Devil's Fruit (21+)

Dia Muncul Lagi untuk Zivena



Dia Muncul Lagi untuk Zivena

0Fruit 1471: Dia Muncul Lagi untuk Zivena     
0

Zivena melesat terbang ke arah kakaknya karena memiliki dugaan sang kakak membutuhkan bantuannya, apalagi iblis lawan mereka terlihat berubah wujud menjadi lebih menakutkan dan seakan memancarkan aura dominasi.      

Namun, sayang sekali, Zivena seperti sedang mengantarkan kesempatan bagi iblis itu dan si iblis mengulurkan tapak tangan ke arah gadis itu.     

Cyutt!     

Segera saja energi cahaya berwarna perunggu menerjang ke arah Zivena dengan kecepatan supersonik.     

Zivena dan Jovano tidak menyangka akan mendapatkan serangan secepat itu.     

Bahkan, Jovano rasanya terlambat menjangkau sang adik meski sudah melesatkan dirinya di batas tertinggi kemampuannya.     

Sementara itu, Zivena menatap kaku ke sinar perunggu yang sudah ada di depan hidungnya, sepertinya dia akan tamat sebentar lagi. 'Kak, aku tidak menyesal jika mati sekarang, setidaknya aku mati terhormat bertarung bersamamu demi mom.'     

Zivena baru saja membatinkan itu ketika mendadak saja tubuhnya seperti melesat sangat cepat, tapi dia yakin itu bukan dirinya karena dia belum memiliki kekuatan supersonik semacam itu.     

Ketika dia menatap dengan cermat … "Kau!" pekiknya pada Nafael yang sudah membopong dia di satu lengan.     

"Ya, aku." Nafael membalas Zivena dan kemudian melepaskan gadis itu setelah berada di jarak aman dari si iblis berurat perunggu.     

Sementara itu, Nafael tidak sendiri saja melainkan juga bersama malaikat lainnya, yaitu Nofiel.     

Zivena lekas menjauh dari Nafael untuk pergi ke arah kakaknya sambil menepuk-nepuk bajunya yang baru saja bersentuhan dengan Nafael.     

"Nofiel, tindak dia." Nafael menyeru ke rekannya.     

"Tak perlu kau ucapkan, aku sudah tahu, kawan!" Nofiel menyahut sembari dia mengepakkan sayap raksasanya sembari melesat ke arah iblis jahat yang kini pucat pasi.     

Iblis itu memilih kabur saja karena mendadak ada 2 malaikat ikut campur dalam pertarungan yang nyaris dia menangkan ini. Meski geram, tapi nyawanya lebih penting.      

"Ingin kabur,  huh?!" Nofiel melemparkan bola cahaya dan menghantam punggung si iblis sehingga iblis itu tersungkur di tanah.     

Ketika iblis hendak melarikan diri lagi, Nofiel sudah mengeluarkan pedang besarnya dan dia tebas ke tubuh si iblis.      

Anehnya, tubuh iblis itu memang tidak terbelah, melainkan hanya terkunci oleh rantai cahaya yang dibentuk dari kumpulan rune.     

Menyaksikan itu, alangkah takjubnya Jovano. Kekuatan malaikat memang luar biasa. Senjata mereka juga tidak bisa diremehkan.      

Kadang, Jovano heran, apa yang menyebabkan hingga dulu peperangan antara iblis dan malaikat saat dia masih kecil, dimenangkan pihak iblis? Apakah benar karena mereka bertempur di Underworld sehingga malaikat tidak diuntungkan secara medan? Atau karena pertempuran itu tidak direstui oleh Sang Sumber makanya mereka bisa dikalahkan oleh ras iblis?     

Masih banyak teka-teki mengenai semesta ini di benak Jovano.     

Iblis itu kini kembali ke wujud iblis biasa dan hilang sudah sulur-sulur perunggu bercahaya di tubuhnya.      

"Kalian datang atas perintah Sang Sumber?" tanya Jovano pada kedua malaikat itu.     

"Kalau tidak, mana mungkin kami turun ke sini membantu kalian?" Nofiel menjawab.     

"Tapi kenapa Sang Sumber tidak menjawabku? Bukannya lebih gampang kalo Sang Sumber cukup berkata memperbolehkan aku menggunakan 2 kekuatan khususku itu, kan? Daripada mengirim kalian turun ke bumi." Jovano merasa ini terlalu membuang waktu.     

"Kalau Tuanku Agung sudah berkehendak demikian, apa kau hendak melawan?" Nafael menyahut.     

Jovano terdiam tak bisa menjawab. Saat ini dia memang tidak memiliki kuasa untuk mendebat para makhluk tinggi itu. Tapi, ketika Nofiel hendak membawa pergi si iblis, Jovano berteriak mencegah, "Ehh, tunggu dulu, kakak malaikat! Jangan bawa dia!"     

Nofiel mengurungkan tindakannya dan bertanya, "Ada apa? Kau hendak menghalangi tugas kami? Kau hendak dimurka Tuan Agung kami?"     

Nafael mengulurkan tangan ke depan sebagai tanda agar Nofiel tidak buru-buru menghardik Jovano. "Kenapa kau tidak ingin iblis ini dibawa?"     

"Dia … dia berhutang banyak jiwa manusia yang dia perangkap di dalam tubuhnya. Aku harap, kakak-kakak malaikat sekalian bersedia membiarkan dia mengeluarkan itu dulu sebelum kalian bawa." Jovano berkata dengan mulut manisnya.     

"Hm, tapi apakah manusia yang sudah terambil jiwanya masih ada yang hidup?" tanya Nofiel meragukan ucapan Jovano. "Apalagi bukankah dia sudah menelan banyak jiwa untuk menambah kekuatannya, kan?"     

"Hah! Ternyata kalian sudah melihat itu sejak tadi tapi hanya diam saja tak langsung mencegah dia menelan banyak jiwa manusia? Sungguh malaikat yang terpuji, bukan?" Zivena melipat dua lengan di depan dada sambil menyindir kedua malaikat itu.     

Apa-apaan itu? Melihat saja tanpa melakukan apapun dan hanya datang ketika dia dan kakaknya hendak celaka agar disangka pahlawan, begitu? Zivena memandang itu sebagai tindakan tercela!     

Coba, andaikan kedua malaikat itu sejak tadi turun tangan mengatasi iblis itu, tentu saja tidak perlu ada banyak adegan miris seperti ditelannya ratusan jiwa manusia sebagai makanan penambah kekuatan.     

Saat Zivena sedang sibuk bersungut-sungut, Nafael menjawab, "Kami hanya bertindak sesuai dengan perintah Tuanku Agung. Apabila Tuanku Agung belum memerintahkan kami untuk turun tangan, maka kami bisa dianggap melakukan dosa."     

Tapi, Zivena tak mau kalah dan menyahut, "Bukankah lebih berdosa lagi kalian apabila diam saja ketika melihat hal buruk terjadi pada manusia akibat ulah iblis dan ras yang menindas manusia? Apakah Tuan kalian itu tidak merasa sedih kalau manusia ditindas makhluk lain?"     

"Nona kecil, kau ini tak tahu apa-apa, jangan asal bicara." Nofiel mulai kesal dengan lidah tajam Zivena. Meski di tubuh Zivena terdapat darah malaikat agung, namun kelakuan gadis itu sungguh menyebalkan.     

Lagi-lagi, Nafael menahan agar rekannya tidak perlu bicara lebih panjang. Sebagai gantinya, dia yang berkata-kata, "Tuanku Agung tentu saja sedih, namun Tuanku memiliki kebijakan sendiri yang tak akan kau pahami."     

"Ohh? Benarkah aku tidak akan paham? Coba aku!" tantang Zivena.     

"Zizi …." Jovano mengingatkan adiknya agar tidak keterlaluan pada kedua malaikat itu, karena bagaimanapun, dia masih butuh dikembalikannya jiwa Ferdi oleh si iblis.     

"Baiklah, silahkan kau pikir dan renungkan sendiri. Tuanku tentu sedih jika melihat manusia ditindas makhluk Tuanku lainnya, namun Tuanku menginginkan sesama manusia lah yang menolong terlebih dahulu. Dalam kasus ini, kalian merupakan orang yang ditunjuk oleh Tuanku untuk membantu manusia, maka Tuanku ingin kalian berusaha dulu."     

Jovano dengan cepat memahami itu. Jadi … bukan karena Sang Sumber diam dan tidak melakukan apa-apa ketika ada manusia yang ditindas jin atau iblis, namun Sang Sumber menginginkan sesama manusia terlebih dahulu yang membantu manusia itu.     

Apabila sesama manusia memang sudah tidak mampu membantu manusia yang tertindas itu, maka Sang Sumber akan menurunkan malaikat atau makhluk lainnya untuk membantu para manusia.     

Kalaupun manusia tertindas itu tidak bisa diselamatkan, maka itu artinya Sang Sumber memilki rencana tersendiri atas manusia tersebut.     

Benar juga, jika dipikir-pikir, kenapa Sang Sumber tidak musnahkan saja semua jin dan makhluk astral jahat di semesta ini? Melainkan hanya agar manusia saling tolong-menolong dengan yang lain sembari berpasrah kepada Sang Sumber.     

Zivena terdiam, namun Jovano mengambil kesempatan ini untuk berkata, "Jadi, apakah kami boleh meminta dulu jiwa milik manusia bernama Ferdi dari iblis itu? Kalaupun diperkenankan, bolehkah semua jiwa manusia yang diperangkap oleh iblis itu dan masih hidup, biarlah kembali ke raga masing-masing?"     

"Berikan." Nafael berkata ke iblis yang terbelenggu rantai cahaya sembari mengulurkan tangan dengan santai.      

Dalam sekejap, banyak untaian benang jiwa yang keluar paksa dari mulut iblis itu dan juga dari jantungnya. "Aarrghhh!" Iblis itu meraung kesakitan ketika benang jiwa itu dicerabut paksa darinya.     

Segera, Jovano menangkap benang jiwa milik Ferdi dan dia melihat ratusan benang jiwa lainnya terbang ke berbagai arah, pastinya kembali ke empunya. "Terima kasih atas kebaikan kakak malaikat dan juga Sang Sumber!" Jovano tentu tak lupa mengatakan ini.     

Nafael dan Nofiel mengangguk tanpa mengucap apapun.     

Pemandangan ratusan benang jiwa pergi ke berbagai penjuru begitu mengharukan sekaligus indah. Benang jiwa bermacam warna menyala bagaikan neon berpijar ke segala arah di langit, menciptakan semburat bagaikan pelangi di malam itu.     

"Ayo." Nafael menepuk rekannya dan Nofiel pun membawa iblis terantai itu pergi.     

Setelah itu, giliran Jovano dan Zivena pergi dari sana, "Ayo, Zi. Kita pasti udah ditunggu mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.