Devil's Fruit (21+)

Menyamar Menjadi Hantu



Menyamar Menjadi Hantu

0Fruit 1388: Menyamar Menjadi Hantu     
0

Zivena dan Gavin baru saja meninggalkan rumah sakit itu ketika secara tiba-tiba saja ada sosok hitam melesat cepat menghadang langkah mereka.      

Kini, di depan keduanya ada sosok berjubah hitam yang memegang sabit besar menghadang Zivena dan Gavin. "Kau! Apa wewenangmu sehingga kau bisa ikut campur pada tugasku?" serunya marah.      

Sudah pasti Zivena dan Gavin mengenali sosok tersebut sehingga mereka tidak terlalu terkejut ataupun bertanya-tanya mengenai identitas sosok itu.      

Sosok berjubah serba hitam dan membawa sabit besar itu tentu saja adalah grimreaper yang telah bertemu dengan keduanya di rumah sakit.     

Menghela napas sebentar, Zivena berkata ke grimreaper itu, "Hghh … aku bukannya ingin menjadikan hobi apa yang aku lakukan tadi di dalam sana, tapi itu memang misi yang sedang aku jalankan."     

"Misi apanya!" Grimreaper itu marah, menganggap Zivena mempermainkan dia. Meski wajahnya tidak jelas terlihat karena tertutup oleh sebagian tudung hitam yang dia pakai, tapi jelas terlihat makhluk pencabut nyawa itu sangat tidak menerima tindakan Zivena di rumah sakit tadi, tepatnya di ruang operasi dan ruang isolasi juga.     

"Tanya saja pada atasanmu." Zivena menjawab santai.      

"Maksudmu?" Grimreaper itu menyipitkan matanya walaupun itu tidak akan terlihat oleh dua orang di depannya.     

"Yah, aku tak tahu tepatnya yang mana dari malaikat tinggi itu yang memberikan misi kepada aku dan kakakku, tapi dia menyuruh kami mengumpulkan 10.000 kebajikan. Selengkapnya, bisa kau tanyakan pada gerombolan mereka saja, oke?" Zivena tumben sekali bersedia menjelaskan cukup detil begitu pada seseorang. "Jadi, tolong mengerti dan biarkan aku menjalankan misiku dengan damai dan mulus saja, yah!"     

"Tidak bisa!" Grimreaper mengacungkan sabit besarnya ke depan, hendak menahan Zivena yang akan melanjutkan terbang lagi.     

"Tentu saja bisa!" Zivena menepis sabit di depannya menggunakan kekuatannya. Cahaya dari tangan dia berwarna kemerahan dan itu cukup kuat untuk membuat sabit besar itu terdorong ke samping.     

Melihat yang dilakukan Zivena, Grimreaper itu terkejut. Terlebih, untuk cahaya kemerahan yang dikeluarkan Zivena baru saja untuk menyingkirkan senjata kebanggaannya. "Kau … apa kau benar-benar malaikat?"     

"Hm?" Zivena menatap kedua tangannya sendiri untuk memeriksa apakah cahaya itu masih ada di sana.      

"Kau … kau berbau seperti malaikat, tapi bentuk energimu sedikit berbeda dari mereka." Grimreaper itu tidak bisa menahan untuk menyatakan apa yang sedari tadi dia rasakan mengenai Zivena, apalagi ketika gadis belia itu bisa mengeluarkan energi cahaya yang sangat mirip dengan milik malaikat tertentu.     

"Hm, yah … silahkan saja kau simpulkan sendiri mengenai aku. Yang penting, aku harus melakukan misi dari mereka dan aku harap tidak ada yang mengganggu jalannya misiku." Ada aroma ancaman tersamar dari kalimat terakhir Zivena.     

Karena Zivena membawa nama malaikat untuk menjelaskan tindakannya, mau tak mau Grimreaper itu pun mulai menepi ketika Zivena dan Gavin melangkah lagi dan membiarkannya pergi melewati dia.     

Meski begitu, Grimreaper itu masih tak bisa menerima tindakan Zivena yang dirasa telah menganggu tugas dia sebagai si pencabut nyawa. Sudah ada beberapa roh yang telah ditolong Zivena dan dikembalikan ke tubuh pasien oleh Zivena.     

Ini benar-benar tidak boleh dibiarkan begitu saja. Grimreaper harus segera menanyakan ini!     

Maka, mengabaikan Zivena dan Gavin, Grimreaper itu pun melesat terbang ke langit dan menghilang dengan cepat.     

Zivena dan Gavin yang melihat itu hanya diam dan mereka terus melayang terbang menjauh dari rumah sakit. Keduanya merasa sudah tidak ada lagi pasien yang sangat gawat untuk ditolong di tempat itu.     

Ketika keduanya baru saja beberapa ratus meter terbang menjauh dari rumah sakit menuju ke jalan besar, mata Zivena melihat adanya truk besar yang melaju cukup cepat dan sedikit aneh. Sedangkan ratusan meter di depan sana, di arah berlawanan, ada mobil keluarga yang melaju tenang.     

Dengan cepat, Zivena memindai truk itu dan mendapati sopirnya agak mabuk dan tidak ada kernetnya. Dia lekas berpikir bahwa jika ini tidak buru-buru ditanggulangi, truk besar itu bisa menabrak mobil keluarga tadi.     

Apalagi, di dalam mobil itu memang terdapat keluarga kecil yang sepertinya sedang pergi berlibur. Ada ibu, bapak dan 2 anak mereka yang masih kecil. Salah satu anak riang bernyanyi di jok belakang sedangkan kakaknya sibuk bermain game di tabletnya.     

Tak mau adanya tragedi menimpa keluarga itu, Zivena melesat ke depan. Ketika truk sudah kian dekat dengan mobil tersebut, Zivena menggunakan kekuatannya untuk memindahkan mobil ke arah di belakang truk.     

Bapak pengemudi mobil keluarga itu agak heran, merasa bahwa sepertinya tadi tak jauh di depannya ada truk, tapi kenapa sekarang truk itu sudah ada di belakang sana? Apakah mobilnya begitu cepat melewati truk itu? Bagaimana bisa dia tidak menyadarinya? Ahh, mungkin dia cukup lelah setelah menyetir beberapa jam.     

Selesai Zivena mengurus mobil keluarga itu, kini giliran Gavin yang bertindak. Dia melesat cepat ke sebelah sopir truk dan memegang kemudinya dan menekan rem sehingga truk pun berhenti di pinggir jalan. Sungguh beruntung jalanan itu sedang sangat sepi.      

Sopir truk itu agak bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Dengan sikap linglung dan agak mabuk, dia melihat ke sekelilingnya untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dia dan truknya. Sepertinya dia tidak ingin menepi tapi kenapa bisa begitu?     

Plakk!     

Zivena sudah berada di dalam truk itu dan menampar pipi pengemudinya. Gavin meringis iba pada pengemudi tersebut sembari berharap dirinya tidak mendapatkan hal sama dari gadis belia itu.     

Pengemudi truk itu memegangi pipi yang baru kena tampar keras. Matanya berkeliling mencari pelakunya, tapi … hanya ada dia saja di ruang sempit tersebut. "Si-Siapa?!" Mendadak saja nyalinya ciut. Ini masih siang hari tapi kenapa ada kejadian menyeramkan begini? Apakah karena jalan sepi kawasan ini?     

Perlahan, Zivena muncul dari gumpalan kabut putih di samping sopir, namun gadis itu malah memberikan penampilan mengerikan.     

"Aarrghhh!" Sopir itu berteriak ketakutan ketika menyadari adanya penampakan makhluk menyeramkan di sampingnya. Sosok perempuan muda dengan rambut panjang lurus hingga sepunggung, bergaun putih lusuh dan wajahnya pucat mengerikan.     

Yakin bahwa di sampingnya merupakan sosok hantu, sopir truk pun bergegas meraih kait pintu, dia hendak keluar melarikan diri. Ini siang bolong, tapi kenapa bisa ada hantu sejelas itu di dekatnya?     

Sayang sekali, kait pintu di sebelahnya sama sekali tidak bisa membantunya melarikan diri karena pintu sama sekali tidak bisa terbuka meski kait tersebut sudah digerakkan berulang kali dengan panik. Seakan-akan hantu itu tidak memperbolehkan sopir itu keluar dari sana.     

Sopir pun berpikir untuk kabur melalui jendela dengan cara memecahkannya. Namun, sosok pucat menyeramkan itu berkata, "Jangan coba-coba melakukan apapun atau aku makan kau!"     

Gavin yang ada di sana, masih berbentuk transparan, hanya bisa terkikik geli melihat tingkah Zivena. Untuk apa gadis belia itu menyamar menjadi hantu pucat? Gavin benar-benar tidak bisa mengetahui alur pikiran gadis itu.     

Sopir truk yang mendengar ucapan dari makhluk pucat jelmaan Zivena itu pun hanya bisa tetap diam di kursinya sambil panik ketakutan. Perlahan ada yang basah dari arah selangkangannya, hangat namun tidak disadari si sopir. Mungkin nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.