Devil's Fruit (21+)

Penggerebekan



Penggerebekan

0Fruit 1467: Penggerebekan     
0

"Ya, Gavin aku minta untuk memuluskan jalan agar Ferdi bisa tersadar dengan sendirinya mengenai siapa dan bagaimana siluman yang dia tinggikan melebihi dirinya itu. Dengan cara, dibuat cemburu dan kalo bisa, menyaksikan sendiri saat Gavin dan siluman sedang bermesraan."     

Rupanya inilah skema rencana dari Jovano yang melibatkan Gavin sebagai kunci utama keberhasilan misi kali ini.     

"Kenapa memilih Gavin?" Serafima masih belum puas dan sejak awal, dia kerap mempertanyakan pemilihan Gavin sebagai senjata pamungkas oleh Jovano. "Kenapa bukan iblis Incubus lain saja?"     

"Karena dia tampan dan sudah pintar merayu, fu fu fu … iya, kan Zi? Penilaianku ini tentunya benar dan sangat akurat, kan?" Jovano sambil melirik ke adiknya.     

"Sangat akurat, Kak!" Zivena menganggukkan kepala sembari menjawab tegas dengan suara mantap.      

Tentunya sebagai patner yang sudah beberapa bulan berdampingan dengan Gavin menjalankan misi, Zivena sudah mengenal sangat baik seperti apa kelakuan dan tabiat Gavin, juga kemampuannya, entah dalam kekuatan bertempur maupun kekuatan merayu wanita."     

Serafima hanya bisa mendesah.      

"Jangan lupakan juga bagaimana ilmu elemen Gavin sudah meningkat pesat belakangan ini, kan?" Jovano menambahkan.     

Mau tak mau, Serafima teringat dengan misi mereka di alam penyihir, bagaimana Gavin bisa mengalahkan 3 iblis monster suruhan iblis tua Alphegor dan Molof.     

Sepertinya pilihan suaminya memang tepat. Ya sudah, dia tidak meragukan lagi apapun keputusan yang diambil Jovano mengenai misi ini. Tentunya, Jovano ditunjuk sebagai pemimpin, bukan tanpa alasan, kan?     

-0—00—0-     

Kembali ke Gavin, dia semakin membuat Cempluk tergila-gila padanya. Saat ini, entah sebenarnya siapa yang mengendalikan siapa karena pada ujungnya, Cempluk yang terkena penyakit 'bucin'.     

Cempluk yang awalnya hendak memanipulasi serta memanfaatkan Gavin, justru akhirnya dia sendiri yang manipulasi oleh Gavin tanpa dia sadari.     

Bahkan, Cempluk juga bersedia berhenti 'memeras' Ferdi.      

"Aku tak mau ada bau lelaki lain padamu, Cempluk sayankku." Demikian Gavin berujar usai mereka bercinta penuh gairah membara semalaman ini.     

Cempluk yang rebahkan kepala di dada Gavin sembari jemari lentiknya mengusap-usap seduktif perut bawah Gavin, menjawab, "Iya, aku hanya milik kamu saja, sayank … Vin-ku sayank."     

"Leganya aku mendengar itu." Gavin mengelus rambut halus nan panjang Cempluk.     

Segera, Cempluk mencubit kecil pucuk dada Gavin sambil berkata, "Vin, kau juga tak boleh menyentuh perempuan lain! Hanya aku saja yang boleh menyentuhmu!"     

"Iya, iya, aku tau itu, sayank. Mana mungkin ada perempuan di dunia ini yang bisa dibandingkan denganmu, hm?" Tangan bebas Gavin menepuk pantat telanjang Cempluk.     

Siluman kucing itu memekik kecil namun wajahnya sumringah senang atas perlakuan Gavin. Baru kali ini dia menemukan manusia yang sekuat dan seperkasa Gavin.     

Bahkan, Gavin seakan makin hebat saja hari demi hari ketika bercinta dengannya.     

Begitu tergila-gilanya Cempluk sampai dia tidak menyadari bahwa Gavin masih saja segar bugar meski mereka terus bercinta kapanpun ada waktu.     

Wajah Gavin masih berseri-seri, dan tubuh Gavin juga masih bugar tanpa menunjukkan kelayuannya seperti yang terjadi pada Ferdi.     

Ferdi sebagai manusia biasa, tentu tidak bisa melawan energi hisap milik Cempluk sehingga dia menjadi sosok yang layu dengan jiwa yang sudah terhisap setengahnya.     

Gavin tentunya berbeda, karena dia hanya setengah manusia saja, meski hanya rekan satu timnya saja yang mengetahui ini.     

"Janji, yah! Kau tak akan meniduri perempuan lain selain aku!" Cempluk meloncat ke atas tubuh Gavin sambil mengangkanginya.     

"Ufhh! Aha ha ha … tentu saja sayank, kenapa kamu tidak juga percaya padaku, hm? Apakah selama ini aku kurang membuktikannya padamu?" Mata binal Gavin menatap Cempluk di atas perutnya sembari jari nakalnya mengelus area paling sensitif siluman itu.     

"Annghh … Vin … jangan bilang … kau ingin lagi … mmrrhh …." Wajah Cempluk mendadak saja merona merah karena sentuhan nakal Gavin pada area istimewanya di bawah sana.     

Pantat Cempluk mulai bergerak-gerak binal seiring mutiara mungilnya terus diusap Gavin secara seduktif. Siluman iblis itu menjilat bibirnya sendiri sebelum dia mulai merunduk menduduki batang jantan Gavin yang mulai tegak kembali.     

Astaga! Ya ampun! Bagaimana Cempluk tidak tergila-gila pada Gavin jika lelaki ini selalu saja bisa memuaskan libidonya, seakan waktu hanya ada untuk mereka.     

-0—00—0-     

Pada esok malamnya, seperti biasa, Cempluk akan mendatangi Gavin di kamar belakang dan bercinta membara dengan lelaki itu semalam suntuk.     

Namun, alangkah kagetnya dia ketika pintu kamar Gavin segera saja dibuka keras-keras oleh seseorang.     

Orang itu matanya terbakar akan amarah melihat adegan macam apa yang terjadi di depan hidungnya.     

"Cempluk!" Ya, ini adalah Ferdi yang menerobos masuk ke kamar Gavin.     

Cempluk terkesiap, bukankah biasanya Gavin akan mengunci kamar mereka saat sedang berintim-intim begini? Apakah Gavin lupa menguncinya?     

Berbagai pertanyaan memenuhi benak Cempluk, namun sepertinya dia harus menepikan itu dulu dan menjawab Ferdi. "A-Aku dipaksa oleh dia, Fer!" pekiknya sambil menjauh dari Gavin ketika mereka sudah setengah jam lebih menyatu dengan penuh gairah.     

Mendadak, ada sebuah energi pekat seakan melingkupi kamar tersebut. Itu merupakan energi milik Wei Long, dimana si naga kecil mengunci area itu agar tidak bisa dimasuki atau didengar manusia di luar lingkup energi tersebut.     

"Apa ini!" Cempluk menjerit heran karena dia merasakan energi formasi pengunci milik Wei Long. Tatapannya berubah marah sembari mencari ke segala arah untuk menemukan pelaku pengunci ini.     

Segera, muncul Jovano dan timnya. "Om Wei, sekarang!"     

Wei Long bergegas membungkus Cempluk dengan energi spasial dia dan mengirim Cempluk ke dimensi lain.     

"Arrgghhh! Siapa kau! Kenapa aku dilempar ke tempat ini!" teriak Cempluk yang lengah dan menyebabkan dia jatuh ke perangkap Wei Long.     

"Aku akan mencari sisa jiwa Ferdi! Dia sudah sadar sekarang, kan?" Jovano melirik ke Wei Long.     

"Yup, sudah!" Wei Long melipat dua lengan mungilnya sambil pejamkan mata dan menjawab Jovano. Baginya, itu sikap keren dan jumawa.     

Sementara itu, Ferdi yang mulai sadar kembali dan sedikit linglung karena heran kenapa dia bisa berada di kamar ini … segera direbahkan oleh Shona untuk diberikan energi healing dia sembari suaminya mencari sisa jiwa Ferdi yang ditawan Cempluk di suatu tempat, pastinya.     

Jovano menggunakan energi dia untuk melacak benang jiwa Ferdi.     

"Bisa, Kak? Perlu aku bantu?" tanya Zivena sambil melempar seprei ke Gavin yang telanjang.     

"Ayo bantu Kakak membawa pulang jiwa Ferdi, sepertinya dia sudah cukup parah. Ini … ini sih dia cuma tersisa 20 persen aja nih jiwanya di tubuh dia saat ini!" Jovano mau tak mau mengajak adiknya sebagai bala bantuan.     

Zivena mengangguk.     

"Sera, tolong berjaga di sini, yah! Jaga mereka." Jovano tidak ingin melupakan istri pertamanya.     

"Iya, ya, aku tau. Pergilah!" Serafima mengibaskan tangan secara santai.      

Maka, Jovano dan Zivena pun mengubah wujud mereka menjadi transparan dan keluar dari ruangan itu untuk melacak jiwa Ferdi yang tentu disembunyikan Cempluk di tempat tersembunyi.     

Mereka melacak melalui untaian benang jiwa yang bisa dilihat secara samar, keluar dari tubuh Ferdi dan entah menuju ke mana nantinya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.