Devil's Fruit (21+)

Mengenai Suanggi



Mengenai Suanggi

0Fruit 1378: Mengenai Suanggi     
0

Suasana Kampung Wisata Ruby mendadak gempar ketika mereka mendengar salah satu orang berteriak sambil setengah berlari sambil menyebut mengenai Suanggi.     

Meski ada banyak turis mancanegara, namun rupanya mereka juga berwajah kecut ketika Suanggi disebutkan.     

Jovano menoleh ke arah Teno dan bertanya ke pemuda di sebelahnya itu, "Teno, apa itu Suanggi?"     

Terlihat wajah pucat Teno yang ragu-ragu saat menjawab. "Su-Suanggi … itu …."      

"Suanggi itu hantu jahat, Kak." Wena malah yang menjawab pada akhirnya ketika melihat Teno nampak gugup.     

"Hantu jahat?" ulang Jovano dengan nada tanya.     

Kepala Wena mengangguk. "Ya, dia hantu perempuan jahat."     

"Wena! Jangan cerita tentang dia!" Teno terlihat makin gelisah saat Wena hendak menjelaskan mengenai Suanggi.     

"Teno …." Wena menatap Teno.     

"Teno, jangan khawatir." Jovano mendadak saja merasa sangat penasaran dengan hal Suanggi ini. Dia harus tahu seluk-beluk mengenai apa yang menjadi sumber geger warga kampung ini.     

"Tapi, Kak Jo …." Teno menatap ragu ke Jovano.     

"Kami kan sudah menjadi warga baru di sini, meski hanya untuk satu minggu. Maka dari itu, kami harus mengetahui apapun yang ada di sini, termasuk Suanggi yang baru saja membuat heboh orang sini." Jovano membujuk Teno agar bersedia menceritakannya.     

Wena menatap ke Teno dan akhirnya pemuda itu mengangguk lemah sebagai tanda persetujuan. Maka, gadis itu pun mulai menjelaskan ke Jovano. "Suanggi di NTT ini tuh bisa berupa hantu dan bisa juga seorang dukun atau manusia yang berlatih ilmu hitam, Kak Jo. Tapi semuanya adalah sosok jahat. Sangat jahat."     

"Kenapa kalian mengatakan dia jahat? Apa yang biasanya dia lakukan?" Jovano kian tertarik ingin mengetahui mengenai Suanggi.     

"Jika Suanggi adalah wujud dari manusia yang bersekutu dengan setan jahat, maka dia akan mengeluarkan rohnya di malam hari untuk berburu mangsa." Wena mulai menjelaskan.     

"Apa yang dia buru?" tanya Jovano.     

"Siapapun, tapi biasanya pria hidung belang. Walau ada juga Suanggi manusia yang gemar berburu wanita hamil atau anak kecil." Wena menjawab.     

"Dia kanibal? Memakan daging orang begitu saja?" Serafima tak tahan ikut bertanya.      

Wena menggeleng. Tiba-tiba Teno yang menyambar untuk menjawab, "Untuk kasus ibu hamil, Suanggi tidak memakan begitu rupa. Dia akan memakan janin yang dikandung. Ibu hamil akan merasa bahwa janinnya perlahan-lahan menghilang dari perutnya, atau jikalau pun janin itu bisa lahir, akan mengalami persalinan yang tidak normal bahkan mati."     

"Suanggi menggunakan ilmu hitam dia untuk memangsa buruannya, Kak." Wena melanjutkan. "Dia suka memakan isi perut dan hati manusia dengan cara supernatural."     

"Cara supernatural? Bagaimana maksudnya?"     

"Katanya, jika seseorang yang isi perut atau hatinya diambil oleh Suanggi, orang itu akan mengalami sakit yang tidak wajar dan ujung-ujungnya dia akan mati."     

"Lalu, untuk pria hidung belang?" tanya Serafima.      

"Untuk pria hidung belang, dia akan menggigit dan memakan alat kelamin pria yang dia pikat." Wena menjawab ke Serafima.     

Jovano langsung bergidik membayangkan alat kelamin yang dimakan oleh sosok jahat. Itu sungguh ngilu jika dibayangkan. "Ngeri sekali yang namanya Suanggi itu, yah! Jadi dia bersifat kanibal?"     

"Ya, bisa dikatakan begitu, Kak Jo." Wena mengangguk lalu melanjutkan, "Katanya, Suanggi itu perwujudan dari wanita pendengki atau pendendam yang bersekutu dengan setan. Ada juga yang berkata kalau Suanggi itu dukun jahat."     

"Bukannya tadi juga dikatakan Suanggi itu ada yang bukan manusia?" Shona ikut bertanya.     

"Ya, Kak Shona. Ada juga jenis Suanggi yang benar-benar hantu jahat, bukan manusia. Tapi, banyak yang memercayai kalau itu merupakan arwah jahat dari manusia yang dulunya menjadi Suanggi sewaktu masih hidup." Wena menoleh ke Shona sambil menjawab.     

"Oke, jadi, Suanggi ini lebih seperti manusia yang bersekutu dengan setan untuk mencari mangsa di malam hari, dan mangsa favoritnya adalah lelaki hidung belang, wanita hamil dan anak kecil. Benar?" Jovano menyimpulkan.     

"Benar, Kak Jo." Wena mengangguk ke Jovano.     

"Lalu, biasanya bagaimana cara dia menyerang biasanya?"     

"Biasanya dia lakukan di malam hari, Kak Jo. Dia akan melepas rohnya keluar dari tubuh dan menyelinap di rumah warga, bersembunyi dulu di bawah kolong tempat tidur untuk menunggu mangsanya terlelap dan dia akan menggunakan ilmu hitamnya untuk merobek dan mengambil isi perut atau hati atau janin yang nantinya akan dia makan mentah-mentah. Pokoknya cara-cara yang kurang bisa dipikirkan oleh akal sehat manusia."     

"Kenapa dia terdengar seperti … Kuyang atau Leak, yah?" Jovano mengerutkan dahi.     

"Kuyang?" Shona menoleh ke Jovano.     

"Leak?" Serafima juga demikian ke Jovano.     

"Itu … perwujudan dari manusia yang bersekutu dengan iblis untuk mendapatkan kekuatan dari ilmu hitam mereka dan biasanya mereka akan keluar di malam hari untuk mencari mangsa." Jovano menjelaskan secara singkat.     

"Kakak tahu juga tentang Kuyang dan Leak?" Wajah Wena terlihat takjub ke Jovano. Tidak disangka, Jovano yang orang bule bisa tahu tentang dua hal jahat yang terkenal di Indonesia.     

"Ohh, aku kadang membaca beberapa buku mitos dan legenda di Indonesia." Jovano terkekeh kecil saat menjawab.     

"Wah, Kak Jo rupanya suka membaca hal-hal berbau mitos dan supernatural di Indonesia!" Mata Wena menyiratkan kekaguman ke Jovano.     

"Yah … pikirku waktu itu … aku kan hendak pergi ke Indonesia, maka dari itu aku juga harus mengetahui tidak hanya hal-hal indah di Indonesia yang kasat mata, tapi juga hal tak kasat mata pula, ya kan? Biar komplit, he he he …." Jovano beralasan. Padahal, dia sudah terbiasa membaca mengenai hal tersebut sejak lama, semenjak dia kecil dan mengetahui bahwa dia memiliki 'akar' di Indonesia dari pihak ibunya.     

"Apakah Suanggi punya kelemahan?" tanya Shona.     

"Katanya sih ada, Kak." Wena mengangguk. "Kata orang sini, Suanggi tidak suka daging pahit, beberapa ramuan akar-akaran, dan juga bawang."     

"Maka dari itu, Kak, warga terkadang banyak mengonsumsi ramuan pahit atau makanan dan minuman berbau menyengat atau pahit agar daging kami terasa pahit dan dijauhi Suanggi." Teno menyahut.     

"Lalu, Kak … dikatakan juga kalau Suanggi akan kesulitan berburu mangsa jika tempat tidurnya tidak memiliki kolong. Dengan kata lain, orang akan lebih aman dari serangan Suanggi jika dia tidur lesehan, paham kan maksudnya?" Wena menyambung.     

"Lesehan?" Serafima mengerutkan kening merasa asing dengan istilah itu.     

"Artinya tidur dengan kasur diletakkan di lantai begitu saja, sayank," bisik Jovano ke istri pertamanya.     

"Ohh, begitu." Serafima kini mengerti apa itu lesehan.     

"Juga dikatakan oleh orang daerah sini yang memercayai Suanggi, agar tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan Suanggi. Orang harus memperlakukan Suanggi dengan baik, jika dia meminta sesuatu, segera harus dikabulkan." Wena meneruskan penjelasannya.     

"Kok begitu?" Shona terlihat tak suka. "Dia sudah jahat begitu dan kalian masih harus menjaga perasaan dia? Bahkan mengabulkan apapun keinginannya? Sungguh tidak masuk akal!"     

"K-Kak, jangan berkata ketus begitu mengenai Suanggi! Nanti … nanti dia dengar." Teno terlihat gugup sambil menatap ke Shona.     

"Teno, kenapa kau sepertinya sangat takut pada Suanggi?" Jovano curiga. "Apakah kau … pernah diserang Suanggi?" Ia mengerutkan kening ke pemuda itu.     

Teno menelan ludah sambil menatap gelisah ke Jovano.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.