Devil's Fruit (21+)

Dia Tahu Rasanya dan Menantikan Momen Itu



Dia Tahu Rasanya dan Menantikan Momen Itu

0Fruit 1394: Dia Tahu Rasanya dan Menantikan Momen Itu     
0

Kali ini Zivena tidak menahan diri untuk menakut-nakuti lelaki yang dipanggil Thinh oleh ibunya.      

Menggunakan kekuatan yang dia miliki, Zivena bisa mengubah penampilannya menjadi Thanh Mai, namun 'dibumbui' lebih seram dalam versi hantu.     

Ia memberikan ancaman pada Thinh agar lekas menyerahkan diri ke polisi dan juga mengungkap semua pelaku anarkisme pada Thanh Mai jika tidak ingin 'hantu' Thanh Mai terus mengikuti dirinya dalam wujud menyeramkan seperti itu.     

Betapa ketakutannya Thinh sampai dia terus berteriak kalap dan akhirnya sang ibu berhasil mendengar dan masuk ke kamar putranya.     

Namun, begitu masuk, perempuan paruh baya itu mencium bau menyengat dari cairan di dekat kaki putranya. Tentu saja sudah jelas bahwa Thinh sudah terkencing-kencing sejak tadi dan tidak menyadari itu.     

"Mama! Mama tolong aku! Ada hantu! Hantu!" kalap Thinh sambil menggapai tubuh ibunya agar bisa bangun. Lututnya serasa berubah bagai kangkung lembek.      

"Ha-Hantu?" Sang ibu sudah menyalakan lampu kamar dan segera mengedarkan pandangan ke segala penjuru di ruang tersebut. Pastinya Beliau tidak akan mendapatkan penampakan seperti yang dinyatakan sang putra.     

"Itu! Itu hantunya, Ma! Itu! Di dekat jendela!" tunjuk Thinh ke jendelanya. Namun, sang ibu tidak mendapati apapun di sana.     

"Thinh, apakah kau baik-baik saja?" Ibunya agak meragukan putranya. Lekas Beliau menempelkan punggung tangannya ke kening putranya hanya untuk memastikan apakah Thinh demam atau tidak.     

"Mama! Kenapa tidak percaya padaku! Ada hantu dan itu benar! Dia … dia …." Dengan gerakan takut, Thinh menoleh ke arah jendela. Di sana, dia melihat hantu Thanh Mai menyeringai dengan mata melotot. "Arrghh!"     

Kemudian, lelaki itu pun pingsan. Mau tak mau, ibunya direpotkan membersihkan semua kekacauan dan juga kotornya lantai beserta tubuh putranya.     

Terpaksa Beliau memanggil keponakannya untuk membantu membersihkan tubuh Thinh sementara dia mengepel lantai. Melihat kejadian itu, Zivena yang masih di sana dalam kondisi transparan tak kasat mata hanya berdecak kesal. "Tsk! Lelaki ayam sayur! Sudah bejat, kejam, kini malah menyusahkan orang sekitarnya saja! Kalau lemah pada hantu, jangan macam-macam menyakiti orang lain!"     

Setelah Thinh siuman beberapa jam berikutnya, Zivena kembali menampakkan dirinya, menyeringai seram ke Thinh.     

"Aku akan terus mengikutimu jika kau tidak juga ke kantor polisi," ucap Zivena sambil melotot dan meringis dengan darah dikeluarkan di antara deretan giginya. Itu sungguh menyeramkan.     

"Aku ke sana sekarang! Aku ke sana!" teriak Thinh sambil lekas turun dari ranjangnya.      

Saudara sepupu yang menunggui dia sampai keheranan. "Thinh! Kau mau ke mana?"     

"Kantor polisi! Antarkan aku ke sana, Phuong! Cepat!" seru Thinh panik.     

Sepupunya, Phuong, tidak bisa mencegah lebih lama karena Thinh makin kalap ketika dicegah. Bahkan ibunya pun terpaksa ikut serta ke kantor polisi karena heran dengan keinginan putranya.     

Di kantor polisi, betapa hancurnya hati sang ibu ketika putranya mengakui perbuatan biadab dia pada Thanh Mai. Beliau sampai menahan tangisnya sambil membekap mulut menggunakan tangannya sendiri. Beliau sadar putranya memang bengal dan bandel, sering berbuat nakal, namun sampai memerkosa dan menyakiti seorang gadis sampai koma … itu sama sekali tak ada dalam pikiran Beliau.     

Tak sanggup menanggung apa yang dia dengar, ibu dari Thinh pun pingsan di kantor polisi dan membuat kantor polisi cukup gempar.     

Thinh sedih dan menyesal melihat kondisi ibunya. Tapi dia harus tetap menceritakan semuanya ke polisi atau hantu menyeramkan itu akan terus menempelinya dan membuat dia gila karena ketakutan. Dia menyebutkan satu demi satu nama yang melakukan pemukulan dan juga yang ikut memerkosa seperti dirinya.     

Polisi hanya bisa menghela napas ketika mendengar adanya beberapa nama perempuan yang disebutkan dan beberapa nama lelaki juga. Mereka lekas mencatat laporan dari Thinh.     

Hanya dalam waktu singkat, semua nama yang disebutkan oleh Thinh pun diringkus pada keesokan harinya.      

Ketika mereka hendak menyangkal tuduhan yang diberikan Thinh, tiba-tiba saja 'hantu' Thanh Mai muncul di depan mereka entah ketika mereka sedang di kamar mandi kantor polisi atau ketika duduk berjajar saat diinterogasi polisi.     

"Kalian berani menyangkal telah menyakitiku? Kalian yakin ingin begitu? Kalian tidak keberatan seumur hidup kalian harus melihat aku begini?" Begitu Zivena memberikan tekanan pada mereka yang menjerit-jerit ketakutan.     

Mereka mengira kalau Thanh Mai di rumah sakit yang tadinya diketahui sedang koma, mungkin saja kini telah meninggal. Itulah kenapa mereka sangat yakin itu benar hantu Thanh Mai.     

Polisi di sana tentu saja bingung karena para tersangka malah terus berteriak panik dan kalap seperti orang ketakutan. Para polisi sudah jelas tidak diberi penampakan oleh Zivena.      

Karena tekanan dari Zivena itu, mereka tak berani menyangkal dan mengakuinya.     

Setelah itu, sosok hantu Thanh Mai itu tersenyum manis dengan penampilan bersih dan cantik seperti Thanh Mai biasanya kepada para pelaku yang baru saja serempak mengakui kesalahan mereka. Dia juga mengacungkan ibu jari pada mereka semua sebelum dia perlahan menghilang dari pandangan mereka. "Ingat … aku bisa bekerja sama dengan iblis untuk menyakiti kalian kalau kalian berani bertindak seperti itu lagi kepada siapapun. Ingat itu …," ucapnya sebelum benar-benar menghilang.     

Lalu, Zivena dengan cepat melesat kembali ke rumah sakit tempat Thanh Mai dirawat intensif. Di sana Gavin dengan setia menjaga jiwa Thanh Mai.     

Melihat Thanh Mai ternyata benar-benar menunggunya, Zivena tersenyum dan berkata pada gadis SMA itu. "Mai, kau sekarang bisa lega dan tak perlu lagi takut. Aku sudah menghukum mereka semua yang sudah jahat padamu."     

"Ehh? Semua? Kau yakin?" Thanh Mai seperti tak yakin dengan apa yang disampaikan Zivena.     

Kepala Zivena mengangguk dan dia menyebutkan satu demi satu pelaku dan akhirnya Thanh Mai pun percaya karena memang mereka semua yang telah melakukan tindakan keji padanya beberapa waktu lalu.     

"Nah, aku sudah menepati janjiku. Sekarang, maukah kau masuk ke tubuhmu?" Zivena mengingatkan akan perjanjian antara dia dan Thanh Mai.     

Gadis malang itu menunduk, nampak ragu. Ia seperti tak yakin apakah masih memerlukan hidup sebagai manusia setelah ini. "Aku …."     

"Kau tidak kasihan pada ibumu? Beliau sudah terus menungguimu dan kadang menangis melihat kau yang masih saja belum tersadar dari koma. Kau adalah tumpuan harapan Beliau. Apa kau hendak membuat hati ibumu sakit jika kau pergi selamanya? Kau sudah yakin hendak memberikan rasa sakit itu pada Beliau?"     

Thanh Mai merenungkan ucapan Zivena.     

"Kalau kau masih khawatir mengenai para pelaku itu, aku bisa memberikan jaminan padamu bahwa setelah ini, mereka tidak akan lagi mengganggumu. Percayalah!"     

Kepala Thanh Mai terangkat ketika Zivena memberikan jaminan tegas mengenai apa yang dia takutkan. Zivena bahkan mengangguk mantap untuk menegaskan ucapannya.     

Kemudian, jiwa itu pun mulai mendekati raganya dan masuk secara perlahan di sana. Tak berapa lama, tangan fisik Thanh Mai mulai bergerak kecil. Namun, gerakan kecil itu ternyata terlihat oleh ibunya.     

"Mai! Mai anakku! Kau sudah sadar?!" Ibunya sungguh gembira bukan kepalang. Meski itu hanya gerakan kecil dari tangan dan mata putrinya belum membuka, namun Beliau yakin sang putri telah kembali sadar. Beliau bergegas memanggil dokter atau perawat yang ada di sana.     

Setelah perawat datang untuk melihat kondisi terkini Thanh Mai, terlihat mata gadis itu mulai membuka secara perlahan. Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan bagi sang ibu saat putrinya benar-benar sudah sadar. Beliau menangis bahagia sambil memeluk Thanh Mai hingga perawat harus memohon ijin untuk memeriksa Thanh Mai lebih lanjut.     

Melihat adegan mengharukan di depannya, Zivena mengusap pelan bawah kelopak matanya. Dia bisa mengerti perasaan ibu Thanh Mai, karena dia juga memiliki seseorang yang dia sayangi yang sedang koma saat ini. Ketika nanti orang itu sadar dari komanya, pasti Zivena juga akan memeluk dan menangis bahagia seperti ibunya Thanh Mai.     

Zivena tahu rasanya dan dia sungguh menanti momen itu terjadi.     

"Zi?" panggil Gavin.     

"Ayo kita ke rumah sakit lain." Zivena mengerjap-kerjapkan mata untuk meniadakan air matanya dan melesat keluar dari ruangan tersebut setelah dia tersenyum dan melambai ke Thanh Mai meski mungkin gadis itu tidak bisa melihatnya dalam wujud tak kasat mata begitu.     

Tak jauh dari keduanya melayang, ada grimreaper yang mengawasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.