Devil's Fruit (21+)

Indonesia, Here We Come!



Indonesia, Here We Come!

0Fruit 1371: Indonesia, Here We Come!     
0

"Sekarang, ke mana selanjutnya kita harus pergi, Om Ver?" Jovano lekas bertanya pada Hong Wang sebagai penuntun mereka pada keberadaan pecahan jiwa Andrea.     

"Ke tempat yang kau mungkin pernah mendengarnya." Hong Wang menjawab.     

"Mana itu?"     

"Bumi Indonesia."     

Jovano dan yang lainnya luar biasa terkesiap mendengar ucapan Hong Wang.     

"Indonesia?" tanya Revka dengan dahi berkerut. "Bukankah itu asal-usul si bengek jelek?"      

"Jangan suka mengatakan hal buruk mengenai teman yang kau sayangi, dear kitty …." Pangeran Djanh mencubit lembut dagu istrinya.     

"Tsk!" Revka menepis tangan suaminya di dagu dia dan cemberut sambil berkata, "Teman yang aku sayangi apanya! Jangan bermimpi! Huh!" Namun, usai mengatakan itu, wajah Revka merah padam seakan sedang mempertahankan apa yang dia ucapkan tadi meski sepertinya bertentangan dengan yang ada di hati.     

Gelagat Revka yang sudah biasa disaksikan Pangeran Djanh hanya ditimpali kekehan geli sang pangeran Incubus.     

"Keluar dulu dari sini, nanti akan aku jabarkan di Indonesia! Skrriiiii!" Hong Wang terbang membumbung tinggi di angkasa sebelum nanti menukik turun kembali ke kelompok Jovano.     

Revka menutup kedua telinganya sambil mendengus kesal, "Tidak bisakah dia bersuara enak di kuping daripada bersuara seperti kaleng rengginang dipukul besi begitu?"     

"Sshh … jangan sampai dia dengar atau nanti dia ngambek, kitty honey," bisik Pangeran Djanh sambil mengedipkan satu mata dan telunjuk ada di bibirnya.     

"Tsk!" Revka pun membuang muka dan saat itu pula lah Hong Wang sudah terbang rendah dan melayang anggun di atas Jovano.     

"Ayo kita mulai merapal mantr—"     

"Kenapa repot-repot pakai mantra?" Pangeran Djanh memotong ucapan Jovano. "Kalian tidak lupa siapa aku, kan? Djanh si kuat dan hebat!" ucapnya sambil membusungkan dada dengan bangga.     

Bugg!     

Revka memukul dada membusung suaminya dengan punggung tangan. "Jangan memalukan! Kalau mau membantu mereka yah lekas! Buruan!" desaknya ke sang suami.     

"He he, iya sayank, iya." Pangeran Djanh mengusap daerah bekas pukulan istrinya. Tidak sakit sama sekali, tapi dia berlagak saja. "Nah, sekarang … tutup mata kalian semua."     

Jovano dan yang lainnya pun melakukan yang diminta Pangeran Djanh. Termasuk Hong Wang pun patuh menutup matanya.     

"Sudah." Terdengar kembali suara Pangeran Djanh hanya sesaat setelah mereka menutup mata.     

Jovano mengerutkan kening sebelum membuka mata, seakan dia ragu, benarkah ini sudah di tempat tujuan? Secepat itu? Berapa detik tadi? Sepersekian detik?     

Dan ketika mata Jovano dibuka, terdengar jeritan di sebelahnya. "Wuaahh! Ini di mana!" Itu adalah Serafima yang berteriak saat dia menyadari sekelilingnya merupakan daerah seperti pegunungan dan memiliki 3 kawah luas berdekatan dengan warna berbeda di airnya.     

Ternyata Pangeran Djanh tidak berbohong bahwa dia tak perlu mantra ataupun banyak waktu untuk membawa mereka berpindah alam dunia. Jovano takjub sampai tak bisa berkata-kata pada kekuatan ayah mertuanya. Sungguh, ayah mertuanya ini terlalu OP!     

"Ini di mana?" Serafima ribut bertanya saat dia menyadari dia ada di salah satu bibir kawah tersebut.     

"Coba tanya ke Jo, mungkin dia tahu." Mata Pangeran Djanh mengerling.     

Jovano lekas melihat ke sekelilingnya sembari berpikir keras mengingat akan sesuatu. "Tunggu sebentar, ini kita di bibir kawah, tapi ada kawah lainnya dan air di masing-masing kawah berbeda. Aku seperti pernah membaca ini di buku geografi. Hm …. ahh! Danau Kelimutu di Flores! Benar kah? Apa benar saat ini kita di Flores?" Jovano mengerutkan keningnya, seolah tak yakin dengan jawabannya sendiri.     

"Kalau kau meyakini demikian, maka memang demikian, Jo." Pangeran Djanh mengedipkan satu matanya ke menantu kebanggaan.      

"Danau Kelimutu?" Shona berbisik seakan untuk dirinya sendiri. "Apakah ini yang disebut Danau Tiga Warna? Kalau begitu, ini ada di pulau NTT, bukan? Nusa Tenggara Timur?"     

"Putriku rupanya tidak memalukan wawasannya," puji Pangeran Djanh sambil menatap bangga ke putrinya sembari acungkan ibu jari beserta senyum lebar nyaris ke telinga.     

"Yah, aku hanya seorang geek di sekolah." Shona mengangkat acuh tak acuh bahunya.      

Jovano melirik istri keduanya dengan rasa bangga.      

Melihat itu, Serafima cemberut, merasa dirinya bodoh karena tak tahu apa-apa. "Iya, iya! Setelah ini aku akan buka buku dan belajar banyak hal!"     

Shona menyadari kalau Serafima sedang merasa insecure dan lekas memeluknya. "Sis Sera jangan begitu. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing."     

"Ya, dan kebetulan kekuranganku melebihi kelebihanku." Serafima memutar bola matanya.     

"Baguslah kalau kau menyadari itu, bocah tomboy," ledek Revka ke sepupunya.     

"Revka!" hardik Serafima.     

"Hei, kau sekarang sudah turun pangkat menjadi me-nan-tu-ku! Panggil aku dengan benar." Dagu Revka terangkat tinggi.     

Serafima sudah hendak mendebat ketika Jovano teringat akan Hong Wang. "Di mana Om Ver?" Kepalanya memandang sekeliling mencari sosok si burung api.     

"Oh iya, aku tidak melihat Om Ver sejak tadi kita tiba di sini." Shona pun ikut mengedarkan pandangannya mencari Hong Wang.     

"Kwaaakkk!" Kemudian, muncullah Hong Wang dari dalam lengan baju Pangeran Djanh. "Kau iblis sialan! Beraninya menaruh Yang Mulia ini di dalam lenganmu dan dihimpit ketiakmu! Skrriiii! Tidak termaafkan! Penghinaan yang tidak termaafkan!"     

Namun, alih-alih takut, Pangeran Djanh malah menyeringai sambil menjawab, "Bukankah aku sudah berbaik hati menyelamatkanmu? Atau kau lebih suka dilebur sampai musnah ketika melewati atmosfer alam penyihir tadi, hm?"     

Hong Wang mendadak terdiam. Dia memang mengakui dalam perjalanan singkat tadi dia sempat ditolak oleh atmosfer yang membungkus alam penyihir. Jika bukan karena Pangeran Djanh bergegas melemparnya ke dalam lengan bajunya, mungkin Hong Wang akan selamanya berada di alam penyihir atau lebur hancur jika memaksakan diri keluar begitu saja dari alam itu.     

Sebenarnya Hong Wang bisa saja marah ke Pangeran Djanh yang menggunakan metode bawa langsung seperti tadi. Dikarenakan sang pangeran tidak memakai mantra, maka tindakan yang dilakukan adalah benar-benar membawa mereka melintasi alam dan dimensi.     

Hong Wang dan kelompok Jovano selama ini menggunakan mantra yang diberikan oleh King Zardakh karena untuk meminimalkan gesekan antar dimensi.     

Tapi, yah … semua metode tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri.     

"Nah, Om Ver, ini sudah ada di sini … apa yang hendak kau sampaikan pada kami mengenai kristal Mom?" Jovano tak sabar. Mereka harus mencari di Indonesia! Di tanah air sang ibu. Betapa mendebarkan!     

"Sebelumnya, apakah keberadaan kita semua di sini bisa dilihat manusia?" Shona terpaksa menginterupsi untuk bertanya. Ia melihat ke arah ayahnya.     

Kepala Pangeran Djanh menggeleng. "Kalian pikir manusia akan tenang-tenang saja melihat posisi kalian yang sangat di tepi kawah begitu?"     

Rupanya tidak ada satu manusia pun yang bisa melihat mereka saat ini. Mengetahui itu, Jovano membumbung naik ke angkasa.     

"Woohoo! Ini keren banget!" teriak Jovano setelah diyakinkan tak akan ada manusia yang melihat mereka.      

Shona dan Serafima pun menyusul Jovano, diikuti Gavin juga. Mereka ikut berteriak senang dan makin takjub ketika melihat ke bawah, Danau Tiga Warna kian terlihat nyata kecantikannya dari atas langit begitu.     

"Tsk! Dasar bocah amatir … begitu saja tercengang," gumam Hong Wang sambil geleng-geleng melihat kelompok Jovano yang sedang terbang di atas kawah. "Mudah sekali menyenangkan bocah seperti mereka, tsk!"     

"Kau tidak pernah jadi bocah?" tanya Pangeran Djanh yang sudah berada di sebelah Hong Wang secara tiba-tiba.     

"Skriiii! Jauhkan wajah licikmu itu dariku!" Hong Wang bergegas terbang menjauh dari Pangeran Djanh, mungkin takut bila dikempit lagi di ketiak seperti sebelumnya. "Hei bocah ingusan! Kapan kalian hendak serius dengan kristalnya, hah?" hardiknya saat terbang di dekat Jovano dan lainnya.     

Mereka pun kembali menapak ke tanah tepi kawah dan siap mendengarkan Hong Wang. Burung itu melayang rendah di atas kelompok Jovano.     

"Ehem! Jadi … ada beberapa syarat dan kondisi untuk kali ini. Dan bisa kukatakan ini tidaklah semudah yang kalian bayangkan." Hong Wang memulai.     

Namun, mendadak saja langit bagai terbelah dan muncul 2 malaikat archangel menemui mereka. Penampilan mereka begitu megah dengan zirah keemasan menyilaukan mata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.