Devil's Fruit (21+)

Pertempuran Dua Senjata Iblis



Pertempuran Dua Senjata Iblis

0Fruit 1470: Pertempuran Dua Senjata Iblis     
0

Iblis yang merasuki siluman harimau memang sengaja mempermainkan Jovano dan Zivena hanya karena dia menyadari bahwa bau ras kedua kakak beradik itu bukan ras iblis murni.     

Ditambah lagi karena si iblis mengetahui bahwa Jovano dan Zivena tidak bisa mengeluarkan kekuatan terbesar mereka dikarenakan larangan dari Sang Sumber.     

Oleh karena itu, iblis menyeru kepada jin bawahannya untuk menyerang Jovano dan Zivena, sembari memberi iming-iming bagian jiwa dari manusia yang sudah dijerat.     

Alhasil, jin-jin di belakang Jovano dan Zivena yang awalnya takut, kini berani berkat dorongan iming-iming dari majikan mereka.     

Puluhan jin itupun bergegas menerjang dari arah belakang kedua kakak beradik.      

Sembari kakaknya terus berjuang melawan si iblis, Zivena mengeluarkan cambuk cahaya kembali yang dia lecutkan ke arah para jin yang hendak menyentuh dia dan kakaknya.     

Ctarr! Ctaarr!     

"Arghh!"     

"Uwaahh!"     

Jin yang terkena cambukan Zivena hanya bisa meraung kesakitan. Rasanya cambuk cahaya milik gadis itu memang menakutkan.     

Tetapi, dikarenakan ketamakan ingin mendapatkan hadiah dari junjungan mereka, jin-jin itu masih saja bertaruh nyawa maju menghadapi cambuk cahaya Zivena.     

Lecutan cambuk itu meliuk-liuk seakan menjadi ular gesit yang hendak memangsa apapun di depannya. Mematuk dan memukul siapapun yang ada di dekatnya, mengakibatkan gentar lawan-lawannya.     

Sementara itu, Jovano masih berhadapan dengan si iblis jahat. Karena terdesak dan belum mendapatkan jawaban dari pemilik Semesta, Jovano terpaksa mengeluarkan pedang yang pernah diberikan kakeknya.     

Zriingg!     

Pedang itu tidak begitu besar, namun penampilannya mengerikan dengan aura pembunuh yang kental, seakan-akan pedang itu memang dibuat hanya untuk membunuh siapapun lawan empunya tanpa kenal ampun.     

Walau ukurannya bukan yang gigantic, tetap saja pedang itu justru menakutkan pada auranya.     

Mata iblis itu membelalak heran, "Kenapa kau punya pedang kaum bangsawan?!" teriaknya. Nyalinya sedikit menciut ketika melihat pedang di tangan Jovano. Tentu saja dia mengenali jenis pedang tersebut berdasarkan auranya.     

Itu adalah aura haus darah lawan, pedang mengerikan yang hanya bisa dimiliki oleh bangsawan iblis yang telah banyak mengarungi berbagai pertempuran dan ladang pembunuhan.     

Mengabaikan apa yang dipikirkan si iblis, Jovano menyeru, "Memangnya kenapa kalau aku punya?! Hraakhh!" Dia mengayunkan pedang iblisnya.     

Si iblis bergegas mengeluarkan golok iblis miliknya meski berbeda kasta, lebih rendah dari kasta pedang yang di tangan Jovano. Iblis itu masih terheran-heran, kenapa bocah iblis berdarah manusia di depannya itu bisa memiliki pedang kasta bangsawan?     

Apakah Jovano memiliki latar belakang tidak biasa? Apakah dia salah memilih lawan saat ini? Si iblis mulai bertanya-tanya sambil berusaha menahan gempuran pedang di tangan Jovano.     

Pedang Jovano melaju dan menebas ke depan, menyebabkan udara di sekitarnya mengalir berputar sehingga memicu serangkaian ledakan suara memekakkan telinga ketika gelombang udara menjadi badai dalam sekejap, menyapu seluruh tempat.     

Sembari mengalirkan kekuatan elemennya, yaitu petir, Jovano melingkupi pedang iblis menggunakan energi petir. Pedang itupun bersinar dalam keindahan warna petir putih.     

Energi petir melonjak dari pedang ketika sinar putih tadi menyerbu bagaikan ular besar dengan mulut terbuka lebar, seakan-akan ingin menelan si iblis pongah di depannya.     

"Hraakhh!" seru Jovano sambil terus mengayunkan pedangnya tanpa henti ke arah iblis.     

Pedang dan golok saling menabrak keras, menciptakan dua gelombang energi yang mengental, berselisih serta menghasilkan suara sangat keras.     

Dang! Bum! Dharr!     

Suara itu memekakkan telinga hingga beberapa jin yang lebih lemah harus menutup erat telinga mereka sebelum sakit hanya dari bunyi bentrokan dua senjata iblis itu.     

Serangkaian ledakan kejam seperti Guntur bergema di gua luas itu dan membangkitkan gelombang udara bergulir yang mengakibatkan banyak badai petir menyapu keluar dan mendatangkan petaka pada si iblis arogan. Tak ada sudut yang bisa lolos dari penganiayaan pedang bangsawan di tangan Jovano.     

"Errkhhh!" Iblis itu mulai terdesak dan melesat keluar menembus gua. Namun, dia tidak bisa kabur seenaknya karena Jovano mengejar cepat, meniadakan jarak di antara mereka.     

Terpaksa, si iblis menahan serangan Jovano.     

Trang! Dang! Dhuar!     

Berbagai jenis suara keluar ketika pedang di tangan Jovano bertubrukan dengan golok di tangan si iblis.     

Si iblis makin terdesak dan berjuang melepaskan diri dari Jovano. Dia melesat cepat setiap memiliki kesempatan.     

Namun, sayang sekali, Jovano masih bisa mengejar. Bocah itu mengejar di ketinggian dengan ekspresi tenang di wajahnya sebelum dia dengan santai menggunakan pedang di tangannya untuk menghalangi si iblis kabur. "Kenapa terburu-buru ingin kabur?" ledek Jovano.     

"Kau! Ergghh … kenapa kau bisa memiliki pedang seperti itu? Kau ini hanya setengah iblis! Mana mungkin ada iblis bangsawan yang sudi memberikan pedang berharga semacam itu pada makhluk campuran rendah seperti kau!" Si iblis begitu frustrasi. Kenapa keadaan jadi berbalik begini kepadanya? Tadi bukankah dia yang ada di atas angin dan mempecundangi Jovano?     

Kenapa sekarang dia yang ganti dipecundangi? Oleh seorang bocah pula, dan bocah itu hanya memiliki setengah darah ras iblis! Bukankah ini menggelikan sekaligus memalukan?!     

Namun, Jovano tak mau repot-repot menjawab dan dia mewakilkan pedangnya saja untuk menjawab pertanyaan tak penting dari si iblis. Pedang yang berbalut petir putihnya kembali menyambar ganas ke iblis di depannya, suara berderak terdengar saat sisa-sisa petir dapat terlihat mengerjap di sekitar area yang disambar pedang tersebut.     

"Arghh!" Iblis pongah itu menjerti ketika salah satu sabetan pedang Jovano mengenai lengannya. Sebenarnya dia sudah hendak menyerah saja ketika lawannya memiliki senjata yang kastanya lebih tinggi dari miliknya, namun dia masih ingin menjajal limitnya sendiri.     

Maka, si iblis pongah mulai memakan jiwa-jiwa manusia yang sudah dia kantongi, termasuk jiwa Ferdi. "Sialan! Kau membuatku memakan ini! Padahal aku ingin memakan nanti-nanti saat bertarung melawan iblis lain! Bocah ras rendahan! Kau benar-benar memaksaku!"     

Mata Jovano berkilat marah melihat jiwa yang sedang dia buru malah ikut ditelan iblis itu.     

Akibatnya, si iblis mulai mendapatkan tambahan kekuatan dari ratusan jiwa yang dia telan. Rupanya, dia sengaja menyimpan terlebih dahulu jiwa yang berhasil dipanen anak buah silumannya untuk kemudian hari menggunakannya sebagai tambahan energi ketika bertarung dengan iblis kuat lainnya untuk mendapatkan status lebih tinggi.     

Tidak dia sangka, dia kini mau tak mau memakai 'energi simpanan' itu hanya untuk menghadapi bocah setengah iblis yang memakai pedang iblis bangsawan.     

Akibat dari memakan ratusan jiwa manusia dan mengolahnya menjadi energi iblis, maka tubuh siluman harimau yang menjadi inang itupun meledak dan berganti dengan wujud asli si iblis itu sendiri.     

Dia merupakan iblis setinggi 6 meter dan berwarna hitam dengan urat-urat di tubuhnya sewarna perunggu dan menebarkan bau busuk menyengat. Tanduknya seperti tanduk banteng beserta tangan panjang seperti slenderguy namun bercakar besar selayaknya capit kepiting raksasa.     

Sulur-sulur urat di tubuhnya yang berwarna perunggu semakin berpendar-pendar, memompakan energi ke seluruh sendi.     

Dari tubuh iblis itu, segera memancar aura energi tajam yang menusuk, membuat Jovano merasa tak nyaman.     

"Kak!" Zivena sudah melesat mendekat ke Jovano, sepertinya dia sudah menyelesaikan puluhan jin di gua. Kini dia bergabung dengan kakaknya di udara.      

Iblis itu menoleh ke Zivena yang hendak menghampiri Jovano dan mengulurkan tapak tangan ke arah gadis itu.     

Cyutt!     

Segera saja energi cahaya berwarna perunggu menerjang ke arah Zivena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.