Devil's Fruit (21+)

Menyewa Vila Termahal di Resor Terbaik



Menyewa Vila Termahal di Resor Terbaik

0Fruit 1386: Menyewa Vila Termahal di Resor Terbaik     
0

Berkat kekuatan pikiran milik Weilong yang kuat, maka dia bisa mencapai tempat pemesan vila di resor Pantai Nihiwatu sehingga orang itu memundurkan jadwal reservasinya sampai seminggu, sehingga vila pun bisa digunakan oleh kelompok Jovano begitu resepsionis menerima telepon dari si pemesan itu.     

Wajah bingung resepsionis sedikit terlihat ketika dia baru saja menolak Jovano dan tak lama kemudian ada panggilan telepon dari salah satu pemesan di sana yang mengundurkan jadwal di resor.     

Karena tahu bahwa taktiknya pasti berhasil, Jovano meminta kelompok kecilnya itu untuk tetap bertahan di lobi resor tersebut dan duduk santai di salah satu sofa.     

Hati Jovano melonjak senang meski tak dia tampakkan ketika petugas resepsionis berjalan menghampiri Jovano, bertanya padanya, "Tuan, apakah Tuan masih berminat untuk salah satu vila di sini?"     

Kepala Jovano mendongak ke petugas itu seakan dia terkejut akan pertanyaan itu. "A-Ahh, iya, Kak, saya masih berminat. Lalu … apakah ada yang kosong?"     

"Setelah kami memeriksa, ternyata ada yang kosong, Tuan. Apakah Tuan ingin mengambilnya?" tanya petugas itu dengan sikap sopan. Bagaimana pun, tamu memang patut dilayani secara baik, apalagi jika itu akan mengundang banyak uang.     

"Hm, tentu saja akan saya ambil." Jovano bangkit dari duduknya dan kemudian mengikuti resepsionis kembali ke meja besar tadi untuk mengurus ini dan itu termasuk pembayaran.     

Jovano tentu saja sudah mempersiapkan segalanya, termasuk uang rupiah, dolar, dan juga kartu identitas yang sesuai. Dengan begitu, dia benar-benar terlihat seperti turis yang sungguh ingin berwisata.     

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengikuti petugas lainnya ke vila mereka menggunakan golf cart atau yang kadang disebut dengan nama keren buggy car dikarenakan jaraknya cukup jauh.      

Begitu tiba di vila yang dimaksud, mata Serafima berbinar senang. Vilanya berada di tempat agak tinggi, memiliki 2 lantai dan bangunannya sungguh tradisional dan penuh akan suasana eksotisme alam, ditambah dengan adanya private pool luas yang langsung bisa menikmati panorama laut biru menawan.     

Dan ketika kaki mereka melangkah masuk ke ruang tidur, suasana di sana begitu menakjubkan, terutama bagi Serafima yang baru kali ini berada di sebuah penginapan yang kental akan nuansa eksotisme alam.     

Kamar tidur mereka dikelilingi oleh dinding, pintu dan jendela dari kaca yang bebas dibuka jika ingin menikmati semilir angin. Lantainya dari kayu mahal dan semua ornament di sana seluruhnya mengandung unsur kayu, termasuk langit-langitnya.     

"Wuaahh! Ini luar biasa!" Serafima mendudukkan pantatnya di tepi ranjang kayu berbentuk kuno bagaikan tempat tidur para bangsawan yang bertiang kayu di tiap sudutnya serta dilengkapi kelambu, menambah kesan sensualitas vintage-nya.     

Seluruh perabot besar di kamar itu terbuat dari kayu. Ranjang, meja, kursi, lemari, bahkan kusen, lantai, dan langit-langit tanpa plafon sehingga yang terlihat hanya kerangka kayu yang bersih dan cantik.     

Bahkan nuansa bambu juga banyak di sana, dari kap lampu, tirai, atau beberapa pernik lainnya. Sungguh terasa sekali nuansa alaminya.     

"Kau menyukainya, sayank?" tanya Jovano sambil melirik ke istri pertamanya.     

"Tentu saja!" Serafima segera saja merebahkan dirinya di atas kasur besar dan empuk tersebut.     

"Bagaimana denganmu, sweetie?" Jovano bertanya ke Shona di sebelahnya sambil merangkul pinggangnya.     

Kepala Shona mengangguk saat dia tersenyum dan menjawab, "Tentu saja suka. Ini seperti liburan keren."     

Petugas yang mengantar mereka cukup termangu melihat kenyataan bahwa yang dipanggil mesra oleh Jovano tidak hanya salah satu dari wanita itu melainkan keduanya sekaligus. Langsung saja dia berasumsi bahwa semuanya pacar Jovano. Dia hanya bisa menghela napas pelan dalam hati, mencoba terbiasa dengan apapun kelakuan para tamu resor. Dia menganggap Jovano lelaki beruntung yang bisa menggaet 2 wanita molek sekaligus.     

Tak lama, petugas lelaki itu pun pergi setelah menyerahkan kunci vila ke Jovano dan beberapa barang lainnya. "Nanti, sebentar lagi akan datang petugas untuk mengantarkan welcome treat, Tuan."     

"Ya, terima kasih." Jovano menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah ke petugas itu.     

"I-Ini terlalu banyak, Tuan." Petugas itu menundukkan kepala. Mungkin dia belum pernah menerima tip sebesar itu dari tamu.      

"Tak apa. Ambil saja, Pak. Untuk keluarga Bapak." Jovano masih menyodorkan uang itu yang kemudian diterima dengan sikap sopan petugas lelaki paruh baya itu.     

"Terima kasih, Tuan. Terima kasih." Petugas itu membungkuk berulang kali sambil berterima kasih ke Jovano. Dia hanya  bisa berasumsi bahwa Jovano anak konglomerat. Mengambil kamar vila pun yang paling mahal di resor itu, yaitu Rp 270 juta semalamnya.     

Setelah petugas benar-benar pergi, Jovano kembali ke istri-istrinya yang sedang berbincang di atas kasur. "Tempatnya keren, yah!"     

"Banget, Jo." Shona mengangguk.     

"Aku suka di sini! Bisakah kita satu bulan di sini?" Serafima sangat menyukai tempat itu, terlebih dia bisa menikmati pantai dan laut yang tak pernah dia temui di Antediluvian. Ketika dia berkunjung ke Bumi pun dia langsung dihadapkan pada peperangan dan pertempuran tanpa henti. Bersantai setelah semua kerja keras selama ini, boleh kan? Begitu batinnya.     

"Jangan satu bulan, sayank. Terlalu lama. Seminggu saja, yah!" Jovano tersenyum lembut ke istri pertamanya. Satu bulan? Harus seberapa dalam dia menggali tabungannya jika memaksa sebulan berada di tempat itu? Bisa-bisa dia harus jadi babi ngepet kalau Serafima ingin sebulan di sana.     

Meskipun Jovano memiliki jumlah uang yang fantastis di tabungannya, meski dia memiliki bisnis sendiri semenjak kecil dan secara teratur diberi berlimpah uang oleh kakeknya, namun jika satu bulan berada di vila termahal ini, rasanya akan terlalu membuang-buang uang dan waktu. Mereka masih memiliki misi, dia tak boleh melupakan itu.     

"Apakah ini kamar termahal di sini, Jo?" Shona bertanya. "Berapa harga satu malamnya?"     

"Pokoknya bisa aku bayar, kok Sho, tenang saja." Jovano mengedipkan satu mata ke istri keduanya.      

"Ahh, ya benar, si pemesan yang sah hanya memundurkan seminggu saja, kan?" Shona teringat.     

"Ya, maka dari itu, kita hanya bisa ada di sini selama seminggu saja. Tak apa, kan?" Jovano bersyukur Shona bisa memahaminya.     

"Kalau begitu … setelah seminggu, bisakah kita ganti resor?" Rupanya Serafima masih ingin dalam nuansa berlibur cantik. Dia tak ingin liburan hebatnya ini berakhir terlalu cepat.     

"Yah, nanti kita lihat dulu, yah sayank, karena kita kan masih punya tugas berat menunggu untuk kita selesaikan." Terpaksa Jovano mengingatkan istri pertamanya mengenai misi utama mereka saat ini.     

Bibir Serafima mengerucut. Dia memang ingat akan misi yang harus mereka jalani, tapi dia juga menyukai liburan ini. "BIsakah kita berlibur di tempat seperti ini lagi kalau misi sudah selesai?" Ia berjuang menekan egoisnya. Melihat Shona terlihat sangat mengerti Jovano, membuat dia tidak ingin kalah dan juga harus bisa bersikap kooperatif dan tenang terkendali.     

"Ya, tentu saja, sayank. Kita akan libur panjang setelah semua misi terselesaikan, yah! Maka dari itu, kita selesaikan dengan secepatnya misi supaya bisa lekas berlibur." Jovano menggapi Serafima dan memeluk untuk menghibur sang istri.     

Jovano tidak bisa menyalahkan Serafima sepenuhnya jika istri pertamanya itu ingin lebih banyak menikmati waktu menyenangkan, terutama ketika berada di Indonesia yang merupakan surga pariwisata.     

Memang sebuah godaan sangat besar ketika mereka harus menjalani sebuah misi berat di suatu tempat dimana banyak tempat wisata indah bertebaran di sekeliling mereka.     

Misi itu dianggap berat oleh Jovano bukan karena isi misinya, tapi jumlah yang harus dia penuhi agar misi terpenuhi. Jika hanya harus menghancurkan iblis jahat, siluman nakal, atau menolong orang dari tindak kejahatan apapun … itu merupakan hal mudah bagi Jovano. Namun bila harus sampai nominal 10.000, itulah yang dianggap berat oleh Jovano.     

Mengingat jumlah sebesar itu yang harus mereka penuhi, Jovano segera teringat akan adiknya. Zivena ada di belahan bumi lainnya bersama dengan Gavin dan juga si burung api, Hong Wang. Bagaimana kondisi mereka saat ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.