Devil's Fruit (21+)

Gua Misterius



Gua Misterius

0Fruit 1468: Gua Misterius     
0

Akhirnya, Jovano dan timnya berhasil memisahkan ikatan kepercayaan antara Ferdi dengan Cempluk menggunakan cara sedikit kejam, yaitu membuat Ferdi menyaksikan sendiri tingkah binal siluman tercintanya dengan lelaki lain, yaitu Gavin.     

Karena rusaknya keyakinan dari Ferdi, maka rusak pula ikatan antara dia dan siluman kucing itu.      

Dengan cara begini, maka Ferdi bisa lekas diobati Shona, sedangkan Cempluk bisa ditindak di alam buatan Wei Long, sebuah dimensi ciptaan si naga mungil.     

Di dimensi ciptaan Wei Long, Cempluk terus saja berteriak-teriak dan mencoba mengerahkan kekuatan sebesar yang dia mampu untuk melepaskan diri dari cengkeraman alam Wei Long.     

"Keluarkan aku dari sini, sialan! Manusia brengsek! Bedebah kalian semua! Awas saja nanti kalau aku sudah bisa keluar dari sini, jangan harap tubuh kalian bisa utuh!" Lalu, Cempluk mulai lebih bersemangat memburaikan kata-kata makian kotor untuk Jovano dan kelompoknya.     

Hingga akhirnya muncul suara Wei Long tanpa menampilkan wujudnya. "Haahh … siluman rendahan … kau lebih baik menyimpan tenagamu sebelum nanti diurus bocah bodoh itu. Kau hendak mencabik-cabik dia? Justru kau yang akan dengan mudah dicabik-cabik olehnya, percayalah padaku."     

"Heh! Siapa kau? Seenaknya mengataiku siluman rendahan! Kau dan ayahmu itu siluman rendahan! Ibumu pelacur rendahan!" Mulut Cempluk makin tidak terkendali, mengurai kalimat tak senonoh pada Wei Long.     

"Kau berani mengatai ibuku!" Suara Wei Long berubah ganas.     

Ctaarr!     

"Arrghh!" Cempluk langsung jatuh di tanah dengan luka pada daerah dekat pinggulnya saat petir Wei Long menyambar padanya.     

Mata Cempluk menatap luka agak gosong pada pangkal pahanya dan dia marah. "Bangsat! Kau makhluk bangsat! Semua keluargamu pelacur! Arrghh!"     

Batang petir dari Wei Long makin besar datang menghantam tubuh Cempluk.      

Dikarenakan serangan dari Wei Long yang tidak menampilkan wujudnya secara nyata di depan Cempluk, maka si siluman kucing menjadi sedikit gentar. Apabila dia memaki lagi, apakah dia akan benar-benar mati gosong?     

"Aku masih berbaik hati padamu dan tidak langsung membuatmu mati, siluman murahan. Jo memintaku untuk menjagamu tetap hidup, karena dia merasa kau lebih berguna kalau dalam kondisi hidup." Wei Long menyuarakan secara santai.     

Suara Wei Long sudah mirip suara pertapa tua yang sedang duduk di kursi malas sambil mengipasi dirinya dengan kipas anyaman bambu.     

Otak Cempluk berpikir keras. Siapa sebenarnya Jo yang dimaksud suara itu? Apakah kawanan manusia yang pernah berkonfrontasi dengannya? Tapi mereka semua terlihat lemah. Lalu kenapa bisa mengurung dia di dimensi seperti ini?     

Sementara itu, Jovano dan Zivena sudah terus menelusuri benang jiwa milik Ferdi hingga mereka tiba di area hutan.     

"Hm? Bukankah ini kawasan hutan yang itu?" Jovano mengerutkan dahinya.     

"Hutan yang mana, Kak Jo?" Zivena ikut berhenti ketika Jovano berhenti terbang dan mereka ada di depan bibir hutan.     

"Ini adalah hutan yang disebut Alas Purwo, Zi. Kakak dan iparmu pernah ke sini dan cukup bertarung dengan astral-astral di sini. Mereka cukup kuat, aku akui."     

"Ohh, rupanya begitu."     

"Nanti akan Kak Jo ceritakan lain waktu mengenai pengalaman Kakak di sini, yah!" Setelah mengatakan itu, Jovano melanjutkan terbangnya diikuti Zivena.     

Mereka memasuki hutan dan makin dalam serta semakin dalam, hingga Jovano menemukan sebuah pemikiran. "Wah, sepertinya bagian hutan yang ini belum pernah aku jelajahi waktu itu. Hm, ternyata hutan ini sungguh luas."     

Zivena tidak merespon apapun dan terus mengikuti kakaknya, terbang mengikuti alur benang jiwa Ferdi.     

Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah gua cukup besar yang sedikit tersembunyi di balik pohon besar dan tertutupi semak lebat.     

Barulah Zivena bersuara saat dia melihat sesuatu yang mencengangkan. "Lihat, Kak! Ini … ini benang jiwa juga!"     

Jovano juga melihat hal mengejutkan itu. Ada banyak benang jiwa dari berbagai arah yang bermuara pada gua tersebut. "Ini pasti benang jiwa dari korban lainnya."     

"Iya, Kak. Aku yakin itu. Jangan-jangan, siluman seperti yang menyerang Ferdi itu tidak hanya 1 saja di area ini." Zivena memiliki dugaan.     

Jovano mengangguk dan berkata, "Di sini. Aku yakin makhluk itu ada di sini."     

"Ya, Kak. Aku juga yakin makhluk yang merupakan bos dari siluman itu ada di dalam sana."     

"Ayo, Zi!"     

Keduanya makin bersemangat masuk ke dalam gua. Yang sedikit mengherankan Jovano, semakin mereka masuk ke dalam gua, makin luas gua tersebut, seolah mereka masuk ke ruang yang berbeda, masih berupa gua, hanya ini lebih luas dan makin luas.     

Benar seperti dugaan mereka, saat masuk ke bagian dalam gua, mereka sudah disambut banyak jin berbentuk aneh dan besar.     

"Siapa kalian!" Jin berpenampilan besar berbulu hitam menghadang.     

"Hei, berhenti!" Jin lainnya berpenampilan seperti manusia hanya kepalanya adalah babi.     

"Biar aku, Kak!" Zivena dengan cepat mengibaskan tangannya, jejak cahaya putih melengkung terlihat disertai terpentalnya kedua jin tadi.     

Muncul jin-jin lainnya dan mereka semua menghadang Jovano dan Zivena. Namun, dengan santai Zivena menghempaskan para jin itu meski tidak sampai membunuhnya kecuali Sang Agung mengijinkan.     

Zivena seakan bertugas sebagai pembuka jalan agar Jovano bisa leluasa terbang masuk ke dalam.     

Hingga akhirnya mereka berhasil menyingkirkan puluhan jin penjaga dan bertemu suatu sosok besar, gagah dan berbulu, namun bulunya berkilauan dengan corak motif tertentu yang amat dikenali.     

"Harimau?" Jovano dan Zivena nyaris bersamaan menyeru pada makhluk di depannya.     

Makhluk itu memang memiliki penampilan seperti harimau, dari atas kepala hingga ujung jari kaki, semuanya mirip harimau, hanya saja dia bisa berdiri layaknya manusia dengan fitur tubuh mirip manusia pula. "Khe he he …." Dia terkekeh sembari memamerkan taring-taring harimaunya disertai wajah culas menatap Jovano dan Zivena.     

Sudah bisa dipastikan oleh Jovano dan Zivena, bahwa makhluk astral di hadapan mereka ini pasti seekor siluman harimau!     

Yang membuat Jovano dan Zivena marah adalah, kumpulan untaian benang jiwa dari berbagai arah yang menuju ke gua ini, berpusat di siluman harimau itu!     

Dengan kata lain, siluman harimau seakan sedang menikmati benang jiwa yang disetorkan padanya oleh para siluman bawahannya.     

"Rupanya kau dalang di balik semua ini!" teriak Zivena sembari menunjuk ke siluman harimau itu.     

"Memangnya kenapa?" Siluman harimau menjawab santai. "Apakah kalian ke sini untuk mengantarkan nyawa kalian? Aku sungguh berterima kasih atas kemurahan hati kalian."     

"Jangan harap!" Zivena menggeram marah dan mulai maju ke depan.      

Siluman harimau itu juga ikut maju ke depan, menyambut Zivena. Jovano tetap diam mengawasi keadaan saja. Para jin yang sudah dipukul mundur, berusaha mendekat, tapi mereka gentar melihat Jovano.     

Luka mereka cukup serius dan rasanya akan sangat runyam jika dipukul lagi.     

Zivena menarik cambuk cahaya dari telapak tangannya dan dia lecutkan ke arah siluman itu.     

Namun, siluman harimau bergerak sigap dan menangkap cambuk cahaya itu.     

Zivena terkesiap. "Kau bisa menangkap cambukku tanpa terluka?"     

"Zizi! Dia bukan siluman! Dia iblis yang menguasai siluman!" teriak Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.