Devil's Fruit (21+)

Berdebat Dengan Grimreaper



Berdebat Dengan Grimreaper

0Fruit 1391: Berdebat Dengan Grimreaper     
0

Para malaikat tinggi sudah saling berunding dan membahas mengenai tindakan salah satu dari mereka, Nafael, yang mereka pikir menyimpang dan tidak efektif.      

Sementara itu di Bumi, grimreaper yang baru saja datang dari Nirwana pun  menghadang Zivena dan Gavin setelah mencari-cari.      

"Kalian kaum pembohong! Tak ada yang namanya pengutusan kalian dari malaikat tinggi! Kalian tidak memiliki wewenang untuk mengganggu tugasku!" serunya kepada Zivena dan Gavin.      

"Tuduhan macam apalagi ini?" tukas Gavin sambil lekas berdiri di depan Zivena, melindungi gadis itu.     

"Kau, kalian … kalian bohong mengatakan bahwa kalian diutus oleh Nirwana! Nyatanya tidak! Aku sudah mengonfirmasi berita ini ke malaikat tinggi di sana!" Wajah hitam legam grimreaper itu menyala-nyala kemerahan menandakan dia benar-benar marah.     

"Memangnya bagian mana aku berkata aku diutus oleh Nirwana, hah?" Zivena berteriak balik ke grimreaper tersebut.      

"Apa maksudmu, bocah?!" Wajah grimreaper makin menyala-nyala. Wajah itu memang hanya terlihat polos apa adanya tanpa mata, hidung, ataupun mulut. Namun, dia tetap bisa berbicara dengan cara khusus.     

"Dengar baik-baik!" Zivena menyingkirkan Gavin dari depannya agar dia bisa maju sejajar dengan 'pengawalnya' itu. "Salah satu malaikat menahan jiwa ibuku. Malaikat itu menyuruh aku dan kakakku untuk mengumpulkan kebajikan kepada manusia di Bumi untuk ditukarkan dengan jiwa ibu kami! Jadi, kalau kau ingin menyalahkan seseorang, salahkan malaikat itu!"     

Grimreaper terdiam ketika mendengar ucapan Zivena. Ini adalah hal yang begitu aneh dan sangat baru di telinganya—yah, meski dia tidak memiliki telinga fisik, sih—karena dia tidak pernah mendengar ada malaikat yang bertindak demikian sebelumnya.     

"Sekarang, lebih baik kita berada di jalan kita masing-masing saja. Aku akan tetap pada tugasku dan kau pada tugasmu." Zivena melipat dua lengannya di depan dada disertai pandangan tajam ke grimreaper tersebut.     

"Tapi kau sudah jelas mengganggu tugasku! Kau merebut roh yang seharusnya aku bawa ke akherat!" Grimreaper ingin menegaskan ini ke Zivena. Tugas yang diberikan pemilik semesta ini padanya sudah jelas, bahwa dia harus mengambil roh-roh yang sudah seharusnya diambil untuk dibawa ke alam berikutnya.     

"Kalau memang roh yang harus kau panen itu aku selamatkan lebih dulu, yah kau bisa cari roh lain di daftarmu, kan? Untuk apa meributkan hal sepele begitu?" Zivena mulai tenang meski sikapnya masih terlihat tegas.     

Ucapan Zivena memang terdengar masuk akal, tapi grimreaper masih belum bisa menerimanya. "Tidak bisa! Aku akan terlihat payah dan kredibelku turun di mata rekan dan tuanku jika aku gagal membawa roh yang seharusnya aku ambil!"     

"Hghh!" Zivena menghela napas. "Begini, yah … kalau malaikat yang di Nirwana itu bisa memerintahkan aku dan kakakku untuk melakukan kebajikan, apapun itu bentuknya, di Bumi, maka tentu saja itu sudah seijin bosmu, bos kalian, ya kan?"     

Sekali lagi, grimreaper terdiam memikirkan ucapan Zivena. Ada benarnya. Karena jika memang Sang Agung tidak merestui tindakan Zivena, tentunya Sang Agung akan bertindak atau menitahkan sesuatu kepada malaikat.     

Tentu saja jika dipikir lebih jauh, malaikat akan turun tangan dan melakukan pencegahan apapun jikalau tindakan Zivena salah. Tapi, setelah beberapa kali tugasnya diganggu, grimreaper tidak melihat adanya malaikat yang datang untuk turun tangan mengenai ini.     

Apakah … ini benar seperti yang dikatakan Zivena? Apakah memang benar bahwa gadis ini memang diperbolehkan mengganggu tugas dia? Mungkin setelah ini, grimreaper bisa kembali ke Nirwana untuk menanyakan pada malaikat tinggi. Ia butuh kepastian.     

Karena itu, tanpa berkata apapun lagi, grimreaper itu pun segera melesat menghilang dari hadapan Zivena dan Gavin. Sepertinya dia memang berangkat lagi ke Nirwana.     

Zivena dan Gavin hanya bisa menghela napas menyaksikan tingkah grimreaper itu.     

"Ayo kita pergi! Aku akan ke arah sana." Zivena menunjuk ke barat. "Instingku mengatakan di sana ada banyak rumah sakit."     

Gavin mengangguk dan mengikuti Zivena, terbang ke arah barat.     

Ternyata benar yang dikatakan Zivena, di bagian barat ada sangat banyak rumah sakit kecil dan besar. Semuanya adalah ladang panen kebajikan untuk Zivena.     

Dalam waktu singkat, Zivena berhasil mengembalikan roh orang-orang yang koma, berhasil menggagalkan kematian di meja operasi, dan menyembuhkan pasien-pasien kanker.     

Beberapa grimreaper di sana hanya bisa diam menyaksikan tingkah Zivena terbang ke sana dan kemari. Mereka semua sudah tahu mengenai tugas yang diberikan malaikat tinggi kepada Zivena. Itu karena satu grimreaper terhubung dengan grimreaper lainnya.     

Maka dari itu, para grimreaper tetap diam karena sudah mengetahui apa saja percakapan rekan mereka dengan Zivena sebelumnya. Seperti yang Zivena katakan, jika memang tindakan gadis itu salah, tentu Sang Agung tidak akan diam saja.     

Tapi … hingga kini, Sang Agung masih tetap tak berfirman apapun mengenai ini. Meski aneh karena malaikat tinggi ada di balik semua tugas itu, grimreaper tidak berani berbuat lebih jauh dan memilih diam saja.     

"Sepertinya pasien di negera ini sudah sangat banyak yang kamu selamatkan, Zi. Bagaimana kalau kita pindah ke negara lain?" Gavin memberi usul.     

Zivena mengeluarkan bola kristal bening dan di dalamnya sudah ada banyak cairan keemasan bukti kebajikan yang berhasil dia kumpulkan selama beberapa minggu ini. "Oke. Kita cari negara berkembang lainnya."     

Keduanya pun melesat cepat meninggalkan Filipina. Gavin tidak heran ketika Zivena memutuskan untuk 'bertugas' di negara berkembang, karena biasanya di negara semacam itu dunia medis masih kurang maksimal dibandingkan negara maju.     

Mereka berdua sudah melihat bagaimana klinik-klinik kecil dan rumah sakit yang kurang memadai tempat dan alat-alatnya. Bahkan banyak rumah sakit yang memiliki banyak tenaga medis kurang kompeten.     

Semua itu membuat miris hati Zivena. Maka dari itu, dia memilih negara berkembang dan negara miskin saja untuk dia datangi. Di sana pasien ada lebih banyak yang membutuhkan kekuatannya.     

Mereka pun terbang mengarungi lautan dan tiba di Vietnam.      

Zivena ingin bisa secepatnya mengumpulkan banyak kebajikan agar lekas memenuhi bola kristal yang diberikan malaikat dengan tetesan emas kebajikan. Karena itu, dia tidak menunda sedetikpun untuk melesat mencari rumah sakit terdekat.     

"Zi, tidak istirahat dulu?" tanya Gavin ketika dia melihat Zivena terburu-buru ingin lekas menemukan rumah sakit.     

"Tidak perlu. Aku masih kuat. Apalagi aku punya banyak Buah Energi Roh." Tanpa menoleh ke Gavin, Zivena menjawab.     

Tidak bisa lagi mendebat Zivena yang keras kepala, Gavin pun menghela napas dan mengalah. Tugasnya adalah melindungi Zivena dari apapun, termasuk dari sakit dan lemah. Tapi jika gadis itu sudah bersikeras, Gavin memilih untuk mengalah saja daripada Zivena marah.     

Rumah sakit pun ditemukan. Seperti biasa, Zivena langsung mencari pasien koma di sana. Satu demi satu pasien koma dia bangunkan. Metode yang dia pakai memang unik. Dia akan mencari jiwa pasien tersebut dan mengajak jiwa itu pulang ke tubuhnya untuk bersatu dengan roh dan fisiknya kembali.     

Kadang ada jiwa yang begitu keras kepala tak ingin pulang ke tubuhnya dan itu membutuhkan bujukan ekstra Zivena. Biasanya pada akhirnya jiwa itu patuh dan rela dikembalikan ke tubuhnya. Tapi semuanya tidak mudah.     

Sama seperti yang sedang dihadapi Zivena saat ini. Ada pasien perempuan yang kukuh tidak ingin kembali ke tubuhnya sendiri. Zivena sudah membujuk sedemikian rupa, namun jiwa perempuan itu lebih kukuh lagi.     

"Aku lebih baik pergi saja. Dunia ini terlalu kejam untukku." Jiwa itu bertutur pada Zivena.     

"Kenapa kau begitu mudah menyerah?" Zivena sudah di ambang sabarnya.     

"Kau bukan aku! Kau tak tahu apa saja yang aku lalui!" teriak jiwa itu membuat Zivena membeku di tempatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.