Devil's Fruit (21+)

Si Naga Keluar Usai Berkultivasi Panjang



Si Naga Keluar Usai Berkultivasi Panjang

0Fruit 1379: Si Naga Keluar Usai Berkultivasi Panjang     
0

Jovano mulai curiga dengan gerak-gerik Teno sejak mendengar hal mengenai Suanggi tadi. Dia pun bertanya pada pemuda itu, ""Teno, kenapa kau sepertinya sangat takut pada Suanggi?" Jovano curiga. "Apakah kau … pernah diserang Suanggi?" Ia mengerutkan kening ke pemuda itu.     

Teno menelan ludah sambil menatap gelisah ke Jovano. "Aku … aku … aku pernah melihat temanku … diserang Suanggi … di depan mataku." Lalu usai menjawab demikian, Teno pun menundukkan kepalanya.     

"Temanmu diserang Suanggi?" Jovano dan dua istrinya serempak bertanya dengan wajah terkejut mereka.     

Teno mengangguk lemah. "Alat kelamin temanku … digigit hingga putus oleh Suanggi saat dia menggoda seorang perempuan di tengah jalan waktu kami hendak pulang ke kampung ini pada suatu malam. Kuakui … dia memang kelewatan isengnya, padahal sudah aku peringatkan untuk bersikap sopan pada siapapun."     

"Lalu kau … kau bebas dari Suanggi itu?" tanya Serafima dengan heran sekaligus takjub.     

"Ya, aku memang terbebas darinya karena aku tidak ikut bersiul menggoda, tapi apa yang aku lihat … merupakan sebuah trauma yang sulit aku lupakan." Suara Teno melirih saat dia kembali menundukkan kepalanya.     

"Apa sejak itu kau khawatir Suanggi akan mengejarmu?" tanya Jovano penuh selidik.     

"Ya. Karenanya, mulai sejak itu, aku selalu mengonsumsi akar-akaran yang dibenci Suanggi dan makan serta minum apapun yang serba pahit untuk menjauhkanku dari dia. Juga … memakai celana dalam secara terbalik." Di akhir kalimatnya, suara Teno sangat lirih, karena dia sangat malu ketika mengungkapkan itu.     

"Celana dalam terbalik?" Serafima hendak tertawa tapi dia tahan dan mempertanyakannya. "Maksudnya?"     

"Itu … konon Suanggi tidak mendekati orang yang memakai dalaman yang terbalik, bagian dalam dipakai di bagian luar, seperti itu." Teno menjelaskan dengan wajah memerah karena malu.     

"Ohh … side A ditukar dengan side B, gitu kan?" Jovano kini paham dan sedikit terkekeh. Teno mengangguk untuk mengiyakan.     

"Ya ampun, aku pikir kau memakai celana dalam seperti tokoh superman, ternyata bukan itu." Shona pun ikut paham. Tinggal Serafima yang masih belum terkoneksi dengan hal tersebut, karena dia jarang turun ke bumi manusia. Serafima lebih banyak menghabiskan waktunya di alam Antediluvian, alam khusus untuk para nephilim. "Nanti akan aku jelaskan, Sis," bisik Shona ke madunya sambil mengedipkan satu mata.     

Tak berapa lama kemudian, Teno dan Wena pun pamit mohon diri. Nanti Teno akan kembali lagi ke rumah wisata itu untuk menjemput Jovano dan mengantarnya ke dusun terdekat untuk membeli pakaian baru.     

Sepeninggal kedua remaja tadi, Jovano pun duduk dengan kedua istrinya ada di sebelahnya. "Sepertinya kita punya kasus di sini."     

"Ya, ini kesempatan sangat bagus untuk menambah isi bola kristal itu." Shona menambahkan sambil mengangguk.     

Jovano mengeluarkan bola kristal yang didapatkannya dari malaikat kala itu. Bola itu masih berisi cairan keemasan yang sangat sedikit berada di dasarnya. "Masih butuh banyak kebajikan lagi yang harus dikumpulkan."     

"Benar." Serafima dan Shona serempak menjawab sambil anggukkan kepala.      

.     

.     

Malam harinya, usai Jovano diantar oleh Teno pergi ke dusun sebelah, dia membawa beberapa bungkusan plastik berisi pakaian dan diberikannya ke Shona dan Serafima. "Aku beli cuma 2 baju untuk kalian. Ini hanya syarat saja supaya orang tidak heran ketika melihat kita tak bawa tas atau baju ganti."     

Shona dan Serafima menerima baju itu, mereka mengangguk paham. Dalam waktu sekejap, mereka sudah mengganti baju mereka dengan yang dibeli Jovano hanya dengan jentikan jari saja.     

"Urusan tas ransel, nanti kita bisa ciptakan itu dan orang akan mengira kita benar-benar para backpacker dari luar negeri." Jovano memberi saran dan disetujui kedua istrinya.      

Mereka memang akan terlihat aneh jika pergi ke sana dan sini tanpa membawa tas apapun. Orang akan heran dan curiga bila mereka tidak berlaku seperti layaknya turis pada umumnya.     

Malam semakin berlari, dan suasana kampung Ruby lekas menjadi sunyi meski ini baru jam 8. Semua orang sepertinya memilih untuk berdiam saja di rumah daripada di luar sejak kabar adanya serangan Suanggi di kampung sebelah.     

"Kata Teno tadi waktu kami pergi ke dusun sebelah, kampung yang diserang adalah kampung Diamond yang letaknya sekitar 30 kilometer dari sini dan itu termasuk kampung terdekat dari sini. Makanya warga di sini jadi ketakutan." Jovano rebah sambil membiarkan dua lengannya menjadi bantal bagi kedua istri di sisi kanan dan kirinya.     

"Apakah malam ini kita akan menyelidiki mengenai Suanggi itu?" tanya Shona sambil menatap sang suami.     

"Bisa saja." Jovano mengangguk. "Kita bisa diam-diam keluar dan menuju ke kampung Diamond untuk melihat suasana di sana."     

Baru saja Jovano selesai bicara, mendadak saja keluar asap putih kecil di atas kepalanya dan kemudian dari asap itu berubah bentuk menjadi sebuah sosok kecil. "Hah! Akhirnya!"     

Mata Jovano berbinar ketika melihat sosok itu. Dia bangkit terduduk di kasur saking girangnya. "Weilong! Akhirnya keluar juga!"     

"Huh! Bocah ini sepertinya sangat gembira melihat Yang Mulia Weilong ini." Seperti biasa, naga kecil nan imut—Weilong—bertutur begitu narsis.      

"Apakah sudah puas bermeditasi?" tanya Jovano.     

"Meditasi? Maksudmu kultivasi? Ya, cukup puas. Apalagi ada banyak sumber daya alam di tempat itu, kultivasiku semakin meningkat pesat!" Lalu, Weilong mengerahkan dayanya dan keluarlah sinar seputih susu memancar dari tubuh kecilnya.     

"Tapi sepertinya kau masih saja tetap kecil begitu." Serafima mengernyitkan kening.     

Weilong bagai ditohok di ulu hati mendengar ucapan Serafima. "Bocah sialan! Siapa kau? Berani-beraninya kau menghina Yang Mulia Hebat ini!" Weilong menatap tajam penuh emosi ke Serafima.     

"Paman Weilong lupa? Dia ini pasanganku, Paman. Istri pertamaku." Jovano mengingatkan Weilong mengenai siapa Serafima.     

"Ohh? Huh! Aku ini susah mengingat orang yang tidak penting, jadi maklumi saja." Weilong membuang muka dengan sikap angkuh dan dua lengan terlipat.     

"Naga boncel!" geram Serafima.     

"Apa kau bilang?!" Weilong segera arahkan pandangan tajam ke Serafima.     

"Hei, hei, sudah lah, jangan bertengkar, please … kalian ini sudah besar dan dewasa, kan? Jangan bertengkar seperti anak kecil." Jovano melerai keduanya.     

"Huh!" Serafima dan Weilong sama-sama membuang pandangan dengan gaya angkuh.     

Kemudian, mata Weilong menangkap gerakan Shona yang bermanja pada Jovano. "Hei, bukankah dia itu anak dari si pangeran gila itu? Kenapa dia begitu padamu?" Pandangan Weilong menyelidik penuh curiga melihat ke Shona.     

Shona terkikik geli dan Jovano menjawab, "Dia … dia juga pasanganku, Paman. Dia istri keduaku. Sera istri pertamaku, he he he …."     

"Astaga!" Bola mata Weilong segera saja melotot hingga nyaris lepas dari rongganya demi mendengar penjelasan singkat Jovano. "Huh …." Wajah Weilong mendadak saja meluruh seakan putus asa. "Bangsa kalian ini memang terbiasa rakus akan apapun, tak heran jika istri kalian apabila ditumpuk hingga bisa membentuk dinding sekeliling kota," sindirnya.     

"Tsk, Paman Weilong baru saja keluar sudah nyinyir seperti nenek tua begitu, pfftt!" balas Jovano.     

"Bocah! Berani sekali kau menyebutku—"     

"Paman, apa kau tertarik dengan sebuah kasus misteri?" potong Jovano tanpa membiarkan Weilong menyelesaikan kalimat kesalnya.     

"Kasus misteri?" Weilong mendadak saja menunjukkan ketertarikannya.     

"Ya, dan aku yakin ini hanya Paman saja yang bisa menanganinya," bujuk Jovano. Dia paham jika Weilong mudah dibujuk dengan kata-kata yang bisa membengkakkan ego serta harga diri sang naga mungil.     

"Hm? Hanya aku saja yang bisa menanganinya?" Benar saja, Weilong dengan mudah jatuh ke perangkap kalimat manis Jovano.     

Anggukan kepala Jovano menunjukkan keseriusan meski pemuda itu menahan tawa gelinya. Ia pun menceritakan kepada Weilong mengenai Suanggi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.