Devil's Fruit (21+)

10.000 Kebajikan



10.000 Kebajikan

0Fruit 1372: 10.000 Kebajikan     
0

"Ehem! Jadi … ada beberapa syarat dan kondisi untuk kali ini. Dan bisa kukatakan ini tidaklah semudah yang kalian bayangkan." Hong Wang memulai. Tapi, dia terlihat sedikit bingung. Entah apa yang membuatnya begitu aneh, tidak biasanya bersikap ragu demikian.     

Padahal Jovano sudah tak sabar ingin segera menuntaskan misi terakhir ini. Pecahan jiwa milik ibunya tinggal 30 persen lagi dan akan terkumpul secara komplit dan utuh.     

Mendadak saja, langit bagai terbelah dan muncul 2 malaikat archangel menemui mereka. Penampilan mereka begitu megah dengan zirah keemasan menyilaukan mata.     

"Kalian para iblis hendak mengacau di bumi ini?" tanya salah satu malaikat. Wajahnya bersinar terang hingga tidak tampak jelas.     

"Tidak, kami tidak ingin mengacau atau apapun di sini kecuali untuk mengambil kristal jiwa milik ibuku." Jovano menjawab.     

Malaikat itu menoleh ke Jovano dan memiringkan kepalanya sambil berkata, "Kau! Kau rupanya si anak terlarang itu! Di tanganmu terdapat kekuatan surgawi!" Ada nada tak senang dari ucapan malaikat tersebut.     

Sementara itu, malaikat satunya menahan si wajah bercahaya terang. "Kita tidak diberikan wewenang untuk menindak dia, jangan melebihi perintah."     

Malaikat wajah bercahaya itu pun surut dan urung maju ke Jovano. Lalu dia berkata, "Jadi, kau mencari ini?" Dari telapak tangan malaikat itu muncul sebongkah besar kristal merah.     

"Kristal jiwa Mom!" pekik Jovano dengan mata melebar.     

Ketika Jovano hendak menggapai kristal itu, malaikat wajah cahaya tadi sudah melenyapkan kristal tersebut. "Kami memang memiliki pecahan jiwa ibumu, 30 persen dari yang kau inginkan. Kami diperintahkan untuk menyimpan ini."     

Kening Jovano berkerut. "Diperintahkan? Oleh siapa?"     

"Tentu saja oleh bos besar mereka, Jo." Pangeran Djanh berkata di sisi Jovano. Pemuda itu pun paham maksud ucapan ayah mertuanya.     

"Kenapa kalian pihak Nirwana ingin turut campur pada kristal itu?" tanya Jovano dengan wajah tak suka.     

"Pemilik jiwa ini sudah berlebihan menggoda kaum yang kami pantau." Malaikat itu memaksudkan mengenai Dante si nephilim.      

"Mom tidak menggoda Dad. Justru tadinya Mom menolak Dad, namun Dad yang mengejar Mom untuk bertanggung jawab." Jovano tentu saja mengetahui asal usul dirinya hadir di dunia ini.     

"Tidak perduli yang kau katakan, dia tetaplah berdosa dan kau sebagai keturunan mereka harus menebus dosa orang tua kalian." Malaikat itu berkata dengan nada datar tanpa emosi.      

"Terutama ayahmu merupakan pengkhianat Nirwana dan juga pengkhianat kaumnya." Malaikat satunya menimpali.     

Ohh, jadi ini tentang balas dendam Nirwana terhadap keluarganya? Demikian pikir Jovano.      

Pihak Nirwana seakan mendapatkan angin segar setelah menemukan cara untuk membalas sakit hati mereka akan pengkhianatan Dante sebagai putra dari Mikhael.     

"Apa yang harus aku lakukan supaya kristal itu kembali pada ibuku?" Jovano tidak ingin bertele-tele dan ingin semua lekas dituntaskan saja. Meski dia membujuk seperti apapun, pasti kedua malaikat itu tidak akan bergeming dan akan tetap mempersulit dirinya untuk mendapatkan kristal itu secara baik-baik.     

"Kau bisa memiliki pecahan jiwa ini, asalkan … kau bisa membuktikan pada kami kesungguhan niatmu." Malaikat wajah bercahaya berkata.     

"Bagaimana caranya? Katakan saja." Jovano sudah mulai geram karena dia merasa kedua malaikat itu berputar-putar saja tanpa langsung mau mengatakan intinya.     

"Berikan pada kami 10.000 kebajikan," kata malaikat.     

"Hah? 10.000 kebajikan? Bagaimana cara aku bisa beri itu ke kalian?" Dua alis Jovano terangkat tinggi-tinggi.     

"Cari itu di bumi manusia dan berbuatlah 10.000 kebajikan di sana, maka Nirwana akan memberikan pecahan jiwa ibumu." Malaikat itu mengeluarkan sebuah bola kristal seukuran bola tenis berwarna putih bening. Bola kaca itu melayang ke Jovano. "Gunakan itu untuk memenuhi 10.000 kebajikan yang kami pinta."     

"Ini?" Jovano menerima bola kristal putih bening itu dan menatap heran.     

"Jika kau nantinya sudah melakukan kebajikan, maka akan muncul cairan berwarna keemasan di dalam bola itu dan akan terus memenuhi bola kristal sampai jumlah yang kami minta jika kau terus mengumpulkan kebajikan di bumi manusia." Malaikat satunya menerangkan.     

Tiba-tiba, dari dalam alam Cosmo, melesat keluar seutas cahaya putih dan kemudian berubah menjadi sosok Zivena. "Aku juga anak dari yang kalian sebut pengkhianat, maka aku juga harus mengerjakan sama seperti kakakku." Ia menatap kedua malaikat dengan tatapan tegas.     

Kedua malaikat itu merasakan tubuh mereka gemetar ketika menatap Zivena.     

"Kau! Bagaimana kau bisa punya kekuatan Mikhael begitu banyak?!" Malaikat wajah cahaya menatap terkesiap kepada Zivena.     

"Aku tak paham yang kau ucapkan." Zivena tak ambil pusing dengan ucapan malaikat itu dan berkata, "Cepat, berikan aku juga bola kristal yang tadi. Aku akan mengerjakan kebajikan juga."     

Akhirnya, salah satu malaikat pun mengeluarkan satu lagi bola kristal bening dan bola itu melayang ke arah Zivena. "Pergunakan dengan bijak."     

"Hanya perlu mengumpulkan 10.000 kebajikan, kan?" tanya Zivena usai menerima bola kristal di tangannya.     

"Ya." Usai berkata demikian, kedua malaikat itu pun bergegas melesat naik ke angkasa dan menghilang di antara awan yang terbelah.     

Sepeninggal kedua malaikat itu, kelompok Jovano masih melayang di atas Danau Kelimutu.      

"Sepertinya tidak ada hal lainnya lagi yang bisa aku lakukan di sini." Pangeran Djanh memecah suasana hening antara mereka.     

"Baiklah, Pa." Jovano paham ini memang sudah bukan kewajiban ayah mertuanya lagi untuk tetap mendampingi mereka. "Terima kasih atas semua bantuan Papa dan Mama mertua."     

Pangeran Djanh dan Revka mengangguk lalu keduanya melesat menghilang.     

Tinggallah kelompok Jovano ditambah Zivena.      

"Kak, aku bisa bangkitkan orang koma dengan kekuatan baruku, Energi Bisikan Jiwa." Zivena membuka pembicaraan.     

"Lah, Zi, kalau kau bisa melakukan itu, bisakah kau lakukan untuk Mom?" tanya Jovano penuh harap.     

"Bagaimana bisa itu dilakukan kalau pecahan jiwanya saja tidak dalam jangkauan kita, Kak! Salah-salah, Mom akan terbangun dengan keadaan setengah jiwa saja, malah nanti akan seperti orang idiot, Kak!"     

"Oh, iya juga yah! He he he …."     

"Lagi pula, Kak, aku bisa melakukan Energi Bisikan Jiwa ini pada manusia karena jiwa mereka yang koma masih ada di dunia dan tidak tersebar seperti Mom."     

"Oke, oke, Kak Jo paham sekarang, Zi."     

"Jadi, Zizi akan ke mana setelah ini?" tanya Shona pada adik iparnya.     

"Aku akan berkeliling dunia untuk membangunkan pasien-pasien koma di rumah sakit dengan kekuatanku tadi, Kak Sho." Zivena menjawab kakak iparnya.     

"Bolehkah aku menemani Zizi?" Tiba-tiba, Gavin menawarkan diri.     

Pandangan semua orang langsung tertuju pada Gavin, bahkan kening Zivena berkerut memberikan tatapan curiga pada lelaki cambion itu.     

"Kau yakin, Gav?" tanya Serafima.     

"Tentu yakin! Aku mana mungkin tega membiarkan Zizi berkelana sendirian saja tanpa ada yang melindungi, ya kan?" Gavin beralasan.     

"Hm, sepertinya itu ide sangat bagus. Aku setuju." Jovano mengangguk akan usul Gavin. "Zi, biarkan Gavin mendampingi kamu dan sekaligus bisa menjagamu."     

"Asalkan dia tidak macam-macam padaku, aku sih tak masalah, Kak Jo." Zivena melirik ketus ke Gavin.     

"Lapor ke Kakak kalau dia berani macam-macam padamu, akan Kakak buat dia tak punya masa depan." Jovano melirik penuh isyarat ke Gavin.     

"Aha ha ha … aku … aku mana berani, sih Kak Jo?" Gavin terkekeh canggung.     

"Baiklah, kalau begitu, sekarang kita bisa berpencar di sini." Jovano sebagai ketua kelompok mulai membagi tugas. "Aku, Sera dan Sho akan berkutat di Indonesia, sedangkan kalian berdua bisa keliling dunia. Pokoknya, selalu waspada, hati-hati dan jangan gegabah menghadapi apapun!"     

Mereka semua mengangguk dan mulai berpencar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.