Devil's Fruit (21+)

Penjelasan dari Jovano



Penjelasan dari Jovano

0Fruit 1382: Penjelasan dari Jovano     
0

Suanggi jadi-jadian itu sudah diperangkap di dalam kubah ilusi ciptaan Weilong. Segala yang berkaitan dengan ilusi memang merupakan kekuatan dari naga iblis mungil itu.     

Meski begitu, ternyata iblis yang menjadi tuan dari Suanggi itu hendak menyerang Shona. Untung saja Jovano cepat tanggap dan menghindarkan Shona dari serangan itu dan dia mengejar iblis itu keluar.     

Di luar, di angkasa yang hanya berbintang, Jovano bertarung melawan iblis itu dan dia dengan mudah mengalahkannya menggunakan dua kekuatan unik dia, membuat si iblis mendelik terkejut bukan main.     

Kemudian, Jovano kembali ke rumah itu dan berkumpul dengan kelompoknya di sana.     

Shona masih menatap tak percaya dengan apa yang ada di depannya. Ada sosok gadis muda yang diduga merupakan pelaku dari serangan Suanggi akhir-akhir ini. Dan mereka semua mengenali gadis itu.      

Wena.     

"Jo! Bukankah itu …." Shona menunjuk ke arah perempuan muda yang tergeletak di kasur. "Bukankah itu Wena?" Dia tak yakin tapi wajah yang dia lihat memang adalah Wena.     

"Benar. Itu memang Wena. Dialah Suanggi jadi-jadiannya." Jovano mengangguk mengiyakan apa yang menjadi tanda tanya besar di benak istri keduanya.     

"Kenapa …." Shona sampai kehilangan kata-katanya.      

Shona masih tak habis pikir. Wena, bukankah itu adalah gadis yang sudah mengantarkan mereka mencari rumah di kampung wisata ini? Dia adalah gadis yang terlihat ramah, periang dan manis. Lalu kenapa dia menjadi Suanggi?      

"Kenapa kau tadi terburu-buru menyuruh kami kembali ke sini, Jo?" tanya Serafima setelah dia teringat akan apa yang tadi menjadi rasa penasarannya.     

"Ohh itu … yah, karena aku mendadak saja merasa heran kenapa sepertinya kampung ini saja yang warganya tertidur lelap sedangkan kampung lainnya para penghuni tidak ada yang berani tidur dan sibuk bergadang untuk berjaga." Jovano menjelaskan.     

"Hanya karena itu saja?" Mata Serafima memicing seakan tak percaya.     

"Aku punya kekuatan Sniffer dari Mom. Aku tadi sempat menebarkan kekuatanku hingga radius ratusan kilometer, yah itu cukup melelahkan, he he he, dan aku mendapati banyak kampung di desa ini ternyata tidak ada yang warganya tidur lelap. Oleh karena itu aku curiga dengan situasi kampung kita ini." Rupanya ini yang membuat Jovano lelah bukan main sebelumnya hingga dia harus bergegas melahap banyak Buah Energi Roh.     

"Ohh, rupanya begitu. Ahh, kenapa kau masih menyuruh kami berkeliling untuk menyelidik kampung sebelah jika kau punya kekuatan semacam itu? Tsk!" decih Serafima.     

"He he he … maaf. Aku juga baru sekali ini mencoba kekuatanku di radius seluas itu. Tadinya aku kurang yakin akan bisa mencapainya, tapi ternyata bisa. Itu juga setelah kalian jauh dari aku, maka kupikir ya sudahlah biar kalian jalan-jalan sebentar, he he …." Jovano menggaruk kepalanya sambil meringis.     

"Lalu, kenapa kau langsung bisa menduga bahwa pelakunya …." Shona menoleh kembali ke tubuh tanpa jiwa yang tergolek di atas kasur, tubuh Wena.     

"Dia … mengenai itu … aku tadi setelah selesai memakai Sniffer ke seluruh kampung di desa ini, aku langsung merangkai semua informasi yang aku dapat sejak di sini."     

"Apa saja itu, Jo?" Serafima masih ingin tahu lebih banyak.     

Jovano menggeleng. "Salah satunya dari yang dikatakan Teno bahwa dia tidak diserang Suanggi ketika dia dan temannya suatu malam pergi keluar kampung. Selain itu, Teno juga berkata kalau bibir pelaku Suanggi, jika itu merupakan jelmaan dari manusia, maka bibirnya pucat dan tak akan bisa memerah meski diberi sirih sekalipun."     

"Ohh! Lalu?" kejar istri pertama Jovano.     

"Nah, karena aku lihat Wena dan Teno sepertinya cukup dekat, aku menghubungkan insiden Teno dan temannya bertemu Suanggi dan hanya teman Teno yang diserang. Di situ aku mulai menduga, jangan-jangan Teno tidak diserang karena Suanggi itu mengenal baik Teno." Ini yang menjadi kecurigaan Jovano di tahap awal.     

"Lainnya lagi …," lanjut Jovano, "aku melihat bibir Wena terlihat pucat saat siang itu. Aku pikir mungkin karena cuaca dingin di kampung ini, tapi aku teringat bahwa tentunya bibir manusia akan mudah memerah di lingkungan dingin dan hanya akan memucat jika suhu terlalu dingin, sedangkan di sini tidak, di sini suhu dinginnya masih sangat wajar. Dari sana aku mulai menghubungkan info dari Teno tentang bibir pelaku Suanggi jadi-jadian."     

"Ohh, pantas saja." Shona angguk-anggukkan kepalanya karena sudah paham. "Jo, kau benar-benar pemikir yang tajam. Kau pantas jadi detektif," pujinya ke sang suami sambil tersenyum.     

"He he … hanya mencoba berpikir cepat untuk menuntaskan misi. Dan Teno juga memberitahuku mengenai cara Suanggi jejadian keluar dari tubuh aslinya untuk mencari mangsa. Ini sudah menjadi rahasia umum di sini mengenai Suanggi jejadian." Jovano menambahkan.     

"Jadi … maksudnya … jiwa dari pelaku Suanggi … keluar melalui … a-anus?" Shona mendadak syok ketika menemukan fakta setelah dia berpikir melalui apa yang tersaji di depannya. Wena tidak memakai celana dan berposisi seperti hewan yang tidur telungkup dengan menekuk semua kakinya.     

Kepala Jovano mengangguk untuk memberikan persetujuan atas dugaan yang dituturkan Shona. "Yah … begitu itu, dah!"      

"Apakah kau sengaja menggulingkan tubuh Wena ke samping agar dia tidak bisa kembali ke tubuh aslinya?" tebak Shona.     

Dalam hati, Jovano memuji kecerdasan Shona, namun dia tidak berani menyampaikan terang-terangan atau Serafima bisa cemburu dan kecil hati. Ia hanya mengangguk saja dengan senyum disertakan pada wajah bule tampannya.     

Segera saja, Serafima menggerakkan selimut di bagian bawah kasur untuk menutupi tubuh pinggang ke bawah dari Wena. "Tsk! Gadis bodoh!" decihnya karena tak mau suaminya berlama-lama menatap bagian telanjang Wena, sambil dia menatap dengan kening berkerut ke Wena.      

"Pfftt!" Jovano menahan tawanya melihat tindakan istri pertamanya. Padahal, mana mungkin dia akan terangsang hanya dengan melihat tubuh bawah telanjangnya Wena, sedangkan dia memiliki 2 istri yang sangat molek memikat napsu? DUA!     

"Jo, kau mau masuk ke dalam sini dan menanyai dia?" tanya Weilong tanpa menunjukkan sosoknya.     

"Ya, Paman. Bawa aku ke dalam." Jovano mengangguk.     

"Aku ikut!" Shona berseru.     

"Aku juga!" Serafima tak mau ketinggalan.     

"Ayo."      

Ketiganya pun masuk ke dalam kubah kabut buatan Weilong. Itu merupakan dimensi ilusi ciptaan si naga iblis mungil.     

"Wena." Jovano pertama yang bersuara.     

Suanggi itu menoleh ke belakang di mana Jovano terdengar. Tapi ketika dia menoleh, tak ada sosok Jovano, hanya suara saja. Rupanya ini memang diatur oleh Weilong agar Jovano dan 2 istrinya tidak perlu berinteraksi langsung dengan si Suanggi.     

"Wena, kenapa kau menjadi Suanggi?" Jovano bertanya lagi.     

"Bukan urusanmu!" teriak Suanggi itu.     

"Wena, aku bisa membuatmu kembali normal, tapi kau harus melepaskan ilmu sesat itu dulu," bujuk Jovano. Meski dia sendiri tak tahu bagaimana caranya, tapi dia lebih baik membujuk dengan cara itu. Dia yakin dia pasti akan mendapatkan caranya jika mencari buku di perpustakaan milik kakeknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.