Devil's Fruit (21+)

Penghukuman Bagi Dua Penjahat



Penghukuman Bagi Dua Penjahat

0Fruit 1369: Penghukuman Bagi Dua Penjahat     
0

Akhirnya, masa berbulan madu di kastil alam penyihir pun usai setelah menjalaninya selama 3 hari. Kini, mereka harus kembali pada misi.     

Para anggota Tim Blanche sudah dipulangkan ke tempat masing-masing sesuai dengan tugas mereka. Saat ini, yang masih berada di kastil hanyalah kelompok misi Jovano dan juga ayah-ibu Shona, Pangeran Djanh dan Revka.     

"Sebelum kita kembali pada misi, bolehkah meminta sesuatu, Kak Jo?" tanya Gavin pada malam harinya.     

"Jangan katakan kau ingin bersenang-senang dengan para penyihir di sini, Gav!" Serafima sudah mengerling tajam ke Gavin.     

"A-Aha ha ha …." Gavin tertawa canggung akan tembakan dari Serafima. "Um, bukan itu, Kak Sera. Ini … ini mengenai duo bajingan itu." Usai menyebut itu, mata Gavin mendadak berubah menjadi serius dan tajam.     

"Maksudmu … Alphegor dan Molof?" tanya Serafima.     

Kepala Gavin mengangguk sebagai jawaban.      

"Ohh, benar. Kita masih punya urusan dengan mereka berdua, ya kan Gav?" Mata Shona menyorot tajam ke Gavin ketika dia teringat akan dua iblis pemilik kastil terdahulu.     

"Baiklah, kita perpanjang sehari lagi waktu kita di sini untuk mengurus mereka." Jovano mengangguk sebagai tanda persetujuan atas permintaan anggota kelompoknya. Dia juga masih belum bisa melepaskan kegeraman serta dendamnya pada Molof yang telah berbuat terlalu jauh pada salah satu istrinya.     

"Papa!" panggil Shona di udara kosong dan tak lama kemudian, muncul secara perlahan kabut tipis yang kian lama membentuk siluet dua orang.     

"Ya, dear?" Pangeran Djanh muncul disertai istrinya begitu kabut yang menyelimuti sudah hilang dan menampilkan sosok utuh dirinya.     

"Pa, aku dan Gavin juga Jo ingin mengurus dua iblis brengsek yang Papa tangkap kemarin. Boleh?" Shona menatap tajam ke ayahnya, khawatir tidak diperbolehkan.     

Tapi, mana mungkin Pangeran Djanh tidak menuruti permintaan putri kesayangannya? Apalagi sang putri sudah berhasil menikahi lelaki yang memang dia harapkan sejak awal. "Ohh, tentu saja boleh, dear. Itu sungguh suatu yang sangat mudah."     

Kemudian, Pangeran Djanh menaikkan dua telapak tangannya dan memunculkan 2 gelembung seperti gelembung sabun. Di dalam bola gelembung itu terdapat Alphegor dan Molof dalam gelembung mereka masing-masing.      

"Hah! Akhirnya!" Gavin menggertakkan gerahamnya ketika dia melihat Molof.     

Dimunculkan pada ruangan yang dikelilingi orang-orang yang memiliki masalah dengannya, mana mungkin nyali Molof tidak ciut? Wajahnya pucat seketika dan terlihat memelas. Dia segera menjatuhkan lutut sambil meratap, "Tolong ampuni saya! Tolong ampuni saya yang tak tak tahu diri ini! Tolong ampuni nyawa saya!" Dia berteriak-teriak dengan kata-kata tersopan mungkin yang bisa dia keluarkan dari mulut jahatnya.     

Sementara itu, Alphegor hanya terdiam dan menunduk. Dia merasa dosa-dosanya pada kelompok Jovano tidak seberat Molof, maka dia yakin penghukuman untuknya jauh lebih ringan ketimbang rekannya. Oleh karena itu, Alphegor sengaja diam untuk tidak menarik perhatian.     

"Ayo kita bawa mereka ke arena gladiator!" seru Jovano sambil menyeringai.     

Mendengar itu, mau tak mau tak hanya kepala Molof saja yang terangkat, tapi juga Alphegor. Mereka bertanya-tanya, hendak diapakan mereka selama di arena gladiator?     

Apabila mereka akan bertempur dengan adil, rasanya Alphegor dan Molof akan bisa menangani kelompok Jovano. Oleh pemikiran sama mereka, dua iblis jahat itu pun memunculkan harapan di benak mereka.     

Akhirnya, semua orang itu pun pergi ke luar kastil dan sampai di tempat lapang yang biasa digunakan Alphegor untuk mengadakan pertandingan gladiator.      

"Apakah kami—"     

"Nah, di sini, kalian bebas melakukan apapun pada mereka, aku akan menyegel kekuatan mereka, apapun itu." Belum sempat Alphegor berkata-kata, sudah keluar ucapan dari Pangeran Djanh.      

Mata Alphegor dan Molof seketika membeku. Kekuatan mereka akan disegel? Bukankah itu sebuah bencana bagi mereka berdua?     

"Memangnya bisa, Pa?" tanya Jovano ke ayah mertuanya.     

"Bisa. Aku pernah menemukan metode penyegelan kekuatan di dalam sebuah buku kuno." Pangeran Djanh menyeringai menakutkan. "Namun, aku harap kalian melakukannya dengan cepat, oke! Jangan lebih dari satu jam."     

Rupanya, penyegelan itu hanya bisa dilakukan dalam kurun waktu satu jam belaka. Mungkin kekuatan yang diperlukan untuk melakukan itu sangatlah besar hingga Pangeran Djanh yang hebat pun hanya bisa menahannya selama 1 jam saja.     

"Hanya 1 jam? Tidak masalah! Itu lebih dari cukup, Pangeran!" Gavin menyeringai sambil menggeratakkan buku-buku jarinya seraya menatap tajam ke Molof.     

"Benar, Pa. Waktu 1 jam itu sungguh mudah untukku." Shona mengerutkan keningnya dalam-dalam sambil mempersiapkan diri.     

"Oke, baiklah kalau begitu." Pangeran Djanh pun melafalkan sebuah mantra dengan kedua tangan terarah ke 2 gelembung berisi Alphegor dan Molof.     

Dua iblis jahat itu menggelengkan kepala mereka dengan raut ngeri. Mereka sadar, nyawa mereka hanya kurang dari 1 jam melekat di tubuh mereka.     

Sembari melafalkan mantra yang cukup panjang, muncul sinar yang menyelubungi 2 gelembung itu. Sinar itu berwarna putih terang dan perlahan sinar itu pun masuk ke dalam gelembung.     

"Aaaarghhh! Jangan!" teriak Alphegor dan Molof ketika tubuh mereka hendak bersentuhan dengan sinar tadi yang mereka yakini merupakan sinar penyegelan yang dikatakan Pangeran Djanh.     

Namun, mana mungkin Pangeran Djanh menghentikan itu? Hal mengasyikkan seperti menyiksa orang lain itu sungguh memuaskan dirinya.      

Pada akhirnya, gelembung itu pun dipenuhi oleh sinar putih terang tersebut yang menenggelamkan penampakan kedua iblis jahat di dalamnya yang berteriak menjerit menolak perlakuan pada mereka.     

"Pa, memangnya tidak mengapa kalau kita menghukum Alphegor?" Jovano menoleh ke ayah mertuanya. Ada kekhawatiran di matanya saat berkata, "Kurasa dia dari salah satu klan iblis cukup kuat di Underworld."     

Pangeran Djanh sudah merampungkan mantranya dan membiarkan sinar itu menelan seluruhnya tubuh Alphegor dan Molof di dalam sana. Ia menyeringai khas dan menjawab, "Apakah kau meragukan ayah mertuamu ini?"     

Jovano terdiam dan dia langsung paham bahwa klan milik Alphegor tidak akan bisa berbuat apapun meski Alphegor disiksa olehnya. Yah, kekuasaan Pangeran Djanh sebagai klan iblis tertinggi di Underworld memang tak bisa diremehkan pengaruhnya.     

Karena sudah paham, Jovano pun mengangguk dan diam. Lalu, pandangannya tertuju ke 2 gelembung sabun tipis namun kuat itu dan sinar di dalam sana sudah kian menghilang dan menyisakan Alphegor dan Molof yang terengah-engah berlutut di dasar gelembung yang melayang.     

"Nah, silahkan …." Pangeran Djanh cukup menjentikkan jarinya dan 2 gelembung itu pun menghilang, dan tinggallah Alphegor serta Molof berlutut di tanah arena.     

Mata Shona dan Gavin menyala akan kegembiraan. Mereka hendak melampiaskan semua rasa dendam membara di hati mereka setelah ini. Sedangkan Jovano, dia memilih untuk mengurus Alphegor yang telah membuatnya tak berdaya dan tak bisa menolong Shona waktu itu.     

Shona memunculkan kekuatan es yang dibentuk menjadi setajam jarum. Sedangkan Gavin menggunakan kekuatan baru dia, yaitu penyusupan elemen tanah dia untuk mengobrak-abrik organ dalam tubuh lawannya.     

Segera, terdengar jeritan memilukan dari mulut Molof. Ini membuat Alphegor gentar setengah mati. Dia berusaha untuk melarikan diri dengan menghilang, namun … mantra segel itu nyatanya benar-benar bukan omong kosong.     

Saat ini, Alphegor dan Molof benar-benar tidak memiliki kekuatan apapun, bagaikan manusia biasa yang bisa bebas dipermainkan.     

"Kau hendak ke mana, iblis tua?" Jovano menyeringai sambil memunculkan energi petir dia di tangan kiri. Petir itu merupakan petir hitam yang memang jarang dia gunakan. Ini adalah saat yang tepat untuk memamerkan petir hitamnya.     

"Jangan, Pangeran Muda … jangan …. JANGAN!" Alphegor berteriak sambil menggeleng tak berdaya dengan wajah ketakutan saat kemudian tubuhnya disentuh petir hitam Jovano yang sangat menyakitkan.     

Sementara itu, Pangeran Djanh dan Revka duduk santai di kursi menyaksikan penghukuman tersebut.      

"Ayo, kitty, coba daging beruang ini. Sangat enak, loh!"      

"Djanh sialan, kau selalu saja punya daging hewan iblis. Memangnya kapan kau berburu mereka, sih?"     

"Ohh, akan aku beritahu kau jika nanti kau menemaniku di kamar sampai 3 hari ke depan."     

"Cih! Bajingan mesum!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.