Devil's Fruit (21+)

Zivena Membalaskan Dendam



Zivena Membalaskan Dendam

0Fruit 1393: Zivena Membalaskan Dendam     
0

Zivena berjanji pada jiwa gadis yang terkena perundungan sekaligus pemerkosaan disertai anarkisme itu untuk menangani para pelakunya dan melesat ke hunian salah satu dari mereka.      

Saat itu adalah malam hari dan pelaku baru saja selesai keluar dari acara minum-minum dengan geng-nya. Dia seorang lelaki yang sudah menjadi mahasiswa dan terlibat kejahatan pada gadis malang itu dikarenakan bujukan dari adik kelasnya yang sempat dekat saat dia masih bersekolah di SMA tesebut.     

Baru saja lelaki itu masuk ke kamarnya usai dihardik oleh ibunya yang mengeluhkan kelakuan sang anak yang selalu saja keluar tiap malam untuk hura-hura dan lelaki itu tak perduli, dia mendapati kamarnya gelap.     

Tangan lelaki itu segera menekan saklar di dekat pintu. Ruangan pun segera terang benderang. Ia berjalan gontai, hendak membanting tubuhnya di ranjang empuk yang telah menanti.     

Namun, baru saja dia hendak melakukan itu, tiba-tiba saja lampunya mati diiringi bunyi "CTEKK" dari saklar.     

Lelaki muda itu kaget. Kamar segera gelap karena tak ada pencahayaan dan hanya ada sinar dari lampu di luar sana yang terhalang gorden di jendelanya.     

Ia berhenti sejenak, merenung apakah dia terlalu mabuk saat ini hingga dia berhalusinasi dia sudah menekan saklar untuk menyalakan lampu sebelum ini?     

Mengira dirinya terlalu mabuk untuk mengingat itu, maka dia melangkah ke dekat saklar dan kembali menekannya sehingga lampu segera menerangi kamar. Dia menatap saklar itu untuk memastikan dia tidak mabuk dan benar-benar menyalakan lampu.     

Setelah yakin dia memang sudah menyalakan lampu, maka dia pun berjalan ke kasurnya.     

Namun …     

Ctekk!     

Dan gelap seketika.      

Kali ini, lelaki itu membeku di tempatnya berdiri. Saklar ada di belakang dia di sana dekat pintu. Dia yakin dengan amat sangat bahwa dia tadi sudah menyalakan lampu dan memastikan saklar itu dengan kesadaran penuh yang dia miliki.     

Tapi, nyatanya … lampu kembali mati dan … yang membuat dia mulai merinding … ada bunyi yang menandakan saklar itu ditekan sebaliknya sehingga lampu pun mati.     

Dia dengan jelas mendengar bunyi "ctekk" tadi. Maka, sudah 2 kali bunyi itu terdengar. Telinganya tidak bermasalah, kan? Ia memang baru saja minum-minum, tapi dia yakin dirinya tidak terlalu mabuk. Dia masih bisa naik motor dan berjalan lurus tanpa sempoyongan.     

Maka … bunyi saklar ditekan dan matinya lampu jelas bukan sebuah halusinasi.      

Memikirkan itu, lelaki itu makin merinding sekujur tubuhnya dan otaknya segera memikirkan hal-hal buruk dan ngeri.     

"Kenapa? Kau lebih suka terang?" Sebuah suara berbisik di dekat telinga lelaki itu. Ini menyebabkan lelaki itu terkejut bukan main dan menjauh dari apapun yang ada di dekat telinganya. "Apa kau lebih suka terang saat berbuat jahat padaku?"     

Betapa herannya lelaki itu mendengar suara itu. Namun, keheranan itu berlanjut menjadi sebuah kengerian tak terkira yang pernah dia alami. Di depannya, perlahan saja terwujud sosok bergaun putih lusuh dan gaun itu di beberapa areanya berhiaskan warna merah yang dia asumsikan sebagai darah.     

Yang lebih membuat jantung lelaki itu hendak melompat keluar adalah wajah dari sosok di depannya yang muncul secara dramastis. Wajah itu … dia kenali sebagai wajah gadis yang beberapa waktu lalu dia … perkosa! Dia ingat wajahnya karena gadis itu cantik meski sudah dipukuli.     

Brukk!     

Lelaki itu sampai terjatuh di lantai. Matanya bisa melihat jelas mengerikannya sosok di depannya. Gadis itu menampakkan wajah berdarah-darah yang sangat kontras dengan pucatnya kulit yang dimiliki.      

Meski cantik, namun jika berwujud seperti itu, siapa yang masih akan senang melihatnya? Lelaki itu tetap bisa melihat dengan jelas sosok di depannya yang melayang mendekati dia. Kamarnya memang tidak ada cahaya, namun matanya mulai terbiasa dengan kegelapan ditambah masih adanya sinar dari luar jendela.     

"Jangan! Jangan mendekat!" seru lelaki itu.     

"Kenapa? Kau kemarin berkata kalau aku cantik, kan? Kalau begitu, bagaimana jika aku ikut kau saja. Aku senang dipuji. Yah, semua perempuan memang senang dipuji cantik. Hi hi hi!" Rupanya Zivena mengambil penampilan gadis malang itu.     

"Kumohon, Thanh Mai! Jangan mendekat!"     

Ohh, rupanya nama gadis itu adalah Thanh Mai, batin Zivena. Dia merasa konyol sendiri karena tidak mengetahui nama gadis malang itu sebelumnya. Dia malah mengetahuinya dari si pelaku. Ini membuat Zivena kesal sendiri.     

Namun, Zivena yang kini menyamar sebagai Thanh Mai malah berujar dengan kepala dimiringkan dan pandangan menyeramkan yang dia bisa lakukan. Begini-begini, Zivena pernah menonton film horor Asia makanya dia bisa paham bagaimana sikap makhluk mengerikan seperti di film. "Kau tahu … aku merasa sakit hati dan juga sakit fisik. Aku bisa bekerja sama dengan iblis dan akan terus menempel padamu seperti ini, menunjukkan kecantikanku ini untuk kau nikmati, hi hi hi …."     

Secantik-cantiknya perempuan, ketika dia sudah berwujud sebagai hantu, tentu akan menyeramkan juga. Lelaki itu menggeleng kuat-kuat. "Jangan! Jangan lakukan itu! Kumohon!"     

"Ohh, kau memohon sekarang, huh? Bukankah waktu itu aku juga sudah memohon padamu untuk berhenti menyakitiku, hm?" Zivena tersenyum lebar dan mengeluarkan darah dari sudut mulutnya sembari matanya melotot dan kepala dimiringkan. Setidaknya itu terlihat sangat menyeramkan di mata lelaki di depannya.     

Buktinya, lelaki itu sampai berteriak-teriak histeris. Terutama ketika dua tangan Zivena terjulur ke arahnya hendak menggapai dia. Ini jelas saja membuatnya panik luar biasa dan takut tak terkira. Dia tak pernah mengira akan didatangi hantu dari korban kebiadabannya.     

Dia akui, ketika dulu dia masih bersekolah di SMA tempat Thanh Mai bersekolah juga, dia memang terpikat pada gadis itu namun yang bisa dilakukan hanya bersiul tak jelas atau menggoda saja ketika Thanh Mai lewat di depannya.     

Dan ketika salah satu adik kelasnya saat SMA mengajak dia untuk bersenang-senang dengan Thanh Mai, mana mungkin dia menolaknya?      

Namun kini, dia harus menelan pil pahit, didatangi hantu dari gadis yang dia sakiti. Dia lupa bahwa Thanh Mai dikabarkan koma, belum mati. Yah, namanya sudah panik, mana bisa dia berpikir lurus?     

Lelaki itu terus berteriak-teriak sambil menyeret pantatnya ke belakang hingga terbentur pada tepi ranjangnya. Dia benar-benar berharap dia lekas pingsan, namun sayang sekali itu tidak terwujud.     

Zivena masih mengulurkan dua tangan dan memunculkan kuku-kuku panjang berwarna hitam legam. "Aku akan terus mengikutimu jika kau tidak menyerahkan diri ke polisi. Aku bersungguh-sungguh untuk ini. Atau kau … memang ingin aku terus menempelimu begini?"     

Seketika usai bicara demikian, Zivena menghilang. Ini sungguh melegakan bagi lelaki itu.     

Sayang sekali, ketika lelaki itu baru saja menghela napas, dia merasakan adanya tangan yang meraih belakang pinggangnya dari arah kolong tempat tidurnya.     

"Huwaaa!!!" teriak lelaki itu sambil berbalik dan melihat tangan berkuku panjang hitam legam itu datang dari dalam kolong ranjangnya. Itu jelas-jelas hantu Thanh Mai.     

Dia bergerak menyeret pantatnya lagi ke arah berlawanan dengan ranjangnya sambil wajahnya mulai memucat.      

Kemudian, perlahan-lahan kepala Zivena muncul dari kolong ranjang, merangkak seperti cicak dengan gaya mengerikan. "Kau bisa memilih, terus bersembunyi dan aku ikuti … atau kau menyerahkan diri dan mengungkap semua pelaku yang menyakitiku hari itu ke polisi."     

"Hyaaaa! Mama! Mama! Mamaaa!" Lelaki itu sampai tak punya tenaga untuk bangkit berdiri dan hanya mampu menggunakan pantat dan dua kakinya untuk menjauh dari Zivena.     

"Tak ada gunanya menjerit seperti bayi begitu. Kau kan sudah besar, sudah sering menggertak ibumu dengan berani, kenapa sekarang kau merengek seperti bayi?" Zivena mendekat sambil merangkak patah-patah, sangat menakutkan di mata si lelaki. Tak lupa dia mendelik untuk mendramatasi aktingnya.     

Lelaki itu terus berteriak kalap. Dan kemudian, kamar pun terkuak dan muncullah ibunya. "Thinh! Ada apa? Kenapa kau berteriak-teriak begitu?" Beliau bertanya panik ke putranya, namun kemudian dia sudah mencium bau tak sedap dari lantai yang basah di dekat kaki putranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.