Devil's Fruit (21+)

Istri-Istriku Memang Menggiurkan



Istri-Istriku Memang Menggiurkan

0Fruit 1368: Istri-Istriku Memang Menggiurkan     
0

Saat Pangeran Djanh sudah berada kembali di bumi, dia berkata ke istrinya, "Sungguh melegakan sekali si Zaghar mati."     

Revka menoleh sambil mengerutkan keningnya. "Hah? Bagaimana? Apanya tadi?"     

Pangeran Djanh balas menoleh ke istrinya yang menatap dia dengan pandangan bingung sekaligus heran. Dia pun tertawa canggung sembari berkata, "A-Aha ha ha! Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya gumaman tak penting dariku saja."     

"Djanh, jangan coba-coba menutupi apapun dariku atau kau akan menyesal nantinya." Mata tajam Revka disertai raut muka mengancam terarah ke suaminya.     

Mau tak mau, Pangeran Djanh segera menghampiri sang istri sambil mendekap demi menenangkan Revka. "Aku tidak menutupi apapun darimu, kitty lovely …."     

"Jangan bilang kau mulai menjadi malaikat yang serba jujur, huh! Sampai kapanpun aku tak akan percaya itu, Djanh! Cepat katakan, ulangi ucapanmu tadi!"     

"A-Aku hanya bergumam tak penting, sweetie, percayalah!"     

"Tidak bisa! Aku tadi mendengar kau menyebut nama Zaghar dan sepertinya kau mengungkapkan kegembiraanmu atas kematian dia, benar begitu?"     

Melihat pandangan menuntut dari sang istri, pertahanan Pangeran Djanh pun runtuh. Menghela napas sejenak, akhirnya dia berkata, "Baiklah, baiklah, aku memang susah menyembunyikan apapun darimu, yah kitty cintaku …."     

"Hm … lekas jelaskan padaku."     

"Baiklah. Hm … yah, yang tadi kau dengar memang tidak keliru. Aku suka menantu, ehh, mantan menantu kita yang itu sudah mati."     

Mata Revka membulat mendengar kejujuran suaminya pada akhirnya. Mulutnya terbuka tapi tak bisa mengeluarkan kata-kata apapun saking terkejutnya.     

"Ayolah, kitty honey … tentu saja kau tidak berharap mereka tetap bersama hingga tua renta, kan? Dia begitu tidak kompatibel dengan putri hebat kita! Jo memang adalah menantu yang aku dambakan sejak awal!"     

Kepala Revka sampai menggeleng-geleng saking syoknya akan ucapan suaminya. "Kau ini … kau sungguh-sungguh berkata seperti itu, Djanh?"     

"Kitty dear … kita harus membangun keluarga kita dengan anggota yang kuat dan layak membawa nama klan besar kita!" Pangeran Djanh mencoba memberikan persuasi kepada Revka, berharap sang istri pada akhirnya setuju dan satu pemikiran dengannya.     

"Aku tak bisa mengira-ngira reaksi Sho kalau dia mendengar ucapanmu itu, Djanh busuk! Kau memang tetaplah iblis, mau dikata apapun, huft!" Revka menghembuskan napas lelah, seakan sudah tak berdaya akan suaminya yang gemar berpikiran dan bertindak sembarangan.     

"Come on, my dear kitty … masa sih kau tidak suka jika Jo yang menjadi menantu kita? Dia itu jauh lebih pantas ketimbang Zaghar. Apalagi kerajaan kakek Jo lebih besar dan kuat ketimbang kerajaan klannya Zaghar." Pangeran Djanh terus berjuang memasukkan ideology dia ke kepala istrinya.     

Bola mata Revka berputar mendengar perkataan suaminya. Kini dia sudah mengerti dengan jelas maksud dari ucapan suaminya tadi. "Ternyata kau hanya memandang anak dan menantumu sebagai alat saja, begitu Djanh?"     

"Bukan begitu, dear kitty tercintaku …." Pangeran Djanh menyurukkan wajahnya ke leher Revka dan menciumi di sana dengan cara perlahan dan erotis. "Kau dan aku sebagai orang tua tentunya menginginkan apapun yang terbaik untuk semua anak-anak kita, benar bukan?"     

"Tapi kau terlalu kejam jika berkata seperti tadi, Djanh. Itu sungguh brengsek, apa kau sadar?"     

"Baiklah, maafkan aku ini, sayankku. Ini hanyalah harapan seorang ayah akan pendamping terbaik untuk anaknya."     

"Djanh …."     

"Hm?"     

"Jangan katakan kau yang … membuat Zaghar terbunuh di alam mutan?" Mendadak saja Revka mendapatkan sebersit dugaan akan itu.     

Wajah Pangeran Djanh yang berada di leher istrinya, segera menjauh agar mereka bisa saling menautkan pandangan. "Apakah kau pikir aku yang melakukannya? Bagaimana mungkin, sayank?"     

Melihat wajah dengan senyum menyeringai dari suaminya, Revka makin mempertebal kecurigaannya. "Kau! Pasti kau yang membuat scenario sehingga Zaghar mati, benar?!"     

Pangeran Djanh tertawa kecil sejenak sebelum menjawab, "Kitty sayankku, kenapa kau malah menuduh begitu kejam pada suamimu ini?" Kemudian, Pangeran Djanh menunjukkan raut memelas di wajahnya.     

Namun Revka tidak terpengaruh dan malah berkata, "Karena aku mendadak ingat bahwa dulu ketika mereka menikah, kau seperti berkata mengenai kekecewaanmu terhadap itu. Benar, kan?"     

"Yah, kalau kecewa, itu memang benar. Tapi aku tidak ada sangkut pautnya dengan kematian mantan suami Sho, sayank. Sungguh!" Pangeran Djanh mengangkat dua jari membentuk gesture bersumpah.     

Tapi, Revka sulit memercayainya, karena itu adalah Djanh, suaminya, yang terbiasa melakukan apapun seenaknya di luar perkiraan Revka. Djanh, suaminya, yang kerap berbohong padanya meski tidak mengenai wanita lain.     

"Huh!" Revka menyerah dan memalingkan pandangannya. Jikalau pun dugaan dia bahwa suaminya membuat scenario kematian untuk Pangeran Zaghar, dia bisa apa? Semuanya sudah terjadi. Tak mungkin menantu terdahulunya bisa kembali hidup. Bahkan jasad saja tak ada!     

"Sayank, bagaimana jika kali ini aku memijatmu sampai kau puas?" Senyum seringai Pangeran Djanh mencoba mengalihkan topik agar suasana kembali membaik.     

"Singkirkan dulu tangan biadabmu itu, Djanh." Revka menepis pelan tangan suaminya yang mulai meremas dadanya. "Aku harus jelas akan sesuatu dulu denganmu."     

"Baiklah, apa itu?" Pangeran Djanh menjauhkan tangan nakalnya dari payudara istrinya.     

"Katakan padaku kau tidak akan ikut campur atau merencanakan hal buruk apapun pada siapapun pasangan anak-anak kita!"     

Alis mata tebal Pangeran Djanh terangkat naik tinggi-tinggi. "Honey?"     

"Ya, aku juga ingat bahwa kau sepertinya kurang setuju ketika Zevo menikahi si ular itu, benar?"     

"Ahh … itu …."     

"Djanh! Berjanji padaku kau tidak akan melakukan apapun pada Kuro! Dia anak kesayangan Andrea, Djanh! Dia tidak akan tinggal diam begitu saja jika terjadi sesuatu pada Kuro, kau dengar itu, Djanh?"     

"Baiklah, baiklah, aku berjanji tidak akan melakukan apapun pada ular itu meski aku kurang menyukainya."     

"Hm …." Kening Revka berkerut sembari dua lengannya terlipat di bawah dada membusungnya.     

"Ohh, dear … come on … memangnya apa bagusnya ular itu? Dia cerewet, kurang berbudaya, galak dan kasar pada putra kita."     

"Jadi … menurutmu dia itu tidak berbudaya, begitu?"     

"Tentu saja! Dia jauh di bawah Sho. Sho begitu anggun, lembut, dan terkendali, tidak urakan seperti si ular."     

Revka segera mencengkeram kerah baju suaminya sambil mendesis keras, "Kalau begitu aku juga tidak berbudaya, karena aku galak dan kasar padamu!" Lalu, dia hentakkan cengkeramannya tadi.     

Pangeran Djanh tertawa canggung. "Aha ha ha … itu … itu berbeda jika itu kau, dear kitty … ehem!"     

"Tak usah membujukku! Pokoknya aku tak ingin kau melakukan sesuatu yang buruk pada anak-anak Andrea, yang manapun itu!" Revka kemudian melangkah pergi dari hadapan suaminya.     

Rupanya, meski Revka sering saling ejek dan hina serta bertengkar dengan Andrea, nyatanya … dia sebenarnya perduli terhadap Andrea dan keluarganya, bahkan meskipun itu hanyalah anak angkat dari frenemi-nya.     

-0-0—00—0-0-     

Sementara itu, ketiga pengantin baru masih berada di kastil sampai besok harinya dan mungkin beberapa hari ke depan untuk berbulan madu sebentar.     

Ketika mereka selesai bergumul bertiga di atas ranjang luas di kamar utama, Jovano meletakkan dua wanitanya pada lengan kanan dan kirinya. "Sebentar lagi kita harus melanjutkan misi."     

"Hu-um. Kita harus berpindah alam." Shona mengangguk sambil menyamankan rebahnya di kanan Jovano.     

"Memangnya alam mana lagi yang akan kita datangi setelah ini?" tanya Serafima sambil makin menghadapkan tubuhnya ke samping untuk menatap suaminya sambil lengannya memeluk pinggang Jovano.     

"Om Ver belum muncul. Padahal biasanya dia akan datang setelah kristal didapat, ya kan?" Jovano menoleh sedikit ke kirinya untuk menatap Serafima.     

"Apakah kita-kira terjadi sesuatu dengan Hong Wang?" tanya Shona sedikit bernada cemas.     

"Hm, semoga tidak. Baiklah, besok aku akan mencarinya." Jovano ganti menoleh ke Shona. "Nah, sekarang, bagaimana kalau kita coba sekali lagi? Kita masih dalam masa bulan madu, ya kan?" Ia menatap nakal kedua istrinya.     

"Dasar maniak!" seru Serafima sambil memukul dada suaminya.     

"Jo mesum, ihh! Hi hi hi …." Shona mencubit pelan dada Jovano.     

Jovano tidak menggunakan kalimat sebagai jawaban namun memakai aksi langsung. Dia meloncat dari rebahnya dan terkekeh binal sambil menyeringai ke dua istrinya yang molek. "Istri-istriku memang luar  biasa menggiurkan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.