Devil's Fruit (21+)

Suanggi Hendak Kembali ke Tubuh Asli



Suanggi Hendak Kembali ke Tubuh Asli

0Fruit 1381: Suanggi Hendak Kembali ke Tubuh Asli     
0

Baru saja kelompok 2 orang yang diatur Jovano memeriksa beberapa kampung wisata di desa Waturaka, mendadak saja Jovano menyadari sesuatu dan menyuruh semua anggota kelompoknya untuk berkumpul kembali ke kampung Ruby mereka.     

Dan seperti yang sudah diduga Jovano, kampung Ruby mereka ternyata memang sangat sepi suasananya. Kecurigaan Jovano ternyata terbukti, bahwa serangan Suanggi selanjutnya memang ditujukan ke kampung Ruby ini.     

Bahkan Weilong pun merasa kecolongan karena dia terlalu meremehkan monster jadi-jadian itu.     

Jovano sudah tiba di salah satu rumah dan dia segera masuk begitu saja di rumah itu dan melesat ke salah satu kamar. "Kau!" Ia berteriak keras.      

Di depannya sudah ada sesosok yang berwujud aneh sedang melayang di atas orang yang tertidur pulas. Wujudnya menyerupai perempuan berambut panjang, namun tidak memakai baju dan di bagian telinganya seperti ada selaput lebar yang mirip sayap. Kulitnya bersisik bagaikan ikan.     

Sosok itu terkejut ketika melihat Jovano dan Weilong. Mata besarnya yang berwarna merah menyala terpaku sejenak dengan mulut bergigi hiu dia menganga.     

Namun, makhluk jadi-jadian itu segera tersadar sebelum Jovano mengayunkan tangannya untuk menebas makhluk itu menggunakan pedang besarnya.     

Makhluk berwujud buruk dan aneh itu pun segera melarikan diri dengan sangat cepat. Jovano dan Weilong mengejarnya namun mendadak saja mereka kehilangan jejaknya.     

"Di mana dia? Kenapa cepat sekali hilangnya?" tanya Weilong dengan kepala sibuk ditengokkan ke segala arah.      

"Dia cepat sekali. Sangat cepat! Aku tak yakin dia tidak mendapatkan bantuan iblis." Jovano dengan segera mengeluarkan dugaannya. "Ayo Paman! Bantu aku mencari tubuh aslinya!"     

"Apa kau tahu di mana itu?" Weilong menatap tak yakin ke Jovano.     

"Sepertinya." Jovano menoleh ke Weilong dengan senyum singkat.     

"Heh? Bocah, jangan main-main!" Weilong merasa sedang digoda.     

"Ayo, Paman! Sebelum dia kabur dan tak terdeteksi." Jovano melesat terbang dari rumah itu dan mengedarkan kekuatan pelacakannya, Sniffer, yang dia dapatkan dari ibunya secara genetic alias menurun.     

Kekuatan Sniffer yang dipunyai Jovano mirip seperti milik Andrea, bisa melacak hawa dan aura supernatural seseorang dalam radius tertentu. Metode Sniffer menggunakan kekuatan mental yang cukup besar dan harus diedarkan ke seluruh wilayah yang bisa dicakup, lalu mulai melacak dari sana dengan berkonsentrasi.     

Meski begitu, kekuatan Sniffer Jovano belum sehebat Andrea. Terkadang dia masih kelelahan dan itu menciutkan lingkup radius pelacakannya.     

Seperti saat ini, Jovano memang cukup kelelahan. Namun, dia lekas mengeluarkan Buah Energi Roh dan melahap cepat untuk menambah energinya.     

Saat terbang hendak menuju ke tempat pelakunya, Jovano bertemu dengan Shona dan Serafima yang sudah tiba di kampung Ruby.     

"Jo, ada apa?" tanya Serafima begitu mereka bertemu.     

"Nanti aku jelaskan. Yang penting, tolong lindungi warga di sini dengan ketat, yah!" Jovano tidak ingin panjang lebar menerangkan tindakannya dan memerintahkan kedua istrinya untuk berjaga-jaga.     

Jovano meneruskan terbang menuju ke sebuah rumah. Weilong melesat di sebelahnya.     

Ketika Jovano menembus ke dalam jendela rumah itu, ia melihat monster Suanggi jadi-jadian itu sudah berada di kamar tersebut dan hendak kembali ke tubuh aslinya.     

Weilong terpana melihat apa yang ada di depannya. Ada sosok perempuan muda yang tidak memakai celana, berposisi seperti anjing yang tidur telungkup dengan pantat agak dinaikkan.     

Suanggi itu hendak masuk ke tubuh aslinya melalui dubur. Namun, Jovano lebih cepat bereaksi dan mengibaskan pedangnya ke makhluk itu.     

Dengan cepat, Suanggi pun urung kembali ke tubuh aslinya karena menghindari sabetan pedang Jovano.     

Selagi Suanggi itu sedang menghindar, Jovano lekas saja menendang tubuh perempuan muda sehingga dia terguling ke samping, posisinya pun berubah.     

"Tidaaaakkkk!" seru Suanggi itu saat melihat tubuhnya digelimpangkan ke samping oleh Jovano. Ada kepanikan di wajahnya yang tergurat jelas. Karena tindakan itu, dia menatap Jovano dengan pandangan penuh kebencian. "KAU!"     

"Paman Weilong!" teriak Jovano.     

"Aku tahu!" Weilong menjawab dengan teriakan juga dan segera dia mengerahkan kekuatannya.     

Suanggi jadi-jadian itu pun langsung terheran-heran ketika dia menyadari dirinya sudah berada di alam antah berantah. "I-Ini di mana … kok—"     

"Kau pikir kau bisa lolos dari kami?" Terdengar suara Weilong meski tak ada wujud. "Huh! Kau masih butuh puluhan ribu tahun lagi jika ingin mengelabuiku!"     

Sementara itu, Jovano terduduk di lantai dengan peluh lelah di sekujur tubuhnya. Dia lekas saja melahap 3 Buah Energi Roh sekaligus, lalu mengatur napasnya.     

Shona dan Serafima bergegas datang ke tempat itu dan menyaksikan Jovano sedang terduduk di lantai dan ada kubah hologram pekat dari kabut warna kelabu yang sepertinya sedang mengurung seseorang.     

"Jo, itu …."     

"Iya, Sera, di dalam kurungan kabut itu ada Suanggi." Jovano menjawab istri pertamanya.     

"Jo, bukannya itu—" Shona hendak mengatakan sebuah nama, namun mendadak saja dia ditarik cepat oleh Jovano.     

Darrr!     

Ledakan supernatural terjadi di kamar itu, nyaris mengenai Shona apabila Jovano tidak bergegas menarik wanita muda itu.     

"Kalian berdua di sini saja menjaga Paman Wei!" Jovano melesat keluar untuk mengejar pelaku peledakan supernatural tadi.     

Di saat Jovano sudah berada di luar, dia melihat sosok yang diselimuti kabut hitam, sosok itu setinggi kurang lebih 3 meter dan berbadan sangat kurus dari siluet kabut yang diberikan.     

"Kau! Pasti kau dalangnya!" seru Jovano pada sosok berkabut di depannya.     

"Kenapa kau ikut campur dengan urusanku?" Sosok berkabut itu bertanya ke Jovano ketika mereka sama-sama melayang di langit gelap yang hanya diterangi bintang.     

"Kenapa kau harus melukai manusia?" Jovano balik bertanya.     

"Hah! Kenapa kau aneh sekali? Kau ini berdarah iblis juga, kan? Lalu kenapa kau malah melindungi manusia?" Sosok berkabut mempertanyakan hal yang masih tidak dia pahami secara nalarnya.     

"Apakah semua yang berdarah iblis harus berbuat jahat dan melakukan perusakan di semua tempat? Maaf saja, tapi ideologi yang aku miliki berbeda denganmu." Jovano menatap tajam ke iblis di depannya.     

Ya, Jovano langsung paham bahwa Suanggi jadi-jadian yang meneror warga desa wisata Waturaka sebenarnya memiliki 'tuan' yaitu sesosok iblis.     

Seperti yang sudah dikatakan selama ini bahwa banyak Suanggi yang sebenarnya adalah manusia yang bersekutu dengan setan jahat atau iblis.     

Namun, yang Jovano yakini, keduanya tidak bersekutu melainkan hubungan tuan dan budak. Dalam arti, Suanggi menjadi budak iblis yang memberinya kekuatan.      

Jovano yakin jika Suanggi mencari mangsa, nantinya aura jahat akibat perbuatan itu akan ditelan menjadi energi yang dikonsumsi oleh iblis yang menjadi majikannya.     

Sedikit banyak, Jovano paham cara kerja iblis biasanya dalam menyesatkan manusia. Iblis memang tidak bisa membunuh atau menyakiti manusia secara langsung. Mereka butuh 'medium' yaitu manusia itu sendiri yang diberikan bisikan dan rayuan berbagai cara agar manusia terjerumus melakukan kejahatan.     

Setelah manusia melakukan kejahatan, maka itu akan menjadi makanan dan kebanggaan bagi para iblis yang berhasil menyesatkannya.      

Jovano menatap ke iblis di depannya dan segera saja dia mengeluarkan Api Hitam Nerakanya.     

Mata iblis itu mendelik lebar melihat apa yang ada di tangan kiri Jovano. "Ba-Bagaimana bisa kau punya … tidak! Tidak!" Dia hendak melarikan diri dari sana setelah yakin bahwa Jovano bukanlah sosok yang bisa dia hadapi.     

Booff!     

Jovano tidak menyia-nyiakan waktu dan melemparkan Api Hitam Neraka dia ke iblis itu.     

Sreett!     

Ternyata si iblis berhasil menghindari api hitam Jovano. Dia menyeringai mengejek Jovano sambil melesat terbang menjauh.     

Tetapi, mata iblis itu membelalak lebih lebar ketika melihat apa yang ada di tangan kanan Jovano. "Ca-Chaya Surgawi? K-Kau kan iblis! Siaalll!"     

Usai mengucapkan itu, tubuh iblis itu pun hancur setelah diterjang sinar dari telapak tangan Jovano.     

Setelah yakin iblis itu telah dimusnahkan tanpa banyak mengeluarkan tenaga, Jovano kembali ke rumah tadi dan menjumpai 2 istrinya masih berjaga di sana.     

"Jo, sudah?"     

"Ya, sudah."     

"Jo … itu … Wena?" Shona menunjuk ke perempuan muda yang ada di atas kasur.     

"Benar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.