"Tsk!" Zivena berdecak kesal. Dia diam sejenak untuk mengumpulkan ketulusan hatinya dan mulai mengucapkan apa yang tadi Nafael ajarkan sambil tangannya masih berada di puncak kepala Asih yang memberontak sambil dipegangi banyak orang.     

"Atas kuasamu, Sang Agung, terjadilah apa yang Engkau restui atas jin yang mengendalikan gadis ini." Zivena berucap lirih sembari menutup matanya.      

Seketika tangan Zivena seperti bergetar dan ada aliran listrik di sana. Terkejut akan hal itu, dia perlahan mulai menarik tangan dari atas kepala Asih.     

Anehnya, saat tapak tangannya yang mengandung listrik itu diangkat, muncul juga sosok kepala jin yang ada di dalam tubuh Asih.     

Memahami bahwa itu kuasa yang diberikan Sang Agung, maka Zivena terus menarik tangannya dan ….     

Sreett!     

Seketika, tercerabutlah seluruh tubuh jin tadi. Sosok jin itu buruk rupa dan berpenampilan seperti seorang wanita berbaju lusuh. Kini jin itu terlihat tak kasat mata, tentu saja, hanya Zivena dan Gavin saja yang bisa melihatnya.     

"Minggir semuanya!" teriak Zivena pada orang-orang di dekatnya. "Aku sudah mengeluarkan jinnya, minggir kalian semua!"     

Orang yang mendengar seruan Zivena tidak menunggu perintah berikutnya dan mereka lekas menyingkir dari dekat Zivena. Tak lupa, Asih diseret menjauh meski masih dalam keadaan pingsan oleh seorang bapak.     

Baru saja Zivena menatap ke arah jin yang menggeliat memberontak di cekalan tangannya. Tapi, berusaha seperti apapun, puncak kepala jin itu malah terus melekat di tapak berlistrik Zivena seperti magnet saja.     

"Aarghh! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Jin berusaha memukul dan mencakar Zivena tapi tidak bisa. Seolah cakarannya hanya mengenai ruang kosong saja melewati tubuh Zivena.     

Seringaian muncul di muka Zivena. "Kau ini cuma hama kecil tapi berani menantangku, heh?"     

Baru saja Zivena berkata demikian, mendadak saja ada kelebatan sinar hitam yang menyambar jin tadi dari tangan Zivena.     

"Hei!" Zivena sudah hendak meradang, tapi dia melihat sosok yang menyambar jin darinya ternyata kini berdiri di samping Nafael. "Tsk! Purgoro lagi!" dengusnya pelan setelah paham siapa gerangan.     

Purgoro atau sebutan bagi iblis yang kembali bekerja di jalan Sang Agung seperti yang pernah dikatakan Nafael.     

"Terima kasih atas ini." Purgoro itu terkekeh sambil mengangkat jin tadi seperti menenteng tas kresek saja.     

"Pergilah dulu dan bawa jin itu ke alam yang ditentukan untuknya." Nafael berkata pada Purgoro tadi dan malaikat bersayap hitam itupun melesat naik ke atas menembus atap dan menghilang dengan cepat.     

Kemudian, Nafael menatap Zivena dan berkata, "Kau sudah melakukan dengan baik."     

"Tidak hanya aku, tapi juga semua anggota timku!" Zivena membalas dengan bahasa batin. Matanya tajam menatap ke Nafael.     

"Ya, emua anggota timmu." Nafael meralat ucapannya.     

"Dan kenapa ada ratusan jin dan makhluk astral menyerang area ini? Kami kalah jumlah! Mana pertolongan dari Sang Agungmu itu? Manusia dalam bahaya saat ini!" Zivena mempertanyakan itu dengan suara sengit.     

"Biarlah Tuanmu yang akan menunjukkan jalannya." Setelah berkata demikian, Nafael melesat terbang dan menghilang seperti Purgoro tadi.     

"Hei! Ahh, sialan! Dasar sialan!" Zivena sibuk merutuk di hatinya karena dia tidak mendapatkan tanggapan yang jelas mengenai apa yang tadi dia ucapkan.     

Ya, benar. Kenapa dalam situasi gawat seperti ini, Sang Sumber tidak mengirimkan bala bantuan seperti malaikat atau semacam itu untuk menghalau para jin dan semua anteknya yang menyerang mereka? Kenapa Sang Sumber seakan berpangku tangan begitu saja?     

Apakah Sang Sumber sebenarnya tidak menyayangi manusia? Apakah ini hanya seperti tontonan mengasyikkan saja bagi Sang Sumber?     

Karena bergumul dengan kekesalannya sendiri, Zivena memilih keluar dari warung tersebut dan melihat Shona kini sedang dikerubungi orang-orang saat sedang menyembuhkan penjaga yang kini mulai terlihat membaik meski belum sepenuhnya sembuh.     

Setelah itu, Zivena duduk di sebelah Shona dan dia menaruh tangannya ke punggung terluka penjaga. "Aku bantu, Kak!"     

Shona mengangguk tegas sambil tersenyum.      

Sementara Zivena duduk diam ikut membantu Shona menyembuhkan penjaga, sebenarnya setengah jiwa dia keluar untuk lebih leluasa membasmi penyerang mereka. Jika dalam wujud manusia, akan sulit karena dilihat manusia di sekitar mereka.     

Ketika Zivena sudah bergabung dengan kakaknya di area lain, di sana memang terjadi pertempuran sengit. Sudah ada banyak jin dan makhluk astral dibasmi Jovano dan Serafima juga Gavin.     

Tapi, 1 dibasmi malah muncul 50 berikutnya, seperti itu terus.     

Hingga akhirnya Gavin berseru ke Jovano, "Kak, kita butuh bala bantuan!"     

Jovano menengok ke Gavin tak jauh darinya. Dia belum berkata apapun ketika muncul sosok dari ruang kosong di dekatnya. "Om Kenzo!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.