Devil's Fruit (21+)

Percakapan Para Malaikat Tinggi



Percakapan Para Malaikat Tinggi

0Fruit 1390: Percakapan Para Malaikat Tinggi     
0

Masih di Nirwana yang megah dan penuh akan cahaya keagungan, para malaikat tinggi memiliki tempat mereka sendiri untuk berkumpul.     

"Nafael, aku masih tak habis pikir akan tindakanmu sehubungan dengan cucu dari Panglima Mikhael." Salah satu malaikat tinggi berkata memulai pembicaraan saat mereka semua duduk mengelilingi meja bundar besar.     

"Tidak perlu lagi mempertanyakan hal itu, saudaraku Zakhomel." Nafael menjawab dengan wajah mengesankan ketenangan.     

"Apa benar Tuanku Agung telah menyetujui tindakanmu, Nafael?" tanya malaikat lain di ruangan itu.     

"Tentu saja, Khadaziel. Itu tak perlu kau ragukan, saudaraku." Nafael menjawab. Dia sebenarnya tahu dirinya diundang ke tempat ini oleh sekumpulan malaikat tinggi seperti dirinya untuk 'disidang' sehubungan dengan cara dia menahan kristal jiwa milik Andrea, berikut dengan 'paksaan' dia kepada Jovano.     

"Kalau boleh tahu, bagaimana Yang Agung menjawabmu, Nafael?"     

"Tuanku Agung sudah mengetahui rencanaku dan dia memberikan kebebasan padaku. Tuanku Agung hanya berpesan agar apapun tindakanku, haruslah tidak menyakiti manusia. Apa kau sudah puas dengan jawaban itu, Nifrinael?"     

"Tapi, bukankah kau sudah memiliki potongan jiwa dari keturunan iblis itu? Untuk apa kau masih bermurah hati dengan menahan dan memberikan janji pula pada putranya? Nafael, tindakanmu sungguh tidak masuk akal."     

"Semua yang sudah disetujui dan direstui oleh Tuanku Agung, maka aku akan tetap menjalankannya. Apakah kau hendak melawan Tuan Agung, Moshafiel?" Kali ini Nafael memberikan tatapan tajam ke rekan malaikat di seberangnya.     

"Ahh, aku sungguh tidak bermaksud melawan atau apapun. Aku tidak ingin menjadi Malaikat Jatuh." Moshafiel menggeleng-gelengkan kepala.     

"Kalau begitu, biarlah aku yang akan mengatur mengenai hal ini. Kalian bisa tenang saja dan melihat." Nafael kembali menutup mata seperti sebelumnya, tanda dia sedang tenang.     

"Saudaraku Nafael, harusnya kau malah memusnahkan potongan jiwa itu, kan? Tapi kau justru memiliki kesepakatan dengan keturunan iblis itu. Aku khawatir kau akan jadi Malaikat Jatuh jika kau bermain di pinggir jurang begitu, saudaraku."     

"Aku tahu apa yang sedang aku lakukan, saudaraku Luthael." Nafael masih tenang.     

"Hazriel, tidak bisakah kau membujuk rekan dekatmu itu?" Luthael menatap ke Hazriel yang duduk di samping Nafael. "Bukankah kau yang ikut bersamanya menemui si Anak Bencana itu?"     

Rupanya para malaikat masih teringat bahwa Jovano pernah diramalkan sebagai Anak Bencana. Ramalan ini pulalah yang mengakibatkan terjadinya peperangan antara iblis dan malaikat saat Jovano masih bayi.     

Selama ini, atas kuasa perkataan pemilik semesta, malaikat tidak lagi bertindak gegabah dengan mencelakai atau mengusik Jovano. Pemilik semesta sudah mengatakan bahwa tak perlu lagi mencemaskan mengenai Jovano.     

"Apakah kau lupa Tuan Agung sudah menyatakan bahwa kita tidak perlu mengusik bocah itu?" Nafael membuka mata meski masih terlihat tenang, memandang Luthael.     

"Tapi kau malah membuat kesepakatan dengannya, Nafael! Bukankah itu sudah merupakan tindakan pengusikan padanya?" Malaikat tinggi lainnya mendebat ucapan Nafael. "Seharusnya kau biarkan saja dia mendapatkan potongan jiwa ibunya, kenapa kau malah menahannya?"     

"Karena aku ingin dia lebih berguna untuk manusia, Ozbanael saudaraku." Nafael memejamkan mata lagi beserta dua lengannya terlipat di depan dada.     

"Untuk apa pula kau memberikan tugas kepadanya? 10.000 kebajikan? Meski dia melakukannya, dia tidak akan tulus, karena dia mengharapkan apa yang ada dalam genggamanmu." Kali ini Ifrael ikut bersuara.      

"Aku memiliki pemikiranku sendiri dan Tuan Agung sudah menyetujuinya." Nafael sepertinya gigih akan apa yang sudah dia lakukan.     

"Hazriel, lakukan sesuatu. Kau adalah sosok yang biasanya dia dengarkan," bujuk Zakhomel ke Hazriel. Yang dia ketahui, Nafael dan Hazriel sering bersama dan keduanya sangat dekat.     

"Sebenarnya aku juga kurang setuju dengan pemikiran dan juga tindakan Nafael, tapi karena Tuan Agung sudah merestuinya, aku tak bisa apa-apa." Hazriel adalah malaikat yang sempat emosional saat bertemu kelompok Jovano kala itu.     

"Nafael, saudaraku, aku minta kau memikirkan ulang rencanamu itu. Kalau bocah itu mengacau di Bumi, bukankah itu akan menyengsarakan manusia? Bagaimana pertanggungjawaban kita kepada Tuan Agung nantinya?" bujuk Nifrinael.     

"Aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya jika itu terjadi." Nafael masih bersikeras akan pemikirannya.     

"Apakah kau akan menunggu manusia hancur dulu, Nafael? Kenapa tidak menanggulanginya saja daripada sekedar bertanggung jawab? Mencegah lebih baik daripada mengobati, saudaraku Nafael." Nifrinael masih mendesak.     

Mata Nafael membuka dan sorotannya tajam ke rekan malaikat di ruangan itu. "Lalu, apa sebenarnya yang kalian inginkan?"     

.     

.     

"Saudaraku Zakhomel, kudengar tadi kau sempat menemui seorang grimreaper yang datang kemari untuk mempertanyakan mengenai tugas yang aku berikan ke keturunan Mikhael." Nafael sudah berada di luar ruangan tadi dan mencegah langkah salah satu rekan malaikat yang berjalan keluar beriringan dengannya.     

"Ahh, ya benar. Aku memang menemui grimreaper itu." Zakhomel tidak berkelit.     

"Kudengar dari Thanafael bahwa—"     

"Saudaraku Nafael, kau ingin mencela apa yang sudah aku lakukan?" potong Zakhomel dengan raut sedikit tak senang.     

"Aku hanya khawatir terjadi kesalahpahaman antara grimreaper dengan bocah itu." Nafael menghela napas sesudahnya.     

"Nafael, kau terlalu lembut." Zakhomel geleng-geleng kepala.      

Nofiel yang ada di dekat mereka pun ikut menyahut, "Hei, apakah yang sedang kalian bicarakan adalah keturunan Panglima Mikhael yang gadis perempuan itu?"     

"Kenapa memangnya, Nofiel?" Zakhomel menoleh ke Nofiel yang sudah menjajarinya.     

"Aku dengar kekuatannya hampir mirip dengan Panglima Mikhael! Apakah itu benar?" Nofiel  menunjukkan wajah terkejut.      

"Tak perlu kau perdulikan mengenai itu, Nofiel. Tetap saja dia memiliki darah iblis meski mempunyai sedikit kekuatan dari Panglima Mikhael. Hghh … itulah kenapa dulu Tuan Agung sangat murka ketika mengetahui ada banyak rekan kita yang bercampur dengan manusia." Zakhomel mendesah berat seakan sedang menyesali hal itu.     

"Tuan Agung telah memberikan kita kehendak bebas, free will, maka dari itu, kita bebas melakukan apapun sejauh itu tidak menyakiti manusia." Nafael menyahut.     

"Saudaraku, apa kau … jangan-jangan kau juga bercampur dengan manusia?" Zakhomel nampak terkejut.     

"Tuduhanmu itu keliru, Zakhomel. Aku hanya mengingatkan engkau mengenai free will yang diberikan Tuan Agung kepada kita. Kalaupun kita memilih untuk melakukan ini dan itu di luar perintah Tuan Agung, maka kita yang harus bertanggung jawab akan akibatnya. Dulu sudah banyak rekan kita yang menjadi Fallen Angel sesudah bercampur dengan manusia, meski sebagian lainnya bertobat dan menjadi lebih patuh pada Tuan Agung."     

"Ohh, pantas saja Panglima Mikhael tidak pernah mau tahu mengenai wanita manusianya berikut juga dengan keturunannya. Dia dulunya paling sibuk menumpas para nephilim untuk menunjukkan penyesalannya." Nofiel mengingat kembali masa lalu mengenai itu.     

"Kira-kira, apakah Panglima Mikhael tetap menutup mata jika dia tahu salah satu keturunannya memiliki kekuatan yang hampir mirip dengannya?" Zakhomel menampilkan raut tanda tanya.     

"Itu bukan urusan kita. Tak perlu membicarakan itu." Nafael pun melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan kedua malaikat tadi.     

"Sungguh aku masih tak paham dengan alur pikiran Nafael." Zakhomel memiringkan kepalanya sambil dahinya berkerut heran.     

"Sudahlah, saudaraku Zakhomel. Setidaknya tadi Nafael sudah tahu apa yang kita inginkan, ya kan? Ahh, itu Hazriel! Hei, Hazriel! Kemarilah, saudaraku!" Nofiel melihat Hazriel yang berjalan tak jauh di belakang mereka dan memanggilnya.     

"Ada apa, saudaraku?" Hazriel mempercepat langkahnya agar bisa mengiringi Nofiel dan Zakhomel.     

"Tidak bisakah kau membujuk Nafael lagi agar dia melupakan tugas 10.000 kebajikan itu?" Zakhomel menoleh ke Hazriel.     

"Aku sudah berulang kali mencoba. Tapi kau lihat sendiri betapa kukuhnya dia." Hazriel lalu menghela napas dan berkata, "Sekarang, kita lihat saja apa tindakan Nafael selanjutnya setelah dia mendengar apa keinginan kita tadi."     

.     

.     

Sementara itu, di Bumi ….     

"Kalian kaum pembohong! Tak ada yang namanya pengutusan kalian dari malaikat tinggi! Kalian tidak memiliki wewenang untuk mengganggu tugasku!" seru grimreaper kepada Zivena dan Gavin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.